Pict random from google |
Alhamdulillah, nggak terasa sudah sekitar dua bulan ini keluarga kami rutin melafalkan kebersyukuran dalam jurnal syukur. Namun, karena anak-anak masih dibawah 7 tahun (saat memulai) maka kami memutuskan untuk membiasakan dulu lewat kegiatan saling bercerita hal-hal menyenangkan yang terjadi hari itu. Cerita ini dilakukan sebelum tidur, dan masya Alloh anak-anak sangat antusias bahkan kadang berebut siapa yang duluan bercerita.
Saya sendiri, kadang-kadang menjurnal dalam buku. Yap, berbentuk tulisan. Tapi sifatnya nggak rutin dan nggak lengkap. Pekan lalu saya menuliskannya di buku tulis yang saya berjudul Gratitude Log. Karena saya buat dalam sebaris saja sehari, maka satu kalimat mencerminkan hal yang sangat saya syukuri hari itu.
Kadang saya juga menjurnal di akun virtual seperti instagram, namun hanya secuil cerita saja daru sehari itu. Kalau mau ideal sih, sehari ditulis panjang seperti satu blogpost ini atau semacam poin-poinnya saja. Tapi balik lagi dengan kelenturan menjurnal ini. Pastinya setiap keluarga punya kesibukan yang berbeda, juga minat yang berbeda. Ada yang merasa cukup dengan saling bercerita saja, ada yang pengennya ditulis juga di buku jurnal, ada yang nyaman menjurnal di media sosial, ada juga yang pengen semuanya tapi belum bisa terlaksana. Hahaha...
Bagi saya, poin penting dalam menjurnal ini adalah "membiasakan" dulu. Misalnya, keluarga kami membiasakan lewat bercerita secara bergilir. Ya sudah, jalani saja dulu. Kalau sudah rutin, bisa nanti dinaikkan dengan menulis jurnal sebelum akhirnya bercerita. Dan seterusnya, karena tujuan jurnal syukur ini menurut saya adalah untuk melatih diri menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas nikmat Alloh yang kalau nggak pernah disebut itu berasa nggak ada. Padahal kalau dicabut nikmat itu, kita akan sangat kelimpungan dan baru sadar bahwa diri ini bukan siapa-siapa tanpaNya.
Nah, berikut saya tempelkan tulisan dari @rumahinspirasi_id tentang "Jurnal Syukur"
Apakah kalau kita bersyukur, itu berarti semua peristiwa keseharian kita membahagiakan?
Kita sangat tahu jawabannya. Tidak. Setiap hari kita mengalami hal yang beragam, yang bisa kita persepsikan baik maupun buruk, keberhasilan dan kegagalan, keberuntungan dan kesialan.
Apakah bersyukur berarti kita sedang membohongi diri sendiri dan tidak jujur dengan peristiwa yang kita alami?
Tidak.
Bersyukur adalah sebuah pilihan sikap.
Kita bisa memilih sikap untuk berfokus pada semua peristiwa kita, baik yang positif atau negatif. Kita bisa memilih sikap untuk berfokus pada masalah dan memikirkan terus cara penyelesaiannya. Kita bisa memilih sikap untuk berfokus pada keberhasilan dan peristiwa yang membahagiakan.
Kita bisa memilih khawatir. Kita bisa memilih tenang.
Atau kita memilih sikap untuk bersyukur.
Syukur bisa terjadi karena kebahagiaan yang kita alami. Juga, syukur (atas apapun) juga bisa menjadi sumber kebahagiaan kita.
Masalah tak akan pernah habis dalam hidup kita. Kekhawatiran tak akan mengubah apapun keadaan kita.
Berkat syukur, kita bisa lebih positif melihat hidup kita. Berkat syukur, kita memiliki energi dan harapan. Berkat syukur, kita bisa lebih jernih dan berjarak dari masalah kita.
Syukur adalah pilihan sikap.
Yang semoga bisa menjadi pembuka berkah dan jalan-jalan kebaikan untuk kita.
Sudah bersyukur hari ini?
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.