28 April 2020

Menyendiri Selama Puasa Kepompong, Ternyata Menyenangkan


Alhamdulillah...

Tepat satu hari sebelum Ramadhan, saya dan buibu lain di kelas Bunda Cekatan IIP merayakan hari raya. Atas apa? Atas puasa 30 hari sebelumnya dalam masa kepompong.

Ya! Bila sebelumnya kami telah melewati masa menjadi telur dan ulat, selanjutnya kami berpuasa selama menjadi kepompong. Bukan lagi mencari ilmu yang dibutuhkan agar bisa cekatan. Namun, konsisten praktik!

30 hari adalah waktu tersingkat menurut saya, tapi sudah merupakan awalan yang bagus. Apalagi momennya pas dengan bulan Sya'ban. Dimana setelah itu betulan puasa.

Alhamdulillahnya, pas banget saya puasanya itu puasa mengelola emosi terutama marah ketika membersamai anak-anak dan suami. Dan, begitu ketemu Ramadhan, seperti sudah mendapat ritmenya. Masya Alloh...

Selain itu, begitu memasuki masa kepompong, bertepatan juga dengan Work from Home karena pandemi covid-19 ini. Jadi, cocok sekali dengan kebersamaan saya selama 24 jam dengan keluarga. Coba bayangkan kalau bukan karena pandemi, saya bertemu suami dan anak hanya pagi sebelum kerja dan petang hingga tidur lagi sepulang kerja. Tentunya tantangannya jauh jauh jauh berbeda dengan saat WFH ini.

Terima kasih ya Alloh telah menempa saya melalui kelas Buncek ini.


Alhamdulillah, senang rasanya bisa menantang diri sendiri untuk lebih bersabar dan mengelola emosi saat membersamai suami dan anak-anak. Sampai sekarang dan seterusnya in sya Alloh akan terus menantang diri hingga 90 hari (sudah lewat 30 hari) dan in sya Alloh 30 hari kedua lebih mudah karena bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan yang mana setan dibelenggu dan kita semua diminta Alloh untuk memuasakan hawa nafsu. In sya Alloh siap karena sudah ditempa selama 30 hari kemarin. Masya Alloh, tak ada yang kebetulan di dunia ini. Alloh sudah mengatur sedemikian rupa. Alhamdulillah...

Rasanya bagaimana selama tantangan kemarin? Nano nano. Ada kalanya berhasil hingga badge excellent, ada kalanya hampir excellent tapi masih ada poin yang harus dibenahi sehingga hanya very good. Dan ada pula yang memuaskan saja atau need improvement karena YA! Sangat sulit mengendalikan diri. Fiuhhhh...

Apalagi bila pagi-pagi sudah gagal mengendalikan emosi saat ada momen spesial, hampir saja saya menyerah "ya sudahlah, pagi saja need improvement, lanjutkan saja sampai sore nggak perlu diperbaiki" tapi saya baca lagi tempelan niat saya sendiri di dinding untuk bisa memanajemen emosi. Alhamdulillah selalu bisa kembali ke jalan yang lurus berkat rahmat Alloh tentunya.

Dan setiap mau isi kalender badge, selalu bertanya ke anak-anak terutama si sulung. Hari ini bunda dapat apa? Excellent. Hampir mbak Rizma selalu bilang saya excellent, masya Alloh... padahal ada waktu dimana saya hampir mau bernada tinggi atau sudah terlanjur barang sekia detik. Inhale, exhale...

Dan yang mengejutkan itu, anak-anak berinisiatif membuat kalender juga untuk diri mereka. Bahkan papahnya dibuatkan kalender meski nggak pernah diisi. Jadi, kalau ada yang marah, langsung yang lain semacam mengingatkan "ih, kamu nggak excellent."

Serunya tantangan bersama ini. Love!!!

Oh iya...

Saya sebetulnya sangat sedih karena ada hari dimana saya nggak sempat menulis dan menyetor jurnal harian, setelah 28 hari berturut-turut nggak pernah absen jurnalnya. Iya! Hari ke-29 saya setor jurnal di hari ke-30 dan karena itu saya nggak berhasil mendapatkan badge excellent serta berbagai kejutannya.

Nyesek? Iya banget! 
Tapi setelah suami tahu hal ini, diceramahi untuk ikhlas dan segala macam tentang penilaian Alloh, dan seterusnya.

Oke. Sekarang sudah mereda. Saya memang kecewa pada diri sendiri karena melewatkan satu hari yaitu hari ke-29 untuk menyetor jurnal padahal sudah ada alarm berkali-kali. Entahlah, Alloh memang menakdirkan saya rapel di hari ke-30. Pasti ada hikmah dibalik semua ini. Catat untuk pembelajaran selanjutnya. Oke, el?

Sekarang coba melihat sisi baik diri sendiri. Yang berhasil melakukan banyak hal sekaligus dalam satu tantangan sebulan ini.

Mindmap saya itu ada beberapa cabang. Tentang memasak, bermain, beberes, mendekatkan diri pada Alloh, menulis, dan belajar. Dan semua itu sekaligus dapat saya lakukan selama tantangan ini. 

Gimana engga? WFH ini saya memasak sendiri untuk keluarga, saya bekerja dari rumah, masih menulis untuk sharing, bermain bersama anak-anak, beberes bersama, berkebun bersama, mengolah sampah bersama.

Masya Alloh! 

Siapa sangka, kan saya memilih 1 cabang mindmap yang ternyata hampir semua cabang mindmap saya lampaui.

Maka nikmat Alloh manakah yang harus saya dustakan?

Jangan gara-gara telat setor jurnal satu hari, saya jadi melupakan limpahan nikmat yang begitu banyak ini. Alhamdulillah....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.