27 Maret 2020

Puasa Negative Thinking Biar Nggak Baper dan Emosian


Bismillah...


Salah satu hal yang ingin saya kuasai di kelas Bunda Cekatan ini adalah menemani anak-anak dan suami dengan bahagia. Saya yang banyak sekali hal yang dipikirkan, direncanakan  dan dilakukan serta dikonsisteni butuh manajemen emosi yang canggih biar tetap bisa bahagia.

Kaitannya dengan manajemen emosi ini, juga penting sekali untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran (mindful life). Saya mau memilih emosi apa saat ada kejadian apa, maka saya perlu belajar untuk secara sadar memilih respon dalam setiap kejadian apakah akan marah, khusnudzon, manyun, bahagia, dst. Alhamdulillah sekali, bertepatan dengan masa kepompong di Buncek ini, saya berkesempatan belajar tentang Mindful Life langsung dari coach Darmawan Aji dikelasnya ScaleUp ♥️

Lanjut...

Dibalik semua hal baik yang ingin saya kuasai diatas, ada beberapa *rintangan* yang sering sekali membuat saya nggak mencapai tujuan untuk dapat mengendalikan emosi.

Apa saja?

  • Berpikir negatif dan fokus pada sisi negatif, yang akhirnya membuat saya baper dan mudah beremosi negatif
  • IRI atau berpikir "Why always me, sih?"
  • Nggak sadar bernada tinggi,
  • Multitasking
Karena itu, tugas saya adalah berpuasa dari hal-hal yang menantang ini.

Seminggu ini, saya memutuskan untuk puasa dari Negative Thinking dan fokus pada berpikir negatif yang bisa membuat saya baperan. 

Dari puasa ini, saya punya catatan untuk diri bahwa "Dari pada baper mending speak up!"
Kalau engga, bisa merepet kemana-mana sambil manyun dan tujuan menemani kesayangan dengan bahagia nggak tercapai.

Karena kalau ditelusuri lebih dalam, semua yang bikin baper -dan akhirnya nggak bisa mengendalikan emosi- itu adalah melihat sesuatu dari sisi negatif. Dan ini dilarang kan ya sama agama islam, suudzon namanya.

Seperti misalnya yah, pagi-pagi saya membuatkan nasi goreng untuk anak-anak. Setelah itu, saya menanyakan ke suami mau dimasakin apa. Lalu dijawab nanti saja. Saya santai dong, berati saat beliau mau makan, beliau akan bilang ke saya -bikinin bla bla bla, bun- 
Ternyata oh ternyata, beberapa waktu setelah saya lagi santai itu, suami bermuka masam karena kecewa saya santai sedangkan beliau belum sarapan.

What? 
Kalau saya nggak membuat jeda, bisa ribut pagi-pagi deh itu. Hahaha...

"Lah papah kan tadi bilang nanti aja, ya aku pikir kan bla bla bla. Kok sekarang malah tahu-tahu bermuka masam? kok gitu amat jadi suami sih, ini juga kan aku lagi aku bla bla bla bukannya bla bla bla." 🙈

Langsung saya kejar deh itu pak suami, dilembutin kata-kata saya menawarkan mau dibuatkan apa untuk sarapan. Jawabannya ternyata "apa aja" yang penting sudah ada di meja makan.

Oke. Good.

Langsung saya gorengin ayam, siapkan di meja makan dan lapor komandan, makan sudah siap! 😀

Pas beliau sudah kenyang, baru deh saya obrolin kejadian tadi. Saya santai karena apa, lalu kenapa nggak tinggal bilang aja mau makan dan mau dibikinin bla bla bla. Alhamdulillah dengan begini, saya tahu ternyata beliau maunya itu sudah siap makanannya di meja, tapi bukan di jam saya bikin nasi goreng buat anak-anak (memang saat itu masih pagi banget). Jadi, intinya sih beliau maunya saya pengertian, jangan santai-santai dulu (apalagi santai sama hape) sebelum makanan untuk beliau siap.

Ok, beb!

Nah, itu baru salah satu contoh cerita saya selama puasa negative thinking yang bisa bikin baper. Hihihi...

Contoh lainnya adalah saat saya masak nasi goreng bersama anak-anak, lalu ada yang nggak sengaja menuang bumbu kebanyakan, cuzzz fokus aja pada solusi. Toh anak nggak sengaja, buktinya dia ikut kaget juga dan merasa bersalah. Alhamdulillah senangnya saya berhasil nggak ngomel "duh, kok bla bla bla makanya bla bla bla dong!" dan langsung menuju solusi mengurangi bumbu yang masih kering dengan sendok.

Excellent!

Di awal, saya sounding ke suami kalau saya mau puasa. Emang pas dengerin live Bu Septi beliau ada sih didekat saya jadi tahu juga dan senyam senyum. Padahal saya pengennya beliau ikutan gitu puasa apa kek biar sama-sama berjuang ke arah lebih baik. Eitss... Nggak usah dilanjut buk nanti baper. 😆

Dengan sounding begitu, suami selalu mengingatkan kalau saya mau batal puasa, atau malah SUDAH batal puasanya. Hehehe...
Ya begitulah bahtera rumah tangga, selalu banyak warna 😅

Kalau sama anak-anak, alhandulillah saya merasa sudah lebih baik dan jarang baper meski masih juga terkadang terbawa suasana. Jadi, alhamdulillah sekarang udah lebih bisa menahan dari omelan "tuh kan...." "ah, kamu tuh dibilangin kok ..." "kamu itu selalu ..."

Lebih bisa artinya sudah ada perubahan menuju bisa. Semangat!

Dan... inilah kalender puasa minggu pertamaku ♥️



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.