22 November 2020

Sehari Tanpa Instagram?



Sehari tanpa instagram? Memang bisa?

22 Oktober 2020

Belajar Aquran Semudah Ngegame?

Bismillah...

Senang sekali rasanya di masa sekarang banyak sekali cara untuk mendekat ke Alquran. Kitab suci ummat Islam yang sangat sempurna.

17 Oktober 2020

Aku Bisa Bilang Larrri...


Alhamdulilah...

Dulu pernah nulis postingan dengan judul Aku Bisa Bilang R... Biar agak berbeda, kali ini R nya nyempil di kata LARRRI.

Kok R nya ada tiga sih?
Masya Alloh, semenjak bisa huruf R, Adek Hanum menyebut kata yang mengandung huruf R itu pakai tasydid a.k.a jadi lama di huruf Rnya. Hahaha...

Mungkin saking senangnya.

Sejak kapan bisa R?

Kalau tepatnya nggak nyatet, karena beberapa bulan terakhir ini bisa R meski waktu pertengahan tahun masih samar. 

Berlanjut mulai jelas, namun untuk R di akhir kalimat belum bisa. Seperti dokter R nya jadi masih cadel. Tapi Kalau Mbak Rizma, Rnya jelasss.

Nah September kemarin itu deh benar-benar sangat fasih sampai pakai tasydid R nya. Hihihi.... Dek!

Jadi kalau ngomong Lari itu jadinya LaRRRiiiii....

Masya Alloh Tabarokalloh 

Adek H, 3,5 Tahun ❤

16 Oktober 2020

Petualangan Rizma Hanum



Alhamdulillah akhirnya kami jadi mudik. Dengan mengambil cuti 10 hari kerja, kami bisa

11 Oktober 2020

Cermin Ajaib [Magnet Rezeki]



Rabu petang kemarin, Alhamdulillah saya mendapatkan cermin. Cermin ajaib yang pernah

23 September 2020

Law of Projection


Bismillahirrokhmanirrokhim…

Ijin sharing tentang materi Law of Projection ya gumma smua…

05 September 2020

Apa kabar anak-anak?

Ya Alloh...
Rasanya sedih sudah jarang rutin menulis lagi. Benar memang menulis itu therapy..

Kali ini tulisannya update tentang anak-anak. Kalau nanti Mbak sama Adek baca tulisan ini biar tahu yah gimana masa-masa mereka usia 3 dan 7 tahun?

25 Agustus 2020

Rahasia Keajaiban

Bismillah, setelah mengikuti telegram Magnet Rejeki, saya merasa saya perlu membagikan rahasia ini kepada para pembaca semua. 

Semoga bermanfaat,

09 Agustus 2020

COVID-19 DAN KEKUASAAN

4 Agustus 2020

Sudah sepekan ini kondisi kesehatan saya tak menentu. Sakit kepala yang berulang hampir setiap dua hari sekali dan flu yang timbul tenggelam, hingga lebaran haji pun lebih banyak saya habiskan di dalam kamar tidur.

06 Agustus 2020

Pengalaman Pertama Cabut Gigi Susu



Alhamdulillah sabtu pekan lalu aku dicabut gigi susunya.

20 Juli 2020

Ramadhan 1441 Kami

Bismillah...

Meski sangat sangat telat sekali untuk menuliskan cerita Ramadhan kami, tapi tak apa. Karena Ramadhan ini sangat sangat sangat spesial.

17 Juli 2020

Belajar Menjalani Hidup dari Kelas Bunda Cekatan IIP

Bismillahirrokhmanirrokhim...

Alhamdulillah senang sekali rasanya bisa mengikuti perkuliahan di Bunda Cekatan IIP. Ini pertama

22 Juni 2020

Ide Bermain Bertema Kendaraan

Day 1

Terowongan Angka

Permainan ini, mengenalkan simbil angka sekaligus urutan melalui mainan mobil. Sebelumnya, pastikan ananda sudah mengenal konsep membilang.

Apa Kabar Sampah Selama Pandemi?

Disclaimer: Tulisan ini adalah artikel untuk majalah Jawara, Jakbar.


"Saya jadi nggak enak mau narikin iuran sampah, tong sampahnya sering kosong. Dikemanakan sih sampahnya?"

07 Juni 2020

[Jurnal Kelas Kupu-Kupu] Set Your Goal


Setelah libur lebaran sekitar dua pekan, kelas kupu-kupu dalam kuliah Bunda Cekatan IIP kembali berlangsung.

30 Mei 2020

Baking Together, Seseruan Membuat Kue Kering dan Roti


Alhamdulillah Ramadhan tahun ini sangat spesial bagi keluarga kami karena kami semua

23 April 2020

Puasa Multitasking

Loh, bukannya multitasking itu bagus?

Menurut saya, relatif. Tapi saya lebih stress ketika multitasking hal yang penting seperti saat-saat menemani anak. Karena itu, pekan keempat ini saya puasa multitasking dengan smartphone saat membersamai anak-anak.

Dan, empat hari puasa, hasilnya dua hari pertama very good, hari ketiga satisfactory dan hari terakhir excellent.

Satu hal yang membuat saya bisa non multitasking adalah pikiran bahwa anak-anak lebih butuh perhatian saya dibanding chat dari teman atau sekadar IG story. Makanya jangan heran kalau saya kadang posting di IG setelah itu menghilang. Tujuannya agar nggak terlena melihat gambaran hidup orang lain yang hanya sekian detik diwakili oleh foto.

Kecuali, saya memang berniat buka IG untuk mencari ilmu. Maka saya akan menjadwalkan khusus dalan jadwal majelis ilmu.

Bismillah, semoga puasa ini seterusnya bisa excellent. Amiin

Kurikulum Unik untuk Tiap Anak


Bismillahirrochmanirrochim

Customized Curriculum, Karena Setiap Anak itu Unik

16 April 2020

05 April 2020

[Review Buku] Jurus Sehat Rosululloh #JSR


Bismillah...

Sekitar bulan Februari lalu, dibuka open PO

01 April 2020

Membersamai Kesayangan Tanpa "Sumbu Pendek" [April]



Bismillah, karena hari ini sudah memasuki bulan April maka jurnal membersamai kesayangan tanpa sumbu pendek saya buat di postingan baru.

31 Maret 2020

Mindful Life, Apa Sih?


Bismillah...

Belakangan ini, dibeberapa grup banyak yang menyebut-nyebut mindful life. Penasaran, saya

26 Maret 2020

Dicabut Nikmat Punya Tangan Kiri


Bismillah...

Ijinkan saya bercerita tentang sebuah renungan tentang nikmat.

24 Maret 2020

18 Maret 2020

16 Maret 2020

The Coconut Family Project

Bismillahirrohmanirrohim...

Family project, sebuah proyek keluarga yang biasanya berpusat pada kepentingan keluarga. Namun, di SCIP diajarkan sebuah Family Project yang berpusat pada lingkungan atau lingkungan sentris, bukan lagi egosentris.

Alhamdulillah, rasanya seperti dipandu di depan cahaya yang mulai terang. Jika dalam dua tahun terakhir saya praktek minim sampah dan mengelola sampah di rumah, maka kini saatnya saya mengajak masyarakat sekitar untuk ikut peduli dengan "sisa konsumsi" masing-masing.

Seperti yang saya ceritakan di sini, saya bersama Tim Perbas sudah sampai pada proses sosialisasi Bank Sampah kepada warga RT 02. Dan alhamdulillah beberapa hari lalu, saya dan Bu Cici sudah meeting dengan Pak RT untuk menjadwalkan "latihan penimbangan" sembari menunggu Bank Sampah diresmikan.

Informasi terakhir, sudah ada 4 kandidat yang bersedia menjadi pengurus Bank Sampah. Bismillah, semoga semua dimudahkan dan semua amanah. Aamiiin...

Rencana awal, penimbangan akan dilakukan pada hari Ahad, 15 Maret. Namun karena Bu Cici berhalangan, jadi diundur in sya Alloh 22 Maret. Lalu, sekarang lagi ada himbauan untuk nggak keluar rumah selama 14 hari. Hmmm, bisa jadi mundur lagi nih penimbangannya. Padahal info dari Pak RT, warga udah nggak sabar pengen nimbang sampahnya.

Oke...

Selanjutnya, setelah latihan menimbang dan Surat Keputusan Kepengurusan Bank Sampah telah terbit, maka kegiatan sosialisasi dan workshop-workshop in sya Alloh akan dirutinkan.

Apa saja rencananya?

Pertama, workshop mengompos dan Lubang Resapan Biopori (LRB). Kemungkinan saya akan menggandeng teman-teman dari IP Tangsel atau sesama praktisi di instagram serta mensosialisasikan program 1 Rumah 1 LRB dari Dinas Lingkungan Hidup Tangsel.

Kedua, pembuatan Eco Enzyme dari limbah dapur. In sya Alloh sudah ada tinbangan di rumah yang akan dipinjamkan selama workshop.

Ketiga, pembuatan sabun dari jelantah. Yang ini kayaknya bakal menggandeng Mak Sari Yahya.

Keempat, pembuatan tikar, tas, dan benda berguna lain dari bungkus kopi/minyak.

Kelima dan seterusnya, in sya Alloh akan dipikirkan lagi. Semoga akan terus berjalan dan dimudahkan olehNya. Aamiiin...

Besar harapan saya pada Alloh agar semua bisa terwujud, sehingga pada saatnya ada pengumuman TPA tutup, warga sudah siap mengelola sampahnya. Aamiiin...


09 Maret 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 8] Begini Rasanya Melamar dan Dilamar


Bismillah, mulai lagi verita dari awal karena draft siang tadi di PC qodarulloh menghilang. Rasanya sudah saya simpan.

Pekan 8 ini, tugasnya adalah menyiapkan bekal untuk fase berikutnya yaitu fase kepompong. Tapi, bekal ini bukan untuk sendiri, melainkan untuk buddy yang telah ditentukan oleh masing-masing ulat.

Tadinya saya sudah berencana melamar teman seregional yang udah klop untuk jadi my buddy. Tapi karena satu dan lain hal, saya batalkan. Alhamdulillah sekarang kami masing-masing sudah punya pasangan ♥️

Sebelum resmi menjadi buddy, saya melamar dulu. Rasanya melamar itu deg-degan takut ditolak atau takut pilihan saya kurang tepat. Tapi, kalau menanti yang sempurna seperti yang saya bayangkan, bisa jadi memakan waktu dan akhirnya saya ketinggalan dari yang lain serta makin sulit menemukan buddy.

Dari sini saya belajar untuk nerimo. Terima kasih Bu Septi atas ilmunya 💕

Selain melamar, saya juga 2 kali menolak lamaran teman yang menginginkan saya menjadi buddy-nya. Hmmmm, memang hidup ini juga punya bagian "menolak" yang terkadang nggak mengenakkan hati kalau dibaperin.

So, sekarang cerita ya perjalananku dengan my buddy yaitu Bua. Sudah bertukar mindmap dan kisah perjalanan selama ini. Bua punya peta menjadi Wanita Pemburu Surga.

Masya Alloh isinya, mewakili keinginan seorang wanita dalam berperan menjadi anak, istri, saudara, ibu, dan masyarakat. Bua itu udah top lah ilmu agamanya (dalam kacamata saya). Pun, Bua juga menceritakan bahwa di hutan pengetahuan ini nggak makan banyak makanan utama. Sama seperti saya, memakan banyak makanan utama dari sumber di luar hutan pengetahuan.


Dari obrolan yang sangat panjang menembus ruang dan waktu, akhirnya saya membekali Bua dengan secercah cahaya yang bisa Bua gunakan saat down dalam perjalanan. Tsahhhh

Apa itu? Tentang kebahagiaan, bagaimana ikhtiar yang bisa dilakukan untuk "memanggil" kebahagiaan itu. Materi saya dapatkan dari kajian bersama UmmuBalqis bulan lalu. Lebih lengkap saya rangkum dalam kotak bekal ini.


Semoga pertemuan dan persahabatan maya ini diridhoi oleh Alloh Ta'ala dan saling membawa manfaat satu sama lain. Jazakillah khoir, Bua ❤




04 Maret 2020

Tujuh Tahun Kedua

Jurnal mbak Rizma

Alhamdulillah, hari ini, mbak Rizma mengawali pagi seperti biasanya, ikut papahnya ke masjid untuk sholat shubuh berjamaah. Meski kata papah kalau masih ngantuk, mbak akan melanjutkan tidur di masjid. Masya Alloh, tabarokalloh, nak...

Setelah papah selesai tilawah, kami bertiga berkumpul untuk berdoa bersama, mwmbangun kaki untuk mimpi mbak Rizma di fase tujuh tahun kedua ini. Tapi mbak ternyata maunya baca buku, jadi nggak bisa fokus ngobrol. 

Alhamdulillah papah berinisiatif memperlihatkan beberapa foto dan video semasa mbak Rizma kecil. Senyum pun merekah di wajah mbak 😘

Setelah terlihat happy, kami pun memulai obrolan ringan yang mengarah ke inti obrolan bahwa dengan memasukinya usia 7 maka akan ada perintah sholat untuk Mbak Rizma. Sudah bukan lagi ajakan, tapi perintah. Pun, akan ada tambahan hak bagi mbak. Dst dst

Bunda menanyakan mbak tentang apa keinginannya di usia 7, apakah ingin bisa A, B  C, nanti bunda dan papah sebisa mungkin akan membantu memfasilitasi. Tapi mood mbak sepertinya masih belum full charged meski udah dicharge baterai kasihnya.

Baca juga : Bahasa Kasih dalam Keluarga

Oke, nggak akan ada paksaan. Karena itu, obrolan berlanjut yang ringan-ringan dulu. Mungkin mbak belum menemukan ide kalau ditanya langsung, mungkin mbak butuh waktu berpikir untuk menjawabnya.

Beberapa waktu kemudian, mbak menghampiri bunda ke dapur untuk membuat nasi goreng. Alhamdulillah sudah banyak tahap yang mbak lakukan dalam kegiatan ini. Namun, untuk memecahkan telur mbak masih belum mau  lainnya, oke. Bunda hanya membantu sedikit-sedikit.

Bekal snack pun, mbak menyiapkan sendiri meski nggak sampai selesai. Alpokat siram skm putih. Hehehe... Makasih ya, mbak udah memilih bekal yang simpel-simpel ♥️

Sebelum sarapan mbak dan adek selesai, ibun sudah harus berangkat naik goride (ohiya Adej bangun beberapa waktu kemudian setelah ibun bangunkan masih aras-arasen, hehe)...

Mbak menyenangkan hati ibun, mau anter ibun ke depan lalu akan melanjutkan sarapan. Saat itu ibun mengingatkan makanannya nanti di jalan kalau ditinggalkan begitu aja (piringnya maksudnya).

Alhamdulillah...

Pulang kantor mbak masih tidur, tapi nggaj lama bangun alahmdulillah. Sepotong baju renang baru membangunkannya dan membuatnya semangat.

Setelah mandi, mbak sholat maghrib di kamar bawah tempat uti menginap, ibun diatas, menyiapkan soal latihan uts bahasa Indonesia dan math untuk esok hari. Maafkan ibun lupa ngingetin sholat dan masya Alloh mbak sholat tanpa disuruh. 

Pas isya juga, ibun lagi makan malam dibawah, mbak diatas, kami telah selesai berlatih soal dan bermain petak umpet bersama. Ibun panggil mbak dari bawah nggak ada suara, papah, akung dan adek sudah ke masjid untuk sholat isya. Ibun panggil lagi dan lagi dengan beberapa menit jeda.

"Kan lagi sholat!"

Dengan nada agak tinggi, mbak mungkin kesal sama ibun. Sekali lagi maafkan ibun lupa mengingatkan mbak untuk sholat isya. Dan, lagi, mbak sholat tanpa disuruh 😭

Uti langsung minta maaf, ibun mengingatkan mbak untuk berbicara tetap lemah lembut.

Sepanjang perjalanan sore tadi, ketika almatsurat selesai, ibun berdzikir menyebut nama Alloh Ya Lathiif, Yang Maha Lembut. Ibun meminta pada Alloh agar mbak Rizma dilembutkan hatinya. Karena selama ini mungkin ibun yang kurang sabar sehingga mbak terkesan hatinya nggak lembut. Astaghfirulloh...

Ibun juga memohon agar ibun dimampukan menjadi ibu untuk mbak Rizma dan Adek, specially mbak Rizma di usia 7 tahun ini. Karena kalau ibun kecewa sama mbaj, biasanya daya kreativitasnya menurun. Selain belajar biar terus kreatif dan menetralkan emosi, ibun juga komat kamit memohon kemudahan dari-Nya.

Ya Alloh,
Mampukanlah, mudahkanlah...

Ibun yang salah bun, ibun baru hari pertama beda tugas saja sudah lupa 2 kali mengingatkan mbak Rizma untuk sholat. Hiks...

Sekarang anaknya udah tidur di kamar sebelah, seperti biasa, dipijit dulu sama papahnya sambil papahnya merem juga sebelum akhirnya pindah. 

Ya Alloh, mudah-mudahan jalan ini kami tapaki dengan penuh kebahagiaan dan pertolonganMu ya Alloh...

Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaahul'aliyyil 'adziiiim....

Ibun, yang kangen sholat berjamaah dengan mbak 💕


03 Maret 2020

Merancang Visi Pendidikan Keluarga

Merancang Visi Pendidikan Keluarga
as
Oleh Pak Aar Sumardiono
Rumah Inspirasi

Visi Pendidikan memiliki peran yang krusial dalam proses homeschooling. Visi Pendidikan akan memberikan arah ke mana proses homeschooling akan kita jalani. Visi Pendidikan bisa menjadi peta atau petunjuk bagaimana homeschooling akan dijalani.
Apa itu Visi Pendidikan Keluarga?
Visi Pendidikan Keluarga adalah gambaran tentang model pendidikan yang akan dijalani anak-anak. Visi pendidikan memuat kapasitas anak yang dituju, filsafat pendidikan yang dipilih, pandangan kita tentang cara belajar anak, dan hal-hal lain yang dianggap penting.
Visi Pendidikan Keluarga gagasannya mirip membuat “Educational Philosophy” yang biasa dibuat oleh keluarga homeschool (mereka lebih suka menyebut home-education) di Inggris. Proses pembuatan Educational Philosophy ini tidak diwajibkan, tapi disarankan oleh para senior HE di Inggris.
Nah, di Indonesia kita juga tidak diwajibkan untuk membuat Visi Pendidikan Keluarga. Tapi, jika kita bisa membuat Visi Pendidikan Keluarga, itu akan sangat membantu dalam proses homeschooling. Bahkan seandainya anak kita tidak menjalani HS, keberadaan Visi Pendidikan Keluarga bermanfaat untuk memandu keluarga memilih sekolah dan kegiatan-kegiatan yang sesuai.
Mengapa kita perlu membuat Visi Pendidikan Keluarga?
  • Homeschooling tak hanya mengikuti dan menjalani sebuah kurikulum tertentu saja. Homeschooling berangkat dari kebutuhan anak dan visi tentang pendidikan yang ideal menurut keluarga.
  • Visi Pendidikan Keluarga akan membantu kita memilih jenis kegiatan yang sesuai. Sebab, saat ini banyak sekali jenis kegiatan anak sementara sumber daya dan waktu kita terbatas. Keterbatasan ini membuat kita harus memilih. Dan Visi Pendidikan Keluarga bisa menjadi alat bantu untuk memilih kegiatan anak-anak.

  • Dengan memiliki Visi Pendidikan Keluarga, kita bisa merancang proses pendidikan yang sesuai untuk anak-anak kita.

Bagaimana bentuk Visi Pendidikan Keluarga?
Tidak ada sebuah bentuk yang standar tentang bagaimana Visi Pendidikan Keluarga seharusnya dibuat.
"It’s a guiding principle rather than a set of strict guidelines and a genuine statement of educational beliefs which, of course, might change as the child’s education develops in means and manner – from structured to unstructured for instance.” 
-Dr Helen Lees (Newman University in Birmingham)-
Visi Pendidikan Keluarga bukanlah petunjuk praktis yang diikuti step-by-step, tetapi lebih berupa prinsip-prinsip yang bermanfaat untuk memandu kita dalam proses menjalani homeschooling.
Kita jarang membicarakan dengan pasangan tentang Visi Pendidikan Keluarga. Suami-isteri jarang mendiskusikan tentang bagaimana pendidikan yang ideal menurut sudut pandang masing-masing.
Oleh karena itu, merancang Visi Pendidikan Keluarga adalah kesempatan untuk mendiskusikan pendidikan di keluarga kita. Mari kita manfaatkan!
Aspek Visi Pendidikan Keluarga
Untuk membantu proses perancangan Visi Pendidikan Keluarga, kami memberikan memberikan beberapa pertanyaan dasar untuk membantu Anda.
  1. Kapasitas Personal Anak
  2. Kapasitas Sosial
  3. Kapasitas Profesional
  4. Model Pendidikan Ideal

Tiga hal yang pertama berkaitan dengan “bekal ideal” yang perlu dimiliki anak saat dewasa. Bagian terakhir berkaitan dengan cara Anda memberikan bekal ideal tersebut.
Bagaimana cara membuat Visi Pendidikan Keluarga?
Idealnya adalah hasil kesepakatan antara suami-isteri. Idealnya dilakukan sebelum memulai homeschooling atau pada saat anak-anak belum lahir.
Kenyataannya, tidak banyak pasangan yang mendiskusikan tentang mimpi bersama sebagai keluarga dan visi pendidikan keluarga. Kita sering berinteraksi “tanpa kata” dengan pasangan dan mencoba mengira-ngira apa yang ada dalam pikiran pasangan kita.
Jika Anda ingin homeschooling, ini saatnya mulai membicarakan tentang Visi Pendidikan Keluarga yang disepakati bersama.

Cara membuat Visi Pendidikan Keluarga

Ada 3 tahap penting dalam proses merancang Visi Pendidikan Keluarga.
Pertama adalah membuat Visi Pendidikan versi masing-masing (versi Ibu & versi Ayah).
Kedua adalah memaparkan Visi Pendidikan kepada pasangan. Setiap orang bercerita dan pasangan mendengarkan serta mengajukan pertanyaan untuk memperjelas. Proses ini dilakukan bergantian.
Ketiga adalah mendiskusikan dan menyepakati hal-hal penting yang menjadi Visi Bersama.
Tips:
  • Kondisi ideal tejadi ketika pasangan suami isteri memiliki kesadaran yang sama dan bisa berkomunikasi dengan baik. Proses diskusi tentang visi pendidikan bisa berlangsung secara produktif.
  • Jika kondisi seperti itu tak Anda miliki, Anda tetap bisa membuat Visi Pendidikan Keluarga. Mulai dengan proses Anda sendiri. Setelah Anda selesai mengisi, ceritakan kepada pasangan Anda dan minta komentar/masukannya. Berdasarkan komentar/masukan yang diberikan, Anda melakukan revisi. Itulah hasil Visi Pendidikan Keluarga Anda saat ini.
  • Visi Pendidikan Keluarga adalah prinsip yang memandu. Visi ini bisa berubah seiring perkembangan wawasan/pengetahuan/kesadaran Anda. Visi ini juga bisa berubah seiring perubahan kondisi (anak, lingkungan keluarga, lingkungan eksternal). Jadi, yang Anda miliki saat ini adalah Visi Pendidikan Keluarga versi 1.0
  • Jika Anda merasa perlu mengubah, menambahkan, mengurangi, mempertajam Visi Pendidikan Keluarga, lakukanlah. Anda akan memiliki versi 2.0 dan seterusnya.
  • Dengan memiliki Visi Pendidikan Keluarga, Anda bisa menilai kebutuhan model pendidikan keluarga Anda. Berdasarkan Visi Pendidikan Keluarga yang Anda buat, Anda bisa menilai apakah homeschooling adalah alat yang tepat untuk meraih Visi Pendidikan Keluarga tersebut. Jika memang tidak tepat, berarti Anda perlu mencari model lain yang lebih sesuai untuk Anda.
Beberapa catatan saya setelah melihat pertanyaan di grup Whatsapp dan Forum Web:
  • Proses membuat rancangan “Visi Pendidikan Keluarga” ini adalah hal yang penting dalam proses homeschooling supaya Anda tahu ke arah mana proses homeschooling akan dijalankan?
  • Idealnya proses membuat Visi Pendidikan Keluarga dilakukan bersama pasangan. Tetapi jika Anda single parent atau kondisi tidak memungkinkan, jangan menghalangi Anda untuk membuatnya. Mulai saja dan jadikan itu sebagai pegangan awal.
  • Kunci membuat Visi Pendidikan Keluarga adalah membuatnya cukup umum, ideal, tetapi pada saat bersamaan bisa dieksekusi oleh Anda. Jangan terlalu teknis, misalnya Visi Pendidikan Keluarga Anda adalah mengikuti Belajar menurut Kurikulum 2013. Visi pendidikan perlu melampaui hal-hal teknis yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Kalau nanti kurikulumnya ganti bagaimana? 
Sebagai gantinya, Anda bisa menuliskan: anak memiliki ijazah untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Dengan menuliskan ijazah, berarti proses HS anak-anak nanti akan mengintegrasikan proses akademis. Caranya? Tergantung kebijakan pemerintah yang sedang berlaku.
  •  Visi Pendidikan Keluarga juga bukan hanya sekedar mimpi yang tak masuk akal. Sebagai contoh, visi Anda “anak menguasai 20 bahasa”. Visi ini bisa masuk akal ketika Anda memiliki gambaran tentang langkah dan cara mencapainya. Tetapi visi ini hanya menjadi tak masuk akal jika Anda sendiri tak tahu cara membimbing anak untuk menuju ke sana.
  • Untuk membuat visi pendidikan ideal sekaligus operasional, kami memberikan panduan untuk memudahkan Anda. Panduan itu adalah Kapasitas Personal, Kapasitas Sosial, dan Kapasitas Profesional.
  • Jika Anda baru memulai homeschooling dan belum memiliki bayangan, tidak apa-apa. Hal itu sangat wajar karena kita memang tidak dibiasakan memiliki Visi pribadi. Selama ini, kita terbiasa hanya menjalani Visi dan rencana yang dibuat orang lain. Yang penting Anda tahu bahwa homeschooling bukan hanya mendapatkan ijazah dan mengikuti kurikulum saja. Anda memiliki hak dan kesempatan untuk membuat rancangan sendiri.
  • Jika Anda tak ingin memanfaatkan hak untuk membuat rancangan sendiri, Anda bisa memulai dengan mengikuti proses Ujian Paket yang disediakan oleh mendapatkan ijazah setara sekolah. Berikut ini contoh Visi Pendidikan yang banyak dimiliki oleh keluarga HS berdasarkan pengamatan saya dan bisa digunakan sebagai titik awal proses homeschooling:
    • mendapatkan ijazah paket
    • memberikan dasar agama yang baik
    • mengembangkan minat anak
  • Seiring waktu dan semakin meningkat wawasan Anda mengenai homeschooling, Anda bisa merevisi Visi Pendidikan itu sehingga lebih sesuai.


29 Februari 2020

Mengelola Distraksi

Tulisan ini merupakan resume dari kulwap pekanan dalam kelas Jurnal HS 2020 yang diadakan oleh Rumah Imspirasi. Saya ikat diblog karena saya tahu sifat pesan whatssap itu lebih sulit dipelajari ulang bila sudah tertumpuk chat yang lain.

Jadi, sambil sharing juga, saya pindahkan kesini.

Materi dari Bu Lala Rumah Inspirasi

"Kulwap Journaling: "MENGELOLA DISTRAKSI"

Selamat malam teman-teman,

Bagaimana proses menjurnalnya? Semoga masih terus semangat.

Tidak terasa kita sudah memasuki minggu terakhir bulan Februari. Dua bulan berlalu dengan cepat, apalagi kalau tidak dicatat. Tapi kalau dicatat pasti mulai terasa nikmat karena buku jurnal mulai terisi dengan “harta berharga” yaitu cerita, rasa syukur & aneka rencana yana semoga berhasil dilaksanakan dalam beberapa minggu terakhir ini.

Kita beruntung hidup di era kemudahan informasi seperti ini. Internet telah membuat kita terhubung, kita bisa belajar bersama & saling menguatkan dalam proses membuat jurnal ini.

Tapi internet & teknologi juga merupakan sumber distraksi yang besar bagi kita yang mungkin membuat kita sulit fokus menyelesaikan hal-hal yang seharusnya kita selesaikan.

Seperti journaling

Kadang kita merasa tidak punya waktu untuk menulis jurnal, tapi ternyata kita punya cukup banyak waktu untuk stalking Instagram atau membaca berita melalui telpon genggam kita.

Konon, para pekerja di Amerika terdistraksi setiap 11 menit dan membutuhkan waktu 25 menit untuk bisa mengembalikan fokus yang tergeser tadi (https://www.ics.uci.edu/~gmark/chi08-mark.pdf).

Semakin kompleks pekerjaan yang perlu dilakukan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa kembali fokus.

JENIS DISTRAKSI

Ada 2 jenis distraksi: dari dalam dan dari luar. Kita sering menyalahkan distraksi dari luar, tapi sesungguhnya gangguan terbanyak dilakukan oleh diri kita sendiri, yang seringkali tidak kita sadari.

Distraksi dari dalam

Distraksi ini terjadi di dalam kepala kita. Bentuknya seperti mental block yang menahan kita untuk tetap fokus alias ketidakmampuan kita untuk memilih.

Ketika pilihan itu melimpah di hadapan kita, kita justru sulit untuk menentukan mana yang harus kita lakukan. Mau cuci piring dulu, beres-beres rumah, mendengarkan podcast atau mencari materi untuk anak?

Mengapa di pesawat terbang lebih mudah untuk menyelesaikan membaca buku atau menonton film? Karena pilihan kita terbatas. Secara fisik pun kita terbatas kondisinya.

Otak kita cenderung memprioritaskan pilihan kita berdasarkan pada kebutuhan yang di depan mata dibandingkan kebutuhan yang seharusnya dilakukan.

Distraksi luar

Distraksit luar itu contohnya pesan Whatsapp atau tamu yang mendadak datang ke rumah. Distraksi luar ini seringkali kita anggap sebagai sumber utama masalah, tapi distraksi dari luar ini pun sebenarnya tetap bisa kita minimalkan.

Kita semua tak lepas dari distraksi. Saya sendiri ketika menuliskan materi ini terdistraksi beberapa kali. Hehehe..

Untuk itu, malam ini saya berbagi 3 latihan untuk membantu Anda menaklukkan aneka gangguan tersebut.

Langkah 1: Kurangi pilihan Anda

Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, distraksi internal terjadi karena kita punya banyak pilihan. Maka cara pertama adalah mengurangi pilihan yang ada.

Misal, pada saat kita ingin menulis jurnal maka jauhkan telpon genggam, matikan TV bahkan kotak cemilan yang mungkin ada di sekitar meja.

Aturan 20 Detik

Seorang psikolog -Shawn Achor- percaya bahwa 20 detik memberikan banyak perbedaan dalam perubahan kebiasaan. Misal, jika Anda menjauhkan HP dalam jangkauan 20 detik, maka kemungkinan Anda mengeceknya akan semakin sedikit.

Atau matikan notifikasi di HP sehingga Anda butuh waktu lebih lama untuk mengecek pesan yang sampai. Keluar (log out) dari akun sosial media Anda sehingga Anda perlu waktu untuk masuk (login) dulu sebelum bisa mengecek media sosial. Karena sesungguhnya notifikasi tidak selamanya merupakan hal yang penting. Media sosial tidak membantu kita menyelesaikan pekerjaan yang saat ini harus kita lakukan.

Latihan langkah 1

Identifikasikan pilihan yang Anda punya di sekitar Anda, dan pikirkan bagaimana Anda menghilangkannya ketika Anda membutuhkan waktu untuk fokus.

GAMBAR

Langkah 2: Memasang Waktu Berhenti

Di dunia penuh distraksi ini, informasi datang tiada henti. Selesai nonton satu video Youtube, kita langsung disajikan video lainnya dan seterusnya. Untuk itu kita perlu bisa memasang tanda berhenti bagi kita sendiri.

Caranya bisa dengan dua hal:

a Berdasarkan waktu

Misal saat kita mau membuka Instagram, kita memasang weker 15 menit di HP atau komputer untuk memastikan tidak akan terlewat waktunya.

Dulu saya ke mana2 pakai timer dapur murah meriah untuk mengatur waktu, karena kalau pakai HP lebih mudah terdistraksi. Tapi sekarang saya pakai jam yang ada timernya jadi lebih mudah lagi prosesnya.

b. Berdasarkan kemajuan

Misal saat kita menonton video di Youtube, kita membatasi diri untuk hanya menonton 2 video saja.

Latihan langkah 2

Tuliskan distraksi yang biasa terjadi dan apa yang menjadi tanda berhenti bagi distraksi tersebut.

GAMBAR

Langkah 3: Atur Suasana Fokus

Sebagai manusia, kita terdistraksi oleh indra kita:

~ Suara: orang ngobrol, suara binatang, abang bakso lewat, musik, anak merengek dll

~ Sentuh: tempat duduk yang kurang myaman, baju yang terlalu ketat, meja kerja yang kotor

~ Pandangan:  layar, suasana ruang tempat fokus, pemandangan yang terlihat oleh Anda

~ Bau: bau kopi, orang tiba-tiba kentut atau. bau masakan tetangga

~ Rasa: sisa rasa di mulut, apa yang sedang kita makan atau kunyah

Jika Anda ingin fokus, pilihlah tempat di mana indra Anda tidak mengganggu perhatian. Kemudian tuliskan tempat yang kira-kira aman bagi indra Anda. Misal: di kamar saat malam hari setelah anak-anak tertidur, atau di beranda rumah ketika hari masih pagi dan seisi rumah terlelap.

Sebagai ibu, kadang banyak hal tidak ideal.

Untuk itu kita perlu menambahkan elemen kesabaran dan kelenturan serta kemampuan untuk berdamai dengan ketidak sempurnaan.

Saya sendiri berusaha untuk bangun jauh lebih pagi sebelum orang di rumah bangun untuk menjurnal. Karena itu waktu yang paling cocok buat saya.

Waktu malam buat saya masih sering banyak distraksi. Keluarga kami selalu melakukan keruntelan di malam hari dan kalau sedang seru kadang sampai terkantuk-kantuk sehingga sudah tidak sempat menjurnal.

Waktu anak-anak kecil, mereka setiap malam minta dibacakan buku cerita dan saya sering ketiduran di kamar mereka sehingga sulit untuk menjurnal kala malam.

Sebagai ibu, saya harus bersedia berjalan extra mile untuk mencapai apa yang saya inginkan. Dan saya rasa teman-teman pun perlu melakukan hal ini (baca: menghalau distraksi) kalau memang mau berhasil menjurnal.

Awalnya mungkin sulit, tapi begitu kita mendapatkan buah dari proses menjurnal ini, aneka distraksi itu tidak lagi menjadi halangan, dan kita akan lebih cepat mampu kembali fokus.

Karena buah fokus jauh lebih manis daripada buah distraksi.

Semangat terus ya teman-teman!

28 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 7] Unlearn, Sebuah Proses Refleksi



Bismillah...

Pekan ini kelas Bunda Cekatan memasuki pekan ketujuh di fase ulat-ulat.

Setelah beberapa pekan lalu para ulat makan makanan yang dibutuhkan, sekarang saatnya istirahat di

24 Februari 2020

Menghentikan Anak Tantrum dalam Hitungan Menit


Judul postingannya agak lebay ya, tapi cerita yang akan saya tulis ini beneran works deh buat anak kedua saya yang tantrum -usianya sebentar lagi 3 tahun-. Tapi, tantrumnya berada di level menangis

22 Februari 2020

Bu, Mau Nggak Kalau Sampahnya Jadi Uang?

Bismillah...

Alhamdulillah kamis malam kemarin saya beserta tim melaksanakan Sosialisasi Bank Sampah

21 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 6] Berbagi Makanan Kesukaan Teman


Masya Alloh...

Jumat berkah, tetiba pagi saat baru bisa online, saya mendapatkan makanan tentang Foodwaste dari

14 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 5] Keluarga Favorit di Camping Ground


Bismillah...

Setelah berkelana di keluarga yang punya satu "nafas", kali ini mahasiswi Bunda Cekatan IIP 

13 Februari 2020

[Review Buku] Tuntas Motorik & Tuntas Kemandirian


Bismillah...

Kali ini saya mau mereview sedikit tentang duo buku yang sangat bermanfaat bagi saya. Dari segi

Apa yang Akan Kamu Lakukan terkait Sosial Sustainability?



Sebelumnya, materi Sejuta Cinta tentang Simpathy vs Empathy dan Charity vs Filantropi. Kemudian, sekarang tentang Social Sustainability. 

Masya Alloh kok pas bener sama rencana saya dalam waktu dekat ini. Semacam menemukan jalan

11 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 4] Belajar Sustainable Living dengan Keluarga Punggawa Semesta


Bismillah...

Setelah sempat galau beberapa hari lalu, saya kembali menilik mindmap saya. Disana memang

10 Februari 2020

Berkenalan dengan Metode Pendidikan Waldorf

Photo Credit: Nanda
Bismillah...
Alhamdulillah akhir bulan lalu saya mendapat kesempatan belajar dengan Waldorf Jakarta Study

03 Februari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 3] Meet Up Bersama Keluarga Uluwatu di Kebun Apel


Bismillahirrokhmanirrokhim...

Ahad, petang, menunggu Maghrib.

Sembari menunggu anak-anak dan suami pulang dari beli sabun yang ternyata sekalian mbakso. Hahaha...

29 Januari 2020

Catatan tentang Portofolio Anak

Rangkuman dari dongeng Mak Ika Pratidina
Dibuat Oleh Elok Mahmudah, Regional Tangsel.


Bismillah, rangkuman ini hanya sebagian kecil dari apa yang disampaikan Mak Ika. Karena nyimaknya nggak full, anak-anak tadi belum pada tidur. Alhamdulillah setengah jam pertama banyak nyimak meski ada beberapa bagian yang tertinggal. Makasih pak suami udah nemenin anak-anak sendirian. Sisanya, udah dipanggil sikecil maunya sama ibun. Jadi izin mendengarkan sambil mijitin dia 😆

So, mohon maaf kalau kurang lengkap 🥰 
Semoga menjadi gambaran untuk yang membaca.

Tentang Portofolio Anak

Intinya, portofolio ini berisi "PRESTASI TERBAIK ANAK"

Cara membuatnya bagaimana?
Rumus 3 A
  1. Aktif terlibat
  2. Amati
  3. Asah

A pertama, aktif terlibat.
Ibu aktif terlibat dalam kegiatan anak. 

Apakah kegiatannya direncanakan?
Kalau Mak Ika, mengikuti ritme anak. Jadi, kegiatan bisa spontan. Misal, dari seekor semut hitam bisa jadi tema kegiatan hari itu. 
Atau, bisa juga dari kesukaan anak. Contohnya, anak Mak Ika suka bersepeda, maka Mak Ika membuat kegiatan bersepeda itu sebagai sarana belajar anak untuk membaca peta dengan cara bersepeda berdasarkan peta dari Ibu.

Bagaimana kalau blank, mau berkegiatan apa ya?
Ibu, sebaiknya punya Buku khusus kegiatan anak yang dibuat dari breakdown perkembangan normal anak sesuai usia.
Jadi, jangan sampai kehabisan ide untuk berkegiatan.

Selanjutnya, dapatkan bank data.
Dari berkegiatan bersama, ibu mencatat kegiatan ke dalam catatan khusus. Bentuknya apa? Bebas, kan sekarang banyak media. Bisa foto, video, tulisan di blog atau gdrive dkk. 
Kalau dulu Mak Ika manual. Isinya ada tulisan kegiatan, juga worksheet-worksheet.
Belum, ini belum portofolio 😀 ini baru bank data atau jurnal.

A kedua, Amati.
Nah, dalam mengamati ini, agar tidak hanya penilaian dari satu pengamat (ibu) maka minta juga pendapat kedua misalnya dari suami. Jadi, judulnya mengamati bersama.
Proses mengamati ini, seperti memilah mana sih aktivitas terbaik anak? 
Dari sini, dapat dicatat sebagai modal awal portofolio.

A ketiga, Asah.
Setelah kita mengamati, kita bisa menemukan prestasi terbaik anak, sisi terbaik anak, kesukaan anak, keingintahuan anak, minat anak, dst dst.

Dari sini, kita lakukan konfirmasi ke anak apakah betul ananda menyukai "suatu hal"?
Jika iya, maka dapat dipelajari lebih dalam atau diasah lagi. Tapi, kita juga harus tahu apakah itu benar-benar kesukaan anak atau hanya ikut-ikutan saja? Misal karena lihat teman/tetangga suka membuat kue maka dia mengajak baking dan konfirmasi ke kita bahwa ananda ingin tahu tentang baking.

Apakah harus kita yang mengajari?
Kalau kita kurang ahli, boleh kok mendatangkan atau menitipkan ananda ke ahlinya. Tentu denga pendekatan dulu sebelum benar-benar menimba ilmu.

***

Mak ika membuat 2 buku untuk masing-masing anak. Pertama, buku bank data seperti yang disinggung di atas; dan kedua, prestasi anak. Ehm, ada satu lagi, yaitu buku anekdot yang berisi pertanyaan-pertanyaan menggelitik dari anak. 

***

Pertanyaan yang muncul, sejak kapan perlu dibuat portofolio anak?
Sejauh hati menyimak, dari 0 bulan sudah bisa mulai di jurnal kegiatan ananda 😉

Mulai dari mana kalau sudah terlambat?
Bukan dari mana-mana, tapi DARI SEKARANG 🥰

Bagaimana agar konsisten?
STRONG-kan "STRONG WHY"nya ❤

In sya Alloh, kalau sudah terbayang manfaat dari portofolio ini, niscaya ibu tidak akan melewatkan "pengamatan" ini 🤗

Kalau Mak Ika, memang meluangkan waktu khusus untuk memilah dan mengamati dari sekian aktivitas yang tercatat di bank data. Bisa mingguan, bisa juga yang lain, fleksibel aja.

Bagaimana tips untuk ibu bekerja di ranah publik yang tidak 24 jam bersama anak?
Punten, sepertinya kelewat belum terbaca sama Mak Ika.

Isi detailnya apa saja?
Tergantung usia. Kalau yang dicontohkan Mak Ika tadi, isi portofolionya adalah:

  • Daftar isi
  • CV anak (daftar riwayat hidup)
  • Proyek yang pernah dilakukan anak (bagian ini menggambarkan "ANAK GUE BANGET")
  • Pengalaman apa saja yang dilalui anak

Yang pada intinya, jika orang melihat portofolio anak, maka akan tahu apa kelebihan si anak.

Portofolio ini nantinya akan membantu anak untuk menemukan sisi terbaik mereka dan membuat anak percaya diri. Bisa juga sebagai bekal untuk melamar magang ketika tiba waktu magang.

Hmmm, portofolio ini semacam "profil anak" 😍

Tugas kita, adalah membantu anak-anak untuk menemukan apa sih yang mereka ingin tahu? Apa sih yang ingin mereka pelajari dan perdalam lagi?

Pesan Mak Ika:
"Jangan pernah menitipkan cita-cita kita ke anak."

Sekian catatan dari saya, mohon maaf apabila ada kekurangan dan bahasanya terlalu santuy 😆 
Semoga yang tidak bisa live mendengarkan dongeng, jadi mendapat gambaran dari tulisan ini.

Tetap semangat membersamai ananda 🧕🧒
Semoga dimudahkan semuanya.

JANGAN LUPA BAHAGIA DAN FLEKSIBEL AJA BUUUK ❤❤❤


24 Januari 2020

[Jurnal Ulat-Ulat Pekan 2] Mencari Potluck di Gua



Bismillah...

Setelah pekan lalu belajar membagi potluck dalam bentuk tulisan, kali ini saya sebagai salah satu dari

23 Januari 2020

"Aku nggak mukul, cuma nyolok mata!"


18 Januari 2020

Kemarin di mobil, papah nyetir, tetiba mbak nangis di kursi belakang. Langsung papah dinasihatin: Adek,