26 April 2019

Tiga Celengan untuk Rizma


Bismillah...

Kuliah bunda sayang IIP sudah memasuki level 8. Tema pelajaran kali ini adalah: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini. Menarik sekali!

Awalnya, saya mengira kalau materinya berkisar antara uang, uang, dan uang. Lalu bagaimana kalau anak-anak para mahasiswi bunsay masih balita?

Semua terjawab ketika materi saya dapatkan dan diskusi saya pelajari (karena jam online saya bukan pada saat jam diskusi kelas).

Masya Alloh, banyak sekali insight yang saya dapatkan.

Bahwa ternyata uang itu hanya bagian kecil dari rejeki. Jadi, konsep yang utama dikenalkan pada anak-anak usia dini adalah tentang rejeki itu sendiri. Mana yang merupakan rejeki dari Alloh untuk kita, bagaimana cara mulia untuk mendapatkannya, dan bagaimana juga memanfaatkan rejeki yang telah diperoleh itu.

Misalnya, anak batita, dikenalkan bahwa rejeki itu rupanya macam-macam. Seperti rejeki berupa mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan seterusnya. Di mana pengenalan rejeki itu mengarah kepada kecintaan pada Alloh, Sang Pemberi Rejeki.

Kemudian, usia selanjutnya, anak-anak dapat dikenalkan tentang uang. Bahwa salah satu fungsi uang adalah sebagai alat tukar. Misalnya, kita ajak anak-anak saat kita bertransaksi, kita ajak mereka bermain peran jual-beli di pasar, dan seterusnya.

Nah, untuk anak yang sudah tertarik dengan angka-angka, maka mulai bisa dikenalkan dengan nomila uang. Mulai usia berapa? Jawabannya berbeda-beda tergantung kondisi dan lingkungan si anak. Jadi, anak yang hidup di lingkungan penjual maka biasanya akan lebih tahu dahulu tentang uang dari pada yang tinggal di lingkungan perumahan biasa. Begitu juga, anak yang tinggal di lingkungan yang suka jajan akan berbeda dengan anak yang tinggal di rumah yang serba disediakan jajannya.

Pada intinya, cerdas finansial sejak dini itu, artinya kita sebagai orang tua menjadi teladan bagi anak-anak. Yaitu belajar bertanggung jawab terhadap bagian rejeki yang Alloh berikan pada kita, dengan cara mengelola uang. Karena mereka melihat apa yang kita lakukan. Jadi, kalau kita mengajarkan teori saja tanpa teladan, maka kita bukannya menjadi manajer keuangan malah menjadi contoh yang nggak baik.

Lalu, bagaimana menstimulasi agar anak cerdas finansial sejak dini?

Pertama, anak-anak perlu dipahamkan bahwa rejeki itu datang dari Alloh Sang Pemberi Rejeki, sangat luas dan banyak bentuknya. Uang dari orang tua hanyalah sebagian kecil dari rejeki.

Jadi, jangan sampai kita membatasi mimpi anak dengan kadar uang yang kita miliki. Di sini, pada intinya adalah menanamkan pada anak bahwa bila menginginkan sesuatu itu mintanya kepada Alloh Yang Maha Kaya, bukan pada manusia, dalam hal ini orang tua.

Karena sejatinya, anak-anak itu milik Alloh yang Maha Kaya, bukan milik kita.

Kedua, ajak anak berdialog tentang KEBUTUHAN dan KEINGINAN.
Bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi, nggak bisa ditunda. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang bisa ditunda dan nggak apa-apa bila nggak dipenuhi.

Nah, di sini akan sangat krusial visi misi keluarga dan value-value yang dianut suatu keluarga. Mana saja yang perlu di prioritaskan untuk dipenuhi, tentu saja akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lain.

Karena sejatinya, kebutuhan manusia itu sama, yakni sandang papan pangan. Yang membedakan adalah KEINGINAN untuk memiliki lebih.

Sehingga, di awal saya tuliskan bahwa kitalah orang tua sebagai teladan mereka. Ya masa kalau kita sudah berdiskusi tentang kebutuhan dan keinginan, lalu anak diajarkan bahwa rejeki itu diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan, tapi kita ibunya sering belanja KEINGINAN, ya gimana dong mau ngajarin mereka cerdas finansial sejak dini???

Ketiga, setelah paham dengan prioritas hidupnya, maka langkah selanjutnya adalah ajak anak untuk membuat mini budget. Tujuannya adalah sebagai latihan merencanakan sesuai skala prioritas.

Nah, mini budget ini bisa 3 harian, mingguan, atau bulanan, berbeda usia dan kondisi tentu akan berbeda. Mulai dari yang mudah dulu.

Dengan mini budget ini, anak-anak akan belajar mematuhi apa yang sudah disepakati dan belajar menanggung konsekuensi atas kesepakatan yang sudah dibuatnya.

Keempat, anak dilatih untuk mengelola pendapatan sesuai ketentuan yang diyakini oleh keluarga kita.
Contohnya, untuk sedekah minimal 2,5% ; untuk menabung minimal 20%, untuk hak diri sendiri 40-60% dsb.

Kelima, lakukan apresiasi atas usaha anak dalam menjalankan mini budget yang dibuatnya.
latih anak untuk membuat mini budget lebih baik lagi di periode selanjutnya.
Ingat prinsip: Latih-percayakan-jalani-supervisi-latih lagi.

Pertanyaan selanjutnya, apa pentingnya cerdas finansial bagi anak-anak?

Ada satu prinsip di Ibu profesional, bahwa
"Rejeki itu pasti, kemuliaanlah harus dicari."

Nah, kalau anak-anak sudah paham konsep dirinya, maka kita stimulasi ia agar cerdas finansial sejak dini dengan cara-cara di atas. Tujuannya apa? Agar kemuliaan anak meningkat.
Dengan cara apa? Yakni dengan cara anak paham konsep harta, bagaimana memperolehnya dan juga bagaimana menggunakannya; anak bertanggung jawab atas pengelolaan keuangannya sendiri; anak terbiasa merencanakan berdasarkan skala prioritas; anak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan; anak percaya diri dengan pilihan gaya hidup sesuai fitrahnya dan nggak terpengaruh dengan gaya hidup temannya; serta anak akan paham dan punya pilihan hidup untuk menjadi employee, self employee, business owner, atau investor.

Dalam menjalankan praktik materi ini, selalu ingat juga prinsip:
For things to change, I must change first.

Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa kitalah teladan untuk anak-anak. Karena sejatinya, materi ini adalah proses kita sebagai orang tua agar cerdas finansial dengan cara learning by teaching bersama anak-anak

Jadi, yang harus cerdas finansial yang utama adalah kita sebagai orang tua. Kemudian pandu kecerdasan finansial anak-anak kita sesuai tahapan umurnya.


Dalam rangka mendidik mba Rizma untuk cerdas finansial sejak dini, maka ibun sediakan tiga celengan untuk Rizma agar dia tahu mana rejeki dia yang berupa uang dan untuk apa saja penggunannya.


Satu celengen untuk sedekah, karena dalam bagian rejeki kita ada rejeki orang lain.
Satu celengan untuk menabung, karena sebelum dikeluarkan untuk kebutuhan maka uang yang kita punya seharusnya kita tabung terlebih dahulu.
Satu celengan lagi untuk jajan, nah dari celengan inilah Rizma akan belajar bahwa kalau dia gunakan uangnya untuk membeli sesuatu, maka akan berkurang.

Rizma juga mulai diajarkan tentang kebutuhan dan keinginan. Sekarang kalau dia mau sesuatu, ibun tanyakan dulu apakah ada manfaatnya atau nggak, butuh atau enggak, dst.

#KuliahBunsayIIP 
#Tantangan10Hari 
#Level8 
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.