24 Maret 2020

Membersamai Kesayangan Tanpa "Sumbu Pendek" [Maret]



Bismillah, tantangan 30 hari dimulai hari selasa ini.

Salah satu hal yang ada di dalam mindmap saya adalah bahagia membersamai anak-anak. Tambahan sebetulnya bahagia membersamai suami juga. Artinya, saya nggak mau saya ngegas atau bersumbu pendek selama menemani kesayangan ini. Karena itulah saya berusaha memanajemen emosi saya agar bisa tetap menebarkan kebahagiaan selama berada disisi mereka.

Seperti kata Ustadzah Halimah Alaydrus, jangan ketinggian pasang harga. Disini, saya terapkan harga bahagia saya. Nggak usah tinggi-tinggi. Toh, kalau kebahagiaan saya bergantung oada orang lain -misalnya saya bahagia kalau suami saya bla bla bla ke saya- maka artinya saya fokus pada hal-hal diluar kendali saya. Begitu kata coach Darmawan Aji.


So....
Saya akan fokus pada hal-hal yang bisa saya kendalikan seperti memilih untuk bahagia meski ada sesuatu yang sebenarnya sepele tapi bisa memicu emosi. Intinya, saya akan berusaha dengan sadar menjalani hari-hari saya dengan kesayangan saya dengan memilih respon terbaik saat terjadi sesuatu diantara kami.

Jurnal ini merupakan jurnal saya bertumbuh, dan tulisan ini akan diupdate setiap hari seiring bertambahnya waktu tantangan.

Saya memilih begini karena saya ingin dalam satu tulisan saya bisa membaca perkembangan saya dalam memanajemen emosi meski mungkin nggak dalam 30 hari namun saya pecah dalam hanya beberapa tulisan saja.

Hari pertama tantangan, 24 Maret 2020/29 Rajab 1441

Alhamdulillah hari ini seperti biasa sejak WFH, bangun pagi dan sholat shubuh berjamaah dengan anak sulung dan suami. Kemudian berpagi hari bersama sebelum akhirnya saya memasak nasi goreng magelangan. 

Selama memasak, anak-anak menemani saya di dapur dengan banyak celotehan dan berusaha icip mie yang baru direbus, memberi masukan bumbu, dan sesekali ingin ikut memasak. Namun, karena ini resep baru untuk mereka jadi saya ijinkan hanya melihat dulu saja. Beberapa kali saya menghela napas agar saya nggak jadi "ngegas" alhamdulillah berhasil.

Setelah itu, kami makan pagi bersama. Semua happy, memuji masakan saya, enak katanya, sambil membuat semacam yel-yel berdua dengan jempol 3 kali digerakkan naik turun sambil bernada dengan suara mereka.

Alhamdulillah selama kegiatan pagi sampai siang saya berhasil menahan amarah namun masih ada sedikit ngegas saat merasa saya sendiri menjadi guru, koki, dan pegawai yang WFH. Tapi pas nanya ke anak sulung dia bilang saya nggak ada marah-marah. Mungkin karena memang nggak bernada tinggi, hanya hmmm hmmm hmmm hampir meledak. Hihi...

Jadi, hari pertama ini saya memberikan badge Very good untuk tantangan ini.


Hari kedua, 25 Maret 2020/30 Rajab 1441

Alhamdulillah sepagian beraktivitas bersama anak-anak. Mulai dari membuat sarapan jasuke dan telor dadar, sampai akhirnya si sulung yang kesiangan bangun membuat jasuke sendiri dengan bahan yang sudah saya siapkan.

Tantangan mulai timbul ketika papahnya tidur dan kami cuma bertiga. Yang kecil minta belajar buku pelajaran si kakak, yang besar minta belajar penjumlahan. Bisa dibayangkan kalau multitasking pastinya sumbu bisa pendek dan emosi meledak. Saya mencoba tetap senyum dan menganggapi dengan santai meski adek sudah mulai menjerit-jerit karena paham saya nggak hanya fokus ke dirinya.

Selanjutnya, ketika main di halaman rumah. Entah gimana sekarang adek main sepeda maunya dipegangi. Saya memotivasi agar ia kembali berani seperti sebelumnya tanpa dipegangi namun merengek. Siap! Saya pun meladeninya tanpa kesal dan akhirnya ia pun minta turun dari sepeda karena ada teman main lagi yaitu Abim. Awalnya si sulung minta main petak jongkok tapi saya tolak karena ada tetangga Bapak-bapak lagi main bola. Terlihat malas saya memang, karena saya risih lelarian ada laki-laki lain selain suami. Kalau sepi sih saya ladeni. Hehehe... Alhamdulillah mbak Rizma akhirnya main sepeda saja.

Kegiatan diluar berakhir dengan bersama-sama mengamati hewan-hewan yang saya temui saat menyapu halaman rumah, yaitu cacing, lintah, dan siput. Alhamdulillah semua happy meski saya awalnya menolak main petak jongkok. Hehehe...

So, hari kedua ini saya nilai dengan very good. Loh kok nggak excellent? Karena tadi saat adek merengek itu saya konfirmasi apa keinginan dia, saya agak naik nadanya. Agak loh ya, tapi memang nggak pake senyum karena mulai goyah pertahanannya.


Hari ketiga, 26 Maret 2020/ 1 Sya'ban 1441

Pagi ini kami sarapan nasi goreng untuk anak-anak dan nasi hangat lauk ayam goreng untuk orang tuanya. Alhamdulillah berhasil nggak ngomel pas masak dibantu si sulung. Hehe...

Saat sekolah bersama, jadwalnya English. Ada sesi listening dan singing dari laptop. Lha kok mbak R maunya pakai headset, sedangkan adeknya mencabut headsetnya. Terjadilah perseteruan diantara mereka. Karena sudah bahaya, terpaksa saya mengambil headset dan menyimpannya dahulu sebelum ada kesepakatan diantara kami. Mbak nangis. Dan kami pun sepakat di putaran kedua akan boleh menggunakan headset karena yang pertama masih butuh pendampingan. Gimana mau mendampingi kalau yang didampingi pakai headset?

Setelah tenang semua, ada lagi tangisan Mbak yang disusul tangisan Adek. Dimulai dari adek yang ingin mengisi good habit tracker dia dengan menaiki kursi. Yang diisi a.k.a dicoret-dicoret bukan hanya punya dia namun juga punya Mbaknya.

Alhamdulillah sih di kejadian ini saya nggak ikut terbawa emosi. Saya hanya jadi tumpuan mereka menangis dan meratapi nasib. Kalau adek sebenarnya karena dia takut disalahkan Mbak mungkin, makanya nangis dulu setelah Mbak nangis. Hahaha...

Saya sounding kalau nggak akan bunda bicara kalau masih pada nangis.

Tangisan pun reda karena perhatian mereka berubah ke tanaman bawang yang mulai tumbuh diteras (ada budhe alhamdulillah) setwlah sebwlumnya ditawarin buah naga malu untuk memakan sambil menangis (mbak mau makan sih).

Dan setelah mengamati tanaman di halaman, tetiba mereka berdua sholat dhuha berjamaah tanpa sepengetahuan saya. Masya Alloh tabarokalloh...

So, hari ketiga ini saya beri saya badge satisfactory saja.


Hari Keempat, 27 Maret 2020/ 2 Sya'ban 1441

Hari ini pelajaran si sulung adalah green lab dan Art. Green lab tadi menyiram tanaman dengan air cucian beras, alhamdulillah karena sudah terbiasa menyisihkan air cucian beras maka hari ini lancar kegiatannya.

Materi art nya yaitu membuat celengan dari botol bekas. Kami berdua melihat contoh video DIY celengan bekas dan Rizma sendiri yang memutuskan membuat bentuk unicorn. Oke...

Selama proses pembuatan, qodarulloh adek ada saja mencari perhatian karena papahnya masih sarapan. Ada tetiba melepas bajunya, ada tetiba mengambil gunting, ada tetiba mau menggunting kain flanel yang sudah jadi, dan alhamdulillah saya bisa melewatinya tanpa marah namun hanya jantungnya berdegup kencang karena menahan agar nggaj emosi. Nggak sempat dissosiasi karena kegiatan lagi agak repot -bebikinan-. Hiks...

Alhamdulillah berhasil membuat bersama DIY celengan dari botol bekas. Mbak bahkan membuatkan satu lagi untuk Adek. Senangnya adek dapat celengan lucu. Makasih  mbak...

Kemudian, proses selanjutnya adalah mengupload foto dan video untuk sekolah. Karena video nggak kunjung berhasil diplay saat sudah terupload, mulai deh saya kesal. Faktot lain karena PMS juga sih.

Nah, disinilah, adek yang mengantuk mulai mencari perhatian dengan menaiku badan saya yang sedang mengupload video. Dan saya akhirnya bernada tinggi karena merasa terganggu. Qodarulloh adek maunya sama saya nggak mau sama papahnya yang padahal ada disamping saya.

So, hari keempat ini saya mendapatkan badge Need Improvement. Semoga esok lebih baik lagi meski PMS.


Hari kelima, 28 Maret 2020/3 Sya'ban 1441

Alhamdulillah hari ini excellent!
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama papahnya di pagi hari dan siangnya berduaan main. Ibunnya banyak me time, quran journaling pagi, memilah baju anak-anak yang udah nggak muat dan merapikan isi lemari mereka, memasak, dan sampai sekarang masih pusing padahal sudah istirahat siang tadi.

Alhamdulillah pas sama anak-anak bangun tidur tadi, ibun pun bisa bersabar. Bersabar mengajari mbak yang minta belajar pecahan dan adek yang mau juga belajar hal yang sama (puzzle-nya yang membuat tertarik). Adek pun ibun beri puzzle berhitung hasil DIY saat mbak kecil dulu. Tapi adek belum mau berhitung, dia protes kalau ibun ajarin, dia hanya mau mencocokkan sesuai warna puzzlenya. Okesip dek 😅

Sama papah, alhamdulillah juga lebih sabar hari ini. Nggak ada yang saya rasa menjengkelkan, menegur pun berusaha dengan lembut dan santun biar nggak ada sumbu panas diantara kita. Makasih udah ambilin minum yah 💕

Hari Keenam, 29 Maret 2020/4 Sya'ban 1441

Kata Mbak Rizma hari ini bunda very good. Alhamdulillah hari ini beraktivitas seperti biasa, meski masih kadang kala pusing melanda walau semalam sudah minum obat sebelum tidur.

Menemani anak-anak makan dengan santai, nggak habis ya sudah mungkin sudah kenyang karena sebelumnya minum susu. Masak sebelum badan lemas, alhamdulillah sarden laris manis.

Karena siang menolak pada tidur -kecuali papahnya- maka singkirkan rasa ingin istirahat karena pusing dan ayo semangat nemenin mereka yang minta belajar. Mbak belajar menata movable alphabet mungkin kangen atau baru menarik mbak? XD

Adek main pasang ball-stick jadi berbagai bentuk geometri. Sesekali masih agak mau emosi pas mereka berebut. Astaghfirulloh, tapi diredam, mencoba memberi mereka ruang untuk menyelesaikan masalah mandiri. Dua-duanya membanting pintu dan berakhir dengan melukis wajah dengan pewarna hitam lalu membuka pintu penuh tawa sambil mengagetkan. Disusul adeknya yang nggak mau kalah melukis wajah. Okey


Hari ketujuh, 30 Maret 2020/5 Sya'ban 1441

Pagi tadi Mbak Rizma ngambek karena adek nggak mau didorongin sepeda sama Mbak Rizma.

"Adek nggak excellent, adek nggak sayang Mbak!"

Begitu gerutunya sambil manyun. Saya sedang mencuci piring berhenti sejenak dan mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi sebelum memulai parental coaching.

"Adek tuh nggak mau mbak yang ndorongin sepeda, maunya papah atau bunda. Adek nggak sayang sama mbak."

Saya mulai membantunya untuk reframing keadaan yang membuatnya merasa nggak disayang.

"Oh, adek maunya sama bunda atau papah ya? Mungkin saat ini adek lagi mau didorong sama yang tua, Mbak."

"Tapi kan aku juga tua, bun."

"Hmmm, kan mbak nggak setua bunda dan papah. Mungkin adek anggep mbak begitu mbak, tapi adek maunya yang setua bunda dan papah."

Mbak masih manyun tapi mulai berpikir.

"Coba mbak inget, mbak pernah kan pas mainan  bunda nggak boleh intip atau ikut mainan. Kenapa?"

Mbak mengingat kejadian itu, berkurang manyunnya.

"Hayo, mungkin mbak lagi nggak pengen main sama orang tua kan? Maunya main sendiri. Apa bunda harus berubah jadi anak kecil dulu biar Mbak ngebolehin bunda main bareng?"

"Enggak."

"Nah, itu mbak pernah juga kan nggak mau main sama bunda? Tapu bukan berarti mbak nggak sayang bunda kan?"

Mbak mulai senyum.

"Setiap anak berhak untuk punya waktu memilih main sama siapa, termasuk adek. Yang sekarang lagi maunya sama bunda papah. Orang dewasa juga, kadang bunda mau sama papah dulu, mbak jangan ikutan dulu karena mau diskusi."

"Dan bunda tetep sayang kok sama Mbak."

Senyum pun mengembang di wajah mbak Rizma 🥰

Alhamdulillah... excellent! Menerapkan ilmu yang telah dipelajari, harusnya begini terus setiap hari. Dududu, bismillah...💪


Hari kedelapan, 31 Maret 2020/6 Sya'ban 2020

Hari ini badan saya terasa sakit semua karena memang qodarulloh tiap bulan begini. Alhamdulillah WFH jadi bisa istirahat kapan pun.

Namun, tetap saja banyak pekerjaan menanti. Mulai dari pekerjaan domestik sampai pekerjaan kantor. Alhamdulillah ada budhe yang masih setia membantu saya untuk pekerjaan domestik.

Hari ini menemani mbak Rizma belajar puluhan dan satuan. Semacam mengulang kembali pelajaran yang lalu, tapi kali ini Mbak menolak untuk menggunakan montessori beads. Saya bisa saja jengkel karena dia maunya belajar semaunya sendiri.

Alhamdulillah saya bisa sebentar berdisosiasi, melihat dengan helicopter view kejadian ini. Yasudah, saya berhak memilih respon terbaik. Apakah akan jengkel atau menerima kondisi agar nggak jadi jengkel. Saya pun memilih santai saja, toh kalau dilihat, dia sudah paham tanpa bantuan montessori beads. Worksheet pun dikerjakannya dengan excellent.

Kalau Adek, request belajar dressing frame : mengancing dan memasang sabuk kain. Alhamdulillah adek udah semakin lancar memasang dan melepas kancing serta mengikuti gerakan memasang dan melepas sabuk kain seperti yang saya contohkan. Meski awalnya mau langsung mencoba tanpa melihat saya praktek duluan, akhirnya mau mengamati cara saya memasang dan melepas dan mau mencoba sambil komat kamit mulutnya mengikuti tahapan yang saya ajarkan.

Masya Alloh, tabarokalloh anak-anakku.

Kalau saya, badge-nya very good saja karena masih sulit tersenyum dengan kondisi badan saat ini.



1 komentar:

  1. Semangat, Mak Elok... Aku pun sama, sedang berusaha menurunkan nada suara dan manajemen emosi... Mumpung para kesayangan banyak waktu bersama di rumah.

    BalasHapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.