30 Agustus 2021

Emosi Netral, Belajar Mudah



Bismillahirrohmanirrohim...
Hari ini benar-benar membuktikan bahwa logika dan emosi itu seperti timbangan, seperti yang disampaikan oleh Bu Okina dalam Enlightening Parenting. Artinya bahwa kalau kita sedang dalam kondisi emosi yang nggak netral (marah, sedih, kesal, atau apapun) maka logika kita akan sulit berjalan, slit diajak berpikir jernih. Begitu yang saya pahami.

Seperti hari ini, Rizma (8) belajar konsep pembagian. Dimana konsepnya diajarkan dari pengulangan dari operasi pengurangan sekian kali. Saya sebagai ibunya, kok lupa ya kalau dulu begitu cara belajar pembagian. Hahaha... Jadi saya coba memahami dengan konsep seperti itu.

Sebelumnya sebenarnya Rizma sudah belajar konsep pembagian dan perkalian sebelum di sekolahnya sampai pada pelajaran ini. Kami menggunakan alat peraga montessori dan sangat terbantu sekali. Juga saya improve dengan "cerita" dan tentu saja kodisi kami saat belajar seperti sedang bermain yaitu SENANG.

Sedangkan tadi pagi, saya sudah menjelaskan saat berkegiatan di dapur. Awalnya Rizma paham. Namun menjelang siang, ternyata saat akan mengerjakan worksheet dia merasa kesulitan karena belum paham. Saya sedang ada diklat dan ujian sehingga belum bisa mengajarkan ulang. Papahnya juga sedang ada training class via zoom. 

Jadi gimana?

Semua dalam state emosi yang belum netral. Rizma kesal karena belum paham, papahnya masih fokus dengan kelas, sementara saya nggak bisa meninggalkan ujian, dan adek Hanum juga ikut menegang kaena saya masih sibuk. Bertambahlah rasa dalam hati saya, campr aduk!

Akhirnya udah deh, air mata mengalir, posisi menegang. 

Singkat cerita, saya menolak mengajarkan saat itu karena dia masih kesal dan menangis. Saya berusaha mendefinisikan perasaan dia dan memintanya untuk bermain dulu atau belajar hal lain yang membuatnya senang.

Alhamdulillah...
Setelah mengerjakan AHA! English emosi disa sudah mereda, mulai netral. 
Alhamdulillah...

Baru setelah itu Rizma belajar math, saya juga sudah bisa istirahat dari laptop. Dengan bantuan alat peraga materi pembagian, dia memang lebih paham dan jadi mengoreksi diri mana soal yang dia salah mengerjakan.

Rasanya lega sekali..
Memang harus semuanya senang dan siap belajar dan mengajar. FOKUS ngga boleh disambi. 
Jangan lupa libatkan Allah dalam belajar mengajar ini.

Kemarin juga saya mengalami keberhasilan mengajar Bahasa Indonesia.
Rizma yang biasanya nggak mudah ketika ada sesi "menulis" alhamdulillah ketagihan menulis. Saya mengajarkan tentang komponen kalimat dengan posisi saya nggak ada pekerjaan karena weekend, papahnya sedang bersepeda pagi, dan hari masih sangat pagi. Belum ada distraksi, bahkan adeknya ikut belajar. Tanpa diduga dia meminta lagi diberi soal membuat kalimat dan berujar "Aku suka menulis."

Juga beberapa hari lalu, saat selesai sholat maghrib Rizma tertarik dengan modul ESPS kelas 2 yang selama ini kurang diexplore. Takjub bukan main, karena belajar dengan kemauan sendiri, tanpa diminta mengerjakan soal setelah membaca materi dan menemukan persamaan dengan apa yang sedang dia pelajari di sekolahnya.

Berkebun juga, mau sampai selelah apapun memintanya hanya untuk menyiram tanaman (bagi orang tua itu "hanya") tapi kalau anak belum ada kemauan dari dalam diri, yang ada kalau pun menyiram tanaman sambil manyun. Beda ketika tiba-tiba anak menemukan sendiri betapa asiknya berkebun mulai dari menyiapkan media tanam, menyemai benih, menyiram, hingga melihat keajaiban benihnya ditumbuhkan-Nya, maka tanpa perlu repot kita memintanya untuk menjaga tanaman anak akan dengan senang menceritakan apa kebahagiaan yang dia rasakan saat berkebun. 

Memang bisa anak yang tadinya nggak mau berkebun jadi mau? Kalau sudah diizinkan-Nya, bisa banget. 

Ma sya Allah..
La haula wa laa quwwata illa billah...
Smoga istiqomah...

Satu hal yang terpenting slalu meminta tolong pada-Nya yang menggenggam hati anak-anak kita. Meski yang juga penting adalah cara kita mempersuasi, tapi sungguh smua usaha bisa tak membuahkan hasil kalau kita mengandalkan usaha kita saja.

Saya membayangkan kalau full homeschooling apakah saya mampu mengelola emosi diri saya? 
Ah... Bismillahiroohmanirrohim smoga Allah mudahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.