23 Juli 2012

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah...

Berkah Ramadhan?
Alhamdulillah. Hari pertama Ramadhan, istimewa! bersama suami, tarawih bareng ke masjig, sahur bareng, weekend pula, alhamdulillah bisa menghabiskan waktu dengannya. Walaupun hanya segelas teh manis hangat yang bisa kusiapkan untuknya. Alhamdulillah... Nikmat. Suami saya tak neko-neko orangnya, nyantai, karena nanti ada waktunya sendiri saya memasak untuknya (Ah... jadi ingin segera menghuni rumah kami)

Hari ini saya batalkan puasa saya karena suatu hal yang saya ragu apakah saya masih wajib puasa ataukah harus membatalkannya. Siang saya sangat galau, antara akan membatalkan atau melanjutkan puasa. Tanya sana sini dan mereka berbeda pendapat. Namun keyakinan saya mengatakan bahwa saya harus membatalkan puasa. Akhirnya sore hari saya membatalkan puasa, dengan tetap meminta petunjuk dariNya.

Malam harinya saya masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada saya. Saya ambil handphone dan mulai browsing. dan ketemulah saya dengan satu artikel kesehatan.
Dari situlah saya beranikan diri untuk mencari petunjuk Alloh.

Subhanalloh...
ada dua strip (-) di testpack yang saya gunakan, sontak saya langsung gemetar, menagis, bahagia sekaligus takut karena akan ada tanggung jawab yang lebih besar, lemes, keringat dingin, dan sebagainya.

Alhamdulillah, rasa syukur tak bisa terungkap hanya dengan ucapan hamdalah.
Alhamdulillah, tak hentinya saya menangis. Saya diberi petunjuk, Subhanalloh.
Kemudian segera saya ambil air wudhu dan saya sholat. Terimakasih atas petunjukMu Ya Alloh...
Saya tak sabar ingin mengabarkan pada suami saya tentang kabar gembira ini.
Sepulangnya dari masjid, saya langsung memberitahunya, dan air mata pun tak bisa saya bendung lagi. Alhamdulillah... Ia sangat bahagia mendengar kabar ini. Kami pun mengabarkan berita bahagia ini segera kepada orang tua suami saya dan tentu juga kepada orang tua saya.
Mertua saya sangat senang mendengarnya, bisa terbaca dari suaranya dan ekspresinya.
Dan ternyata lain dengan orang tua saya sendiri, yang ekspresinya seperti menunjukkan kekhawatirannya: bagaimana ini? Anak gadis saya yang masih kecil akan punya anak, bagaimana ini? dan seterusnya dan seterusnya. Sebenarnya hal ini mematahkan semangatku dan mencuil sedikit kebahagiaanku saat ini. Dan membuatku ragu mengabarkan pada kakak-kakak dan adik saya. Ah, tapi akan saya buktikan kalau saya mampu. Saya tak seperti yang beliau khawatirkan, insya Alloh, dengan pertolongnNya

Ya Alloh kuatkanlah saya, La haula wa la quwwata illa billahil'aliyyil'adzim...
Jadikanlah ini sebagai ladang saya untuk beribadah kepadaMu, ya Alloh, dan jadikanlah calon anakku anak yang sholeh(ah). Amin...
Smoga semua sehat dan lancar. Amiiiiiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.