23 Juli 2012

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah...

Berkah Ramadhan?
Alhamdulillah. Hari pertama Ramadhan, istimewa! bersama suami, tarawih bareng ke masjig, sahur bareng, weekend pula, alhamdulillah bisa menghabiskan waktu dengannya. Walaupun hanya segelas teh manis hangat yang bisa kusiapkan untuknya. Alhamdulillah... Nikmat. Suami saya tak neko-neko orangnya, nyantai, karena nanti ada waktunya sendiri saya memasak untuknya (Ah... jadi ingin segera menghuni rumah kami)

Hari ini saya batalkan puasa saya karena suatu hal yang saya ragu apakah saya masih wajib puasa ataukah harus membatalkannya. Siang saya sangat galau, antara akan membatalkan atau melanjutkan puasa. Tanya sana sini dan mereka berbeda pendapat. Namun keyakinan saya mengatakan bahwa saya harus membatalkan puasa. Akhirnya sore hari saya membatalkan puasa, dengan tetap meminta petunjuk dariNya.

Malam harinya saya masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada saya. Saya ambil handphone dan mulai browsing. dan ketemulah saya dengan satu artikel kesehatan.
Dari situlah saya beranikan diri untuk mencari petunjuk Alloh.

19 Juli 2012

Ramadhan bulan kasih sayang

Kamis, 19 Juli 2012, @B Lt 11
By : Ust. Didin Afidudin

Sebelumnya, saya ucapkan Selamat berpuasa, semoga kita meraih manisnya bulan ini. Amin...
Mohon maaf lahir dan batin ya ^^

Hidup kita akan hebat jika kita dapat mengatasi masalah, bukan lari dari masalah. Karena lari dari masalah hanya akan mendatangkan masalah lain yang lebih berat.
Kemudahan dan kesulitan, kesuksesan dan tantangan adalah dua hal yang ada pada satu sisi, jadi raihlah kesuksesan dari tantangan, dari kesulitan, jangan cari kesuksesan dalam kemudahan. Inna ma’al ‘usri yusron. Inna ma’al ‘usri yusron 
Menyambut Ramadhan, siapkan mental, pengetahuan tentang puasa. Agar puasa kita maksimal, ada target, yakni menjadi pribadi Taqwa-utuh.
Ramadhan: shaidus shuhur= pemimpin .... (lupa, maaf )
Barang siapa yang senang dengan datangnya bulan Ramadhan, maka akan diampuni dosanya, amin 
Makna berpuasa:
1.    Melatih ikhlas
Saat berpuasa kita lapar, tapi tetap bekerja, hal ini melatih kita untuk bekerja dengan ikhlas
2.       Melatih jujur
Ibadah yang hanya kita yang mengetahuinya adalah puasa. Hanya kita yang tau apakah kita benar-benar berpuasa atau hanya ketika dihadapan orang lain saja.
Jujur itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa kepada Jannah (Al hadits)
Tidurnya orang puasa itu ibadah, apalagi kerjanya? Maka jangan diartikan puasa itu tidur sepanjang hari, namun kita menilai bahwa jika tidurnya saja ibadah, apalagi bekerjanya orang puasa, maka pilihlah bekerja.
Saat puasa kita lapar, saat itulah otak kreatif. Jadi, bulan ramadhan bukanlah bulan lemes, tapi justru bulan energik. Puasa membangun etika kerja, bagaimana kerja yang benar, yang jujur.
Lafadz “labbaikallohumma labbaik labbaika la syarika laka labbaik” orang berhaji akan dijawab dengan baik oleh malaikat jika orang itu berangkat dalam keadaan hala. Malaikat mejawab: rizkimu juga baik, hajimu mabrur, iLkh...
Sedangkan jika orang itu berangkat dalam keadaan haram, maka malaikat juga akan menjawab: ... tiada kebaikan untukmu.
3.       Melatih sabar
Selama menanti waktu berbuka puasa, orang berpuasa dilatih untuk sabar, untuk menahan diri dari godaan makanan dan minuman yang ada.
4.       Mendapat kenikmatan
Orang berpuasa itu mendapat dua kenikmatan yakni kenikmatan saat berbuka puasa dan kenikmatan saat bertemu dengan Alloh. Insya Alloh, Allohumma amiiin... 
5.       Mengendalikan diri dari perbuatan tercela
Orang berpuasa melatih dirinya untuk menahan diri dari amarah, dan dari perbuatan tercela.
Jika ada orang marah kepada kita, katakanlah: Aku berpuasa, aku berpuasa, aku berpuasa.
Namun jangan dilampiaskan setelah berbuka kemarahannya, itu tidak dibenarkan.
6.       Ramadhan bulan kasih sayang
Dengan adanya bulan ramadhan, kita menjadi tahu apa yang dirasakan orang-orang fakir miskin yang makan saja mereka sulit. Kita dilatih untuk bisa berbagi, untuk bisa saling menyayangi sesama.
Ramadhan itu syahru infaq = bulan infaq

Q. S Ar Rum : 39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Alloh. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Alloh, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”

Jadi, harta orang yang berinfaq itu tidak akan habis, malah justru akan semakin banyak, meski secara nominal berkurang, tapi di sisi Alloh lebih banyak.
Bahkan negara/ keluarga akan kuat jika banyak berinfaq. Contohnya adalah Turki, negara yang tadinya sangat sekuler.

Suatu ummat kuat atau tidak, dapat dilhat dari sholat shubuh berjamaahnya.
Karena dari sholat shubuhlah akan datang berbagai macam kekuatan.
Sholat shubuh = ½ nya sholat jumat, lumayan. Semoga Indonesia begitu ya? Amin... 

ZAKAT
Zakat profesi besarnya 2,5 % dari penghasilan bruto.
Jika ada hutang, dan hutang itu untuk kebutuhan pokok, maka boleh dikurangkan dahulu sebelum dihitung zakatnya.
Jika dari penghasilan masih bisa menabung, dan dalam setahun tabungan itu jumlahnya sama dengan 85 gram emas, maka wajib dizakati meskipun pada awalnya sudah zakat profesi.

17 Juli 2012

Ringkasan Pengajian "Kantorku Surgaku" (1)

Oleh: Ust. Nanang Mubarok

Sabda Rosululloh:
Jika kalian melewati taman2 surga, hendaklah singgah kedalamnya dan minumlah sebanyak-banyaknya.
Makna taman2 surga disini adalah Majelis iLmu, majelis ta'lim.
Maka jika ada suatu majelis ilmu, masuklah, dan tibalah ilmu dari sana sebanyak-banyaknya.

Tiga pertanyaan mendasar untuk hidup kita:
1. Dari mana?
2. Mau kemana?
3. Untuk apa?

Pertanyaan 1 & 2 Jawabannya ada di Q.S Albaqarah : 156

الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون


" (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun

Inna lillahi artinya sesungguhnya kami milik Alloh, yakni bahwa manusia itu berasal dari Alloh (menjawab pertanyaan 1)
Inna ilaihi raji'uuun artinya artinya sesungguhnya kepadaNya-lah kami kembali (menjawab pertanyaan 2)
Dari sini jelaslah bahwa tujuan hidup manusia hanyalah untuk Alloh.

Sedangkan pertanyaan 3 jawabannya ada di Q.S Al Mulk : 2

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dari sini pertanyaan manusia hidup untuk apa adalah untuk diuji pleh Alloh, siapakah yang terbaik amalnya.

Dunia itu bagaikan panggung/ catwalk, kontes amal, akan dinilai siapa yang terbaik amalnya. Jurinya siapa? Alloh SWT. Nilainya untuk siapa? Manusia.
Q. S Al infithar 7-8 yang intinya semua amal baik dan buruk manusia sebesar dzarrah pun akan dicatat di buku amal manusia yang nanti akan dipertanggungjawabkan oleh manusia.
Jadi hidup didunia ini tak lain tujuannya untuk memperoleh 'skor' tinggi dimata Alloh SWT, semata karena Alloh, untuk Alloh. Jangan sampai panggung ini mendisorientasi kita, sehingga kita lupa tujuan hidup yang sebenarnya. Jadi, hati-hatilah... Karena dunia itu daarul fana, tak kekal, penuh canda tawa dan gurauan. Yang kekal adalah kehidupan akhirat.

Ubahlah semboyan kita dengan:
Hari gini tidak jujur? apa kata akhirat?
Hari gini korupsi? apa kata akhirat?
dan sebagainya :)


ingat bahwa tujuannya adalah akhirat, surga, Alloh...

16 Juli 2012

Subhanalloh...

Lama tak menulis.
Pagi tadi, hampir saja motorku tercium mobil.
Alhamdulillah Alloh masih melindungi saya.
Subhanalloh, Alhamdulillah, Allohuakbar.
Seketika saya berhenti sejenak seolah mempersilakan mobil itu melintasiku diagonal.
Oh Alloh...
Thanks so much
Walaupun setelahnya saya sontak berdegup kencang seperti habis lari mengitari lapangan.
Ohhh...
Puji syukur Alhamdulillah
Saya masih diberi kesempatan untuk mengabdi kepada negara suami, keluarga,
Subhanalloh...
Hampir2 tak ingin saya hentikan air mata...
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah

02 Juli 2012

Akhir yang Baik, Subhanalloh...

Seorang da'i bercerita tentang laki-laki yang bermimpi di beri sebuah nomor rumah, agar menghubungi pemiliknya dan mengajaknya menunaikan ibadah Umrah bersamanya. Awalnya, mimpi itu dianggapnya sekedar bunga tidur. Tapi di hari berikutnya mimpi itu berulang. Maka ketika kali kedua ia bermimpi hal serupa, sang lelaki bertanya kepada imam masjid di dekat rumahnya soal makna mimpi tersebut. Si imam berkata, "Jika mimpi itu terulang lagi untuk ketiga kalinya, hapalkan nomornya dan lakukan pesan tersebut."
Benar saja, mimpinya terulang lagi. Setelah bangun, nomor tersebut ia ingat-ingat lalu segera menghubungi pemiliknya. Lewat telepon ia menyampaikan, "Saudaraku, aku bermimpi bahwa aku diminta untuk mengajakmu melakukan umrah dan aku harus menunaikan perintah ini."

Orang yang di telepon tertawa mendengar tawaran dari lelaki yang tak dikenalnya. "Umrah apa? Engkau harus tahu, bahwa sejak beberapa tahun ini aku tidak pernah malaksanakan shalat apapun." tegasnya dengan nada heran.

Tetapi lelaki itu bersikeras, "Aku harus membawamu umrah karena ini perintah. Aku tidak bisa menolaknya, dan engkau harus membantuku dalam hal ini." Karena terus didesak, akhirnya orang tersebut menyetujui dengan sebuah syarat, "Tapi engkau yang menanggung semua biaya perjalanan dan kebutuhan selama umrah, serta mengantarkanku kembali sampai di rumah."
Lelaki tersebut menyepakati syarat itu dan berjanji akan menjemputnya beberapa hari kemudian.
Hari yang ditentukan tiba dan mereka akhirnya bertemu. Rasa heran berkecamuk di kepala si lelaki karena ternyata orang yang hendak diajaknya umrah itu tidak tampak sama sekali rona keshalihan di wajahnya; rambutnya kusut, pakaiannya berdebu, bahkan terlihat seperti orang yang mabuk.

Dalam hati ia bertanya, "Kenapa aku diberi mimpi hingga tiga kali untuk mengajak umrah orang yang seperti ini?"

Selanjutnya, setelah sampai di miqat, ia meminta orang itu untuk mandi dan memakai pakaian ihram. Dari situ mereka kemudian menuju Makkah untuk melakukan umrah bersama-sama. Usai menunaikan semua rangkaian umrah, termasuk mencukur rambut, mereka pun sepakat untuk pulang. Namun sebelum meninggalkan Makkah orang tersebut meminta kepada si lelaki untuk menunggu sejenak, karena ia hendak menunaikan shalat dua rakaat terlebih dahulu. Alasannya, ia khawatir ini menjadi kesempatan terakhirnya menginjak tanah haram.

Orang itu pun shalat, tapi sujudnya lama sekali. Tak sabar menunggu, si lelaki menghampiri, tapi ternyata dia telah meninggal dalam sujudnya. Lelaki tersebut begitu sedih, bercampur iri, seperti juga orang-orang yang melihat kejadian itu sama-sama iri, karena orang itu telah menutup perjalanan hidupnya di tengah shalat, saat sedang sujud di Masjidil Haram; masjid yang suci, dan tanah yang suci.

Tiga hari setelah kepergian orang itu, si lelaki menelpon istrinya, menanyakan amal shalih apa yang telah dilakukan almarhum suaminya sehingga memperoleh husnul khatimah yang membuat iri setiap orang shalih. Sang istri menjawab, "Saudaraku, demi Allah! Sudah beberapa tahun ini suamiku tidak pernah puasa, juga tidak pernah shalat. Teman satu-satunya hanyalah botol minuman keras, di rumah atau di luar rumah. Aku tidak mengetahui ada kebaikan pada dirinya kecuali hanya satu; kami bertetangga dengan seorang janda miskin dengan beberapa orang anaknya. Suamiku setiap malam membelikan makan malam untuk kami di rumah dan membelikan pula untuk mereka yang selalu dia antar sendiri hingga ke depan pintu mereka. Dan perempuan janda itu selalu menyambut pemberian suamiku di depan pintu dengan sebuah do'a, "Semoga malaikat Allah memberimu akhir hidup yang terbaik."

Ternyata doa itu di dengar Allah. Dia yang berkehendak atas segala sesuatu, tidak menyia-nyiakan amal baik lelaki. Amal itulah yang memudahkannya bertemu dengan Penciptanya, dalam akhlak yang baik, diantarkan doa tetangganya. Setelah kebaikannya pada tetangga itu.


Sumber: Majalah Tarbawi Edisi 274 Th. 13 Jumadil Akhir 1433, 3 Mei 2012

Kisah Nabi dan Calon Penghuni Surga

Mungkin kisah ini sudah sangat sering didengar, tapi tak apelah saya berbagi disini, pengingat yang datang dari inbox email saya.
Penghuni Surga? Siapa yang gak pengin? Saya juga pengin, hehe... Amin

Suatu ketika Nabi duduk di dalam masjid dan berbincang dengan sahabatnya. Tiba-tiba beliau bicara “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk ke mari.”

Semua mata tertuju pada pintu masuk masjid dan pikiran para sahabat membayangkan seorang yang luar biasa. “Penghuni surga, penghuni surga” demikian gumam mereka.Beberapa saat kemudian masuklah seorang dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya dan dengan tangan menjinjing sepasang alas kaki. Apa yang membuat istimewa orang itu hingga mendapat jaminan masuk surga oleh nabi? Tak seorangpun berani bertanya walau sebenarnya para sahabat merindukan jawaban.

Keesokan harinya peristiwa itu terulang kembali. Ucapan Nabi dan ‘Si Penghuni Surga’ dengan keadaan yang sama semuanya terulang, bahkan pada hari ketiga pun terjadi hal yang demikian. Abdullah ibnu ‘Amr sudah tak tahan. Maka timbullah suatu ide dalam benaknya. Dia mendatangi si penghuni surga sambil berkata “Saudara, telah terjadi salah paham antara aku dan orangtuaku, bolehkah aku menumpang di rumah Anda selama tiga hari?”

“Tentu, tentu” jawab Penghuni Surga.

Rupanya Abdullah bermaksud melihat secara langsung amalan Penghuni Surga. Tiga hari tiga malam ia mengamati, bahkan memperhatikan dan mengintip Penghuni Surga, tetapi tidak ada yang istimewa. Tidak ada ibadah khusus, tidak ada sholat malam, tidak pula puasa sunnah. Pada siang hari Penghuni Surga bekerja dengan tekun. Ia ke pasar sebagaimana semua orang melakukannya.Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan atau yang tak sempat kulihat, demikian pikir Abdullah. Kemudian Abdullah mendatangi Penghuni Surga, dan menceritakan padanya kalau Nabi pernah mengatakan bahwa ia adalah calon penghuni surga.

“Apakah yang Anda perbuat hingga Anda mendapat jaminan surga oleh Nabi?” tanya Abdullah tanpa sabar.

“Apa yang Anda lihat, itulah saya.” jawab Penghuni Surga.

Dengan tampang kecewa Abdullah ingin kembali ke rumahnya, namun tiba-tiba ia dipanggil oleh Penghuni Surga.

“Apa yang Anda lihat itulah yang saya kerjakan, ditambah sedikit lagi yaitu saya tidak pernah merasa iri hati ketika ada orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Tidak pernah pula saya melakukan perbuatan keji dalam setiap akfitas yang saya lakukan.”

15 Hafidz Qur'an Angkatan II SD Juara Cimahi

Membaca email ini rasanya malu sekali, saya yang sudah berumur ini kalah sama adik-adik ini.Berikut isi emailnya. 
CIMAHI. 15 siswa SD Juara Cimahi mengikuti uji publik dan dinyatakan lulus hapal Alquran juz 30. Acara ini dihadiri oleh Kepala SD Juara Cimahi, koordinator TTQ SD Juara Cimahi, Kepala SD Juara Bandung, Rumah Zakat (Muhammad Sobirin), Ketua DKM Al-Islam (Bambang), Sesepuh Al-Islam (Abah Suryaman), serta disaksikan oleh hampir seluruh orang tua siswa.

Kelima belas siswa itu adalah:
1. Muhammad Fadhil Hidayatullah (Kls 2)
2. Hazim Mujahid (Kls 4)
3. Kuni Hafidzah (Kls 4)
4. Ulfah Fauziyyah (Kls 4)
5. Hasna Aulia Arrohmah (kls 5)
6. Jafar S. Koli (Kls 6)
7. Baharudin Tela (Kls 6)
8. Syafiq Faruq Ahmadi (Kls 6)
9. Septian M. Ilham (Kls 6)
10. Ishmah Khoirunnisa (Kls 6)
11. Annisa Firdaus (Kls 6)
12. Yunita Nurohmah (Kls 6)
13. Nurhadia J. Djonu (Kls 6)
14. Nurlabibah Mutalali'ah (Kls 6)
15. Nisa Azkia Salsabila (Kls 6)

Dari 15 siswa itu, 5 diantaranya sudah separuh menyelesaikan juz 29. Bahkan hafidz termuda SD Juara Cimahi, Muhammad Fadhil Hidayatullah sudah siap-siap menutup tahun pelajaran ini dengan hapal Juz 29. Selain 15 orang yang diwisuda, ada beberapa siswa yang sudah hapal juz 30 namun belum dinyatakan lulus. Bahkan di kelompok Quran program TTQ, tidak kurang dari 10 siswa sudah siap-siap menyelesaikan juz 30 di akhir tahun ajaran ini. ***

Newsroom/Suhud Syamsul Hakim
Cimahi







Shubuh : Tonggak Kejayaan Islam

Oleh: Usman Al Farisi

Umat Islam kini terpuruk. Umat yang awalnya gagah, kini lemah lantaran dilemahkan. Diserang dari berbagai sisi. Baik pemikiran, ekonomi, budaya hingga politik. Hal ini terjadi karena mereka kehilangan kesejatiannya. Islam tinggal KTP, Al Qur’an hanya dijadikan koleksi. Meskipun kita tidak memungkiri, ada sebagian umat yang senantiasa bekerja agar Islam yang mulia kembali berjaya, seperti dahulu di awal kedatangannya.

Kejayaan umat terdahulu terjadi lantaran adanya pahlawan-pahlawan subuh yang senantiasa terjaga di sepanjang malamnya. Mereka hanya tidur sejenak untuk mengembalikan stamina dan kembali terbangun, untuk bercengkerama dengan kekasih sejatinya, Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Hasilnya, mereka menjadi generasi yang kuat secara fisik, cerdas secara emosional dan jernih secara nurani. Inilah generasi terbaik yang nyaris tidak banyak kita jumpai tandingannya di abad 21 ini.

Oleh karenanya, umat yang tertidur ini perlu segera dibangkitkan. Mereka harus dibangunkan untuk kembali menapaki jalan kejayaan itu. Harus ada upaya menyeluruh yang mesti dilakukan agar jati diri Islam yang sesungguhnya bisa kembali menemukan momentum kejayaannya. Salah satunya dengan menyadarkan umat tentang pentingnya shalat subuh berjamaah di awal waktu sebagai tonggak bangkitnya kekuatan umat Islam. Keberkahan subuh diawali dengan shalat sunnah sebelum subuh yang lazim disebut dengan shalat fajar. Hanya dua rakaat namun diganjar dengan dunia dan seisinya, bahkan lebih baik lagi. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah bersabda, “Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR Muslim).
Dari hadits ini kita bisa menyimpulkan, bahwa mereka yang menjalankan shalat sunnah sebelum subuh, telah diganjar kebaikan (pahala) oleh Allah senilai dunia dan seisinya, bahkan lebih baik lagi. Meskipun, bisa jadi para Pahlawan Subuh itu adalah golongan yang miskin secara materi, dalam pandangan manusia. Setelah dua rakaat barakah itu, Rasulullah menganjurkan kita untuk mengisi waktu antara adzan dan iqomah dengan memperbanyak istighfar. Istighfar adalah kekuatan yang dijanjikan berjuta kebaikan bagi siapa yang mengamalkannya. Dalam surah Nuh ayat 10-12, Allah berfirman, “Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka (kaumnya): ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,’ sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Ayat di atas adalah janji dari Sang Maha Suci, bahwa Istighfar tidak saja berbuah pengampunan atas dosa yang terlanjur kita lakukan, melainkan juga akan diberi ganjaran berupa kemelimpahan rejeki dalam bentuk hujan yang menyuburkan tanaman, keberkahan anak yang mengundang banyaknya rejeki dan aneka bentuk kemakmuran duniawi lainnya.

Subuh adalah limpahan pahala dari Sang Maha. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Barangsiapa melangkahkan kakinya dalam kegelapan untuk menunaikan sholat subuh dan isya’, maka Allah akan meneranginya kelak di alam akhirat.” Dalam riwayat lain disebutkan pula, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat isya’ berjamaah maka ia seperti melaksanakan shalat sunnah setengah malam. Sedangkan mereka yang melaksanakan shalat Subuh berjamaah maka ia seperti melaksanakan shalat sunnah semalam suntuk” (HR Abu Daud dan At Tirmidzi).

Sedangkan Imam Muslim menegaskan dalam salah satu riwayatnya, “Tidak akan masuk neraka orang yang shalat sebelum terbit matahari (subuh) dan sebelum terbenam matahari (ashar).” Hadits ini selayaknya kita jadikan tiket yang akan senantiasa kita perbanyak jumlahnya, agar Allah benar-benar memasukkan kita ke dalam golongan Pahlawan Subuh yang akan diberi pahala surga. Subuh adalah pembeda antara mukmin dan munafik. Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya’ dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Umat Islam tidak akan kembali berjaya selama jama’ah shalat subuh tidak sebanyak jama’ah shalat Jum’at. Maka, subuh adalah janji tentang bangkit dan tidaknya umat ini. Jika sekarang umat Islam terpuruk, sejatinya penyebabnya adalah karena umat Islam yang mulai meninggalkan shalat subuh berjama’ah di masjid atau mushola. Oleh karena itu, musuh Islam tidak henti-hentinya melancarkan serangan agar umat Islam selalu berada dalam subuh yang kesiangan. Karena mereka paham, benarnya subuh umat Islam adalah runtuhnya kejayaan (semu) mereka. Kitapun akhirnya disuguhi dengan berbagai macam tontonan yang membuat kita tidur larut malam dan bangun ketika matahari telah naik. Keberkahan subuh belum berakhir sampai di sini, ketika dua rokaat itu telah didirikan dengan sempurna. Melainkan berlanjut sampai waktu setelahnya. Dimana Rasulullah bersabda,

“Barangsiapa shalat subuh dengan berjamaah kemudian duduk berdzikir hingga terbit matahari (dan meninggi), kemudian shalat dua rokaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna… dengan sempurna… dengan sempurna!” (HR Tirmidzi)

Sejatinya, anugerah Allah begitu melimpah ruah. Bahkan, dari waktu subuh yang menyapa kita setiap hari terkandung di dalamnya berjuta pahala dan kebaikan. Hingga kita yang belum mampu melakukan ibadah haji dan umrah di tanah suci sekalipun, bisa dianugerahi pahala keduanya manakala kita mengoptimalkan waktu subuh dalam ketaatan. Memanfaatkan waktu tersebut untuk Ruku’, Sujud, Dzikir dan Tilawah Al Qur’an. Akhirnya, benarlah doa yang disampaikan oleh Rasulullah, “Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah). Karena mereka yang bangun subuh tentunya mempunyai lebih banyak waktu untuk sekedar belajar, menyiapkan sarapan, menyiapkan berkas-berkas kantor ataupun berolahraga agar fisik lebih sehat. Sedangkan mereka yang malas, memilih melanjutkan tidur dan baru terbangun ketika ayam telah kenyang dan mentari telah meninggi.

Kisah Jundi Anak Juara Dari Makassar

sumber: email dari Rumah Zakat :)

MAKASSAR. Jundi pangilan salah satu Anak Juara dari Makassar, yang bernama asli Muhammad Achmas Muhammad Achmad Imam Mujahidin ini adalah salah satu Anak Juara yang terbilang pandai dan selalu meraih peringkat pertama di kelasnya. Jundi juga merupakan salah satu anak yang terbilang aktifitasnya sangat teratur.

Diusianya yang kini menginjak 10 tahun tepat di bulan April kemarin, ia telah menghafal 4 juz dalam Al quran dengan sangat baik. Kegemarannya akan membaca, terutama buku yang berhubungan dengan sains dan sejarah mengantarkannya sebagai anak yang mempunyai wawasan luas.

Disela sela aktifitasnya ia terbilang anak yang mendapat kontrol ketat didikan orang tuanya. Selain bersekolah, mengaji dan berlatih bela diri,  juga aktif ikut dalam kegiatan pramuka dan telah mengikuti Perkemahan Nasional di Cibubur mewakili Kota Makassar. Jundi pun sebagai salah satu Anak Juara Makassar yang mendapatkan beasiswa dari Rumah Zakat, termasuk anak yang pandai, dan bisa memanfaatkan dana beasiswa tersebut. Selain menggunakan dana beasiswa untuk keperluan sekolah, ia juga membuatkan laporan keuangan sederhana sebagai bentuk pertanggung jawaban penggunaan dana tersebut.

Diantara catatan keuangannya yang terlampir tertera biaya transportasi yang digunakannya bersama adik-adiknya ke perpustakaan di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Di sana mereka selain dapat mambaca banyak buku, ia pun membuat kartu anggota perpustakaan agar bisa meminjam buku untuk dibaca di rumah.***

Newsroom/M Mustaqim Syukur

Makasar


--

Kisah Inspiratif Anak Juara: Nurul Cahyani, Penerjemah Tiga Bahasa

Sumber: email dari Rumah Zakat

BANDUNG. Assalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokatuh, Monsieur, Madame et Mademoiselle, (Bahasa Perancis : Bapak, Ibu dan Kakak semua) perkenalkan saya Nurul Cahyani salah satu anak juara di Rumah Zakat, saya lahir di kota Bandung pada tanggal 3 April 1995. Saya bersekolah di SMA Negeri 8 Kota Bandung Kelas XI Jurusan IPS. Saya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara.

Ayah saya sudah lama meninggal tepatnya ketika saya duduk di kelas 6 SD. Sejak saat itu Ibulah yang menggantikan tugas ayah berjuang menjadi tulang punggung keluarga, membesarkan saya dan saudara-saudara saya dengan profesinya menjadi seorang penjahit. Masih ingat dalam kenanganku hari-hari pertama setelah ayah wafat sangatlah terasa berat, meskipun begitu saya bersyukur atas segala karunia Allah SWT hingga hari ini, karena saya berprinsip bahwa apapun yang Allah SWT berikan dan putuskan, itu adalah sesuatu yang terbaik bagi kehidupan saya.

Ketika saya memohon kepada Allah untuk diberikan seekor kupu-kupu, namun Allah memberikanku seekor ulat bulu, meski awalnya merasa kecewa, saya sadar bahwa seiring waktu berjalan ulat bulu itu berubah menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang saya inginkan. Begitulah saya selalu memotivasi diri untuk selalu bersabar dalam menjalani kehidupan. Saya selalu yakin bahwa Allah telah merajut hal-hal yang indah di atas sana untuk hidup makhluknya, jadi bagi saya kesabaran adalah kunci untuk meraih kebahagiaan.

Meskipun sudah 5 tahun ayah meninggalkan saya, tapi tidak ada sedikitpun dari sosok beliau yang saya lupakan. Apalagi saat-saat menjelang pembinaan dari kakak mentor Rumah Zakat. Pembinaan kami biasanya dilakukan diteras Masjid Al Hikmah. Bertemu kawan-kawan terasa sangat menyenangkan, berbagi cerita dengan kawan-kawan senasib ditempat pembinaan membuat saya merasa memilki saudara yang banyak dari berbagai tempat.

Teman-teman saya ditempat pembinaan ini mempunyai nasib yang sama, berstatus sebagai anak yatim atau anak piatu bahkan ada yang berstatus yatim piatu. Kadang kami merasa sedih saat mengenang sosok orang tua yang telah tiada. Tapi Alhamdulillah kakak mentor dari Rumah Zakat memperlakukan kami layaknya seorang guru, kakak bahkan orang tua sendiri.

Berbagi cerita lucu dan bermacam permainan yang menarik sering kami lakukan bersama. Tak jarang juga saya dan kawan-kawan sebaya dilibatkan sebagai pemateri, kakak mentor bilang itu sebagai latihan berbicara didepan umum. Biasanya pembinaan dilakukan pagi hari sampai masuk waktu shalat Dhuhur yang dilakukan berjamaah.

Sebagai seorang siswi, saya dituntut untuk belajar berbagai hal, baik melalui sekolah ataupun di luar sekolah. Rasa haus akan ilmu membuat saya menjadi sosok yang kritis dan sering bertanya, di sekolah saya tercatat sebagai juara 1 debat antar siswa, tak jarang pihak sekolah mengirim saya dan kawan-kawan menjadi perwakilan dalam kompetisi debat antar sekolah dengan tema yang bermacam-macam. Berbagai trophy sudah kami sumbangkan untuk sekolah.

Meskipun begitu saya menaruh minat yang besar di bidang bahasa. Saya bercita-cita sebagai seorang translator (penerjemah). Untuk mengejar cita-cita itu seminggu sekali saya mengikuti kursus 3 (tiga) bahasa yang berbeda yaitu Jepang, Perancis dan Esperanto kursus ini saya ikuti secara gratis atas rekomendasi pihak sekolah.
Bagi sebagian orang belajar bahasa sangat membosankan, apalagi jika belajar tiga bahasa sekaligus, tapi saya percaya setiap orang memilki bakat dan kecerdasannya masing-masing. Dan saya yakin Bidang Bahasa adalah kecerdasan saya. Tidak ada sedikitpun dalam benak saya merasa sulit mempelajari ketiga bahasa ini, tantangan yang saya alami selama mempelajarinya menjadi api semangat mengejar cita-cita saya menjadi seorang translator (penerjemah).

Saya selalu ingin, ilmu yang saya dapatkan kelak ingin saya bagikan kepada orang lain agar kelak mereka turut merasakan bahwa saya hidup didunia ini adalah untuk menjadi orang yang bermanfaat. Saya berharap ayah turut bangga menyaksikan kerja keras saya.

Semoga sekelumit cerita ini menginspirasi pembaca. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, Arigatou Gozaimasu , Rumah Zakat (Bahasa Jepang : Terima kasih Rumah Zakat). Au revoir (bahasa Perancis : Sampai Jumpa)

Wassalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokatuh

Disadur dari tulisan tangan Nurul Cahyani dalam kisah inspiratif Anak Juara***
Newsroom/Hermansyah
Bandung

KISAH INSPIRATIF ANAK JUARA : NURUL CAHYANI, PENERJEMAH TIGA BAHASA --

Keistimewaan Sya'ban

Bulan Sya’ban adalah bulan yang ke-8 dalam sistem kalender Islam. Bulan Sya’ban berada di antara bulan hijriyah Rajab dan Ramadhan. Nama bulan ini berakar dari kata bahasa arab tasya’aba yang berarti berpencar. Pada masa itu, kaum arab biasa pergi memencar, keluar mencari air. Bulan Sya’ban juga berasal dari kata sya’aba yang berarti merekah atau muncul dari kedalaman karena ia berada di antara dua bulan yang mulia juga.
Rasulullah menyebut bulan Sya’ban ini sebagai bulan yang sering dilupakan manusia. Ia dilupakan karena berada di antara dua bulan yang menyedot perhatian: bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Rajab diperhatikan karena ia merupakan salah satu dari bulan Haram, sementara Ramadhan karena adanya kewajiban puasa sebulan penuh di dalamnya.

Keistimewaan Sya’ban
Ternyata, puasa beliau ini mengandung hikmah yang luar biasa. Dari sisi fisik, ia merupakan persiapan bagi kita untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan yang sebulan penuh. Dari sisi spiritual, hadits berikut ini menyatakan rahasia hikmah di balik memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (sering) berpuasa dalam satu bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau bersabda: “Itu adalah bulan yang kebanyakan orang melalaikannya yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Maka aku ingin [ketika] amalanku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (Dinyatakan hasan oleh Al Albani dalam Shahih An Nasa’i, no. 2221; dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah).
Betapa tergambar kedekatan Rasulullaah akan pengawasan Allah dan keinginan beliau untuk selalu memberikan yang terbaik sebagai seorang hamba kepada Rajanya. Beliau ingin mengantarkan amal-amal kebaikan yang sedang menuju keharibaan Allah dalam kondisi terbaik, terhindar dari maksiat dan dosa. Dan hal ini dapat dicapai dengan puasa.

Hikmah Puasa di Bulan Sya’ban
Ustadz Ammi Nur Baits dalam konsultasi syariahnya menyatakan bahwa ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.
Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadis dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh AlAlbani)

sumber: email dari Rumah zakat :)

Inilah tiga tanda kematian

Dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bersahabat dengan Nabi Ya’kub AS. Suatu ketika Nabi Ya’kub berkata kepada malaikat maut. Aku menginginkan sesuatu yang harus kamu penuhi sebagai tanda persaudaraan kita. Apakah itu? tanya malaikat maut. Jika ajalku telah dekat, beri tahu aku. Malaikat maut berkata, Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak hanya akan mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua atau tiga utusanku.

Setelah mereka bersepakat, mereka kemudian berpisah. Setelah beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’kub. Kemudian, Nabi Ya’kub bertanya, Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku? Aku datang untuk mencabut nyawamu. Jawab malaikat maut. Lalu, mana ketiga utusanmu? tanya Nabi Ya’kub. Sudah kukirim. Jawab malaikat, Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’kub, itulah utusanku untuk setiap bani Adam.

Kisah tersebut di atas mengingatkan tentang tiga tanda kematian yang akan selalu menemui kita, yaitu memutihnya rambut; melemahnya fisik, dan bungkuknya badan. Jika ketiga atau salah satunya sudah ada pada diri kita, itu berarti malaikat maut telah mengirimkan utusannya. Karena itu, setiap Muslim hendaknya senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi utusan tersebut.

Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS Ali Imran [3]: 185).

Karena itu, kita berharap agar saat menghadapi kematian dalam keadaan tunduk dan patuh kepada-Nya. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Imran: 102).

Tidaklah terlalu penting kita akan mati, tapi yang terpenting adalah sejauh mana persiapan menghadapi kematian itu. Rasulullah SAW mengingatkan agar kita bersegera untuk menyiapkan bekal dengan beramal saleh. Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan. (HR Tirmidzi).
Bekal adalah suatu persiapan, tanpa persiapan tentu akan kesulitan dalam mengarungi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Oleh karena itu, Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS Al-Baqarah: 197).

Oleh: Imam Nur Suharno