29 Februari 2020

Mengelola Distraksi

Tulisan ini merupakan resume dari kulwap pekanan dalam kelas Jurnal HS 2020 yang diadakan oleh Rumah Imspirasi. Saya ikat diblog karena saya tahu sifat pesan whatssap itu lebih sulit dipelajari ulang bila sudah tertumpuk chat yang lain.

Jadi, sambil sharing juga, saya pindahkan kesini.

Materi dari Bu Lala Rumah Inspirasi

"Kulwap Journaling: "MENGELOLA DISTRAKSI"

Selamat malam teman-teman,

Bagaimana proses menjurnalnya? Semoga masih terus semangat.

Tidak terasa kita sudah memasuki minggu terakhir bulan Februari. Dua bulan berlalu dengan cepat, apalagi kalau tidak dicatat. Tapi kalau dicatat pasti mulai terasa nikmat karena buku jurnal mulai terisi dengan “harta berharga” yaitu cerita, rasa syukur & aneka rencana yana semoga berhasil dilaksanakan dalam beberapa minggu terakhir ini.

Kita beruntung hidup di era kemudahan informasi seperti ini. Internet telah membuat kita terhubung, kita bisa belajar bersama & saling menguatkan dalam proses membuat jurnal ini.

Tapi internet & teknologi juga merupakan sumber distraksi yang besar bagi kita yang mungkin membuat kita sulit fokus menyelesaikan hal-hal yang seharusnya kita selesaikan.

Seperti journaling

Kadang kita merasa tidak punya waktu untuk menulis jurnal, tapi ternyata kita punya cukup banyak waktu untuk stalking Instagram atau membaca berita melalui telpon genggam kita.

Konon, para pekerja di Amerika terdistraksi setiap 11 menit dan membutuhkan waktu 25 menit untuk bisa mengembalikan fokus yang tergeser tadi (https://www.ics.uci.edu/~gmark/chi08-mark.pdf).

Semakin kompleks pekerjaan yang perlu dilakukan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa kembali fokus.

JENIS DISTRAKSI

Ada 2 jenis distraksi: dari dalam dan dari luar. Kita sering menyalahkan distraksi dari luar, tapi sesungguhnya gangguan terbanyak dilakukan oleh diri kita sendiri, yang seringkali tidak kita sadari.

Distraksi dari dalam

Distraksi ini terjadi di dalam kepala kita. Bentuknya seperti mental block yang menahan kita untuk tetap fokus alias ketidakmampuan kita untuk memilih.

Ketika pilihan itu melimpah di hadapan kita, kita justru sulit untuk menentukan mana yang harus kita lakukan. Mau cuci piring dulu, beres-beres rumah, mendengarkan podcast atau mencari materi untuk anak?

Mengapa di pesawat terbang lebih mudah untuk menyelesaikan membaca buku atau menonton film? Karena pilihan kita terbatas. Secara fisik pun kita terbatas kondisinya.

Otak kita cenderung memprioritaskan pilihan kita berdasarkan pada kebutuhan yang di depan mata dibandingkan kebutuhan yang seharusnya dilakukan.

Distraksi luar

Distraksit luar itu contohnya pesan Whatsapp atau tamu yang mendadak datang ke rumah. Distraksi luar ini seringkali kita anggap sebagai sumber utama masalah, tapi distraksi dari luar ini pun sebenarnya tetap bisa kita minimalkan.

Kita semua tak lepas dari distraksi. Saya sendiri ketika menuliskan materi ini terdistraksi beberapa kali. Hehehe..

Untuk itu, malam ini saya berbagi 3 latihan untuk membantu Anda menaklukkan aneka gangguan tersebut.

Langkah 1: Kurangi pilihan Anda

Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, distraksi internal terjadi karena kita punya banyak pilihan. Maka cara pertama adalah mengurangi pilihan yang ada.

Misal, pada saat kita ingin menulis jurnal maka jauhkan telpon genggam, matikan TV bahkan kotak cemilan yang mungkin ada di sekitar meja.

Aturan 20 Detik

Seorang psikolog -Shawn Achor- percaya bahwa 20 detik memberikan banyak perbedaan dalam perubahan kebiasaan. Misal, jika Anda menjauhkan HP dalam jangkauan 20 detik, maka kemungkinan Anda mengeceknya akan semakin sedikit.

Atau matikan notifikasi di HP sehingga Anda butuh waktu lebih lama untuk mengecek pesan yang sampai. Keluar (log out) dari akun sosial media Anda sehingga Anda perlu waktu untuk masuk (login) dulu sebelum bisa mengecek media sosial. Karena sesungguhnya notifikasi tidak selamanya merupakan hal yang penting. Media sosial tidak membantu kita menyelesaikan pekerjaan yang saat ini harus kita lakukan.

Latihan langkah 1

Identifikasikan pilihan yang Anda punya di sekitar Anda, dan pikirkan bagaimana Anda menghilangkannya ketika Anda membutuhkan waktu untuk fokus.

GAMBAR

Langkah 2: Memasang Waktu Berhenti

Di dunia penuh distraksi ini, informasi datang tiada henti. Selesai nonton satu video Youtube, kita langsung disajikan video lainnya dan seterusnya. Untuk itu kita perlu bisa memasang tanda berhenti bagi kita sendiri.

Caranya bisa dengan dua hal:

a Berdasarkan waktu

Misal saat kita mau membuka Instagram, kita memasang weker 15 menit di HP atau komputer untuk memastikan tidak akan terlewat waktunya.

Dulu saya ke mana2 pakai timer dapur murah meriah untuk mengatur waktu, karena kalau pakai HP lebih mudah terdistraksi. Tapi sekarang saya pakai jam yang ada timernya jadi lebih mudah lagi prosesnya.

b. Berdasarkan kemajuan

Misal saat kita menonton video di Youtube, kita membatasi diri untuk hanya menonton 2 video saja.

Latihan langkah 2

Tuliskan distraksi yang biasa terjadi dan apa yang menjadi tanda berhenti bagi distraksi tersebut.

GAMBAR

Langkah 3: Atur Suasana Fokus

Sebagai manusia, kita terdistraksi oleh indra kita:

~ Suara: orang ngobrol, suara binatang, abang bakso lewat, musik, anak merengek dll

~ Sentuh: tempat duduk yang kurang myaman, baju yang terlalu ketat, meja kerja yang kotor

~ Pandangan:  layar, suasana ruang tempat fokus, pemandangan yang terlihat oleh Anda

~ Bau: bau kopi, orang tiba-tiba kentut atau. bau masakan tetangga

~ Rasa: sisa rasa di mulut, apa yang sedang kita makan atau kunyah

Jika Anda ingin fokus, pilihlah tempat di mana indra Anda tidak mengganggu perhatian. Kemudian tuliskan tempat yang kira-kira aman bagi indra Anda. Misal: di kamar saat malam hari setelah anak-anak tertidur, atau di beranda rumah ketika hari masih pagi dan seisi rumah terlelap.

Sebagai ibu, kadang banyak hal tidak ideal.

Untuk itu kita perlu menambahkan elemen kesabaran dan kelenturan serta kemampuan untuk berdamai dengan ketidak sempurnaan.

Saya sendiri berusaha untuk bangun jauh lebih pagi sebelum orang di rumah bangun untuk menjurnal. Karena itu waktu yang paling cocok buat saya.

Waktu malam buat saya masih sering banyak distraksi. Keluarga kami selalu melakukan keruntelan di malam hari dan kalau sedang seru kadang sampai terkantuk-kantuk sehingga sudah tidak sempat menjurnal.

Waktu anak-anak kecil, mereka setiap malam minta dibacakan buku cerita dan saya sering ketiduran di kamar mereka sehingga sulit untuk menjurnal kala malam.

Sebagai ibu, saya harus bersedia berjalan extra mile untuk mencapai apa yang saya inginkan. Dan saya rasa teman-teman pun perlu melakukan hal ini (baca: menghalau distraksi) kalau memang mau berhasil menjurnal.

Awalnya mungkin sulit, tapi begitu kita mendapatkan buah dari proses menjurnal ini, aneka distraksi itu tidak lagi menjadi halangan, dan kita akan lebih cepat mampu kembali fokus.

Karena buah fokus jauh lebih manis daripada buah distraksi.

Semangat terus ya teman-teman!

28 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 7] Unlearn, Sebuah Proses Refleksi



Bismillah...

Pekan ini kelas Bunda Cekatan memasuki pekan ketujuh di fase ulat-ulat.

Setelah beberapa pekan lalu para ulat makan makanan yang dibutuhkan, sekarang saatnya istirahat di

24 Februari 2020

Menghentikan Anak Tantrum dalam Hitungan Menit


Judul postingannya agak lebay ya, tapi cerita yang akan saya tulis ini beneran works deh buat anak kedua saya yang tantrum -usianya sebentar lagi 3 tahun-. Tapi, tantrumnya berada di level menangis

22 Februari 2020

Bu, Mau Nggak Kalau Sampahnya Jadi Uang?

Bismillah...

Alhamdulillah kamis malam kemarin saya beserta tim melaksanakan Sosialisasi Bank Sampah

21 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 6] Berbagi Makanan Kesukaan Teman


Masya Alloh...

Jumat berkah, tetiba pagi saat baru bisa online, saya mendapatkan makanan tentang Foodwaste dari

14 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 5] Keluarga Favorit di Camping Ground


Bismillah...

Setelah berkelana di keluarga yang punya satu "nafas", kali ini mahasiswi Bunda Cekatan IIP 

13 Februari 2020

[Review Buku] Tuntas Motorik & Tuntas Kemandirian


Bismillah...

Kali ini saya mau mereview sedikit tentang duo buku yang sangat bermanfaat bagi saya. Dari segi

Apa yang Akan Kamu Lakukan terkait Sosial Sustainability?



Sebelumnya, materi Sejuta Cinta tentang Simpathy vs Empathy dan Charity vs Filantropi. Kemudian, sekarang tentang Social Sustainability. 

Masya Alloh kok pas bener sama rencana saya dalam waktu dekat ini. Semacam menemukan jalan

11 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 4] Belajar Sustainable Living dengan Keluarga Punggawa Semesta


Bismillah...

Setelah sempat galau beberapa hari lalu, saya kembali menilik mindmap saya. Disana memang

10 Februari 2020

Berkenalan dengan Metode Pendidikan Waldorf

Photo Credit: Nanda
Bismillah...
Alhamdulillah akhir bulan lalu saya mendapat kesempatan belajar dengan Waldorf Jakarta Study

03 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 3] Meet Up Bersama Keluarga Uluwatu di Kebun Apel


Bismillahirrokhmanirrokhim...

Ahad, petang, menunggu Maghrib.

Sembari menunggu anak-anak dan suami pulang dari beli sabun yang ternyata sekalian mbakso. Hahaha...