31 Maret 2020

Mindful Life, Apa Sih?


Bismillah...

Belakangan ini, dibeberapa grup banyak yang menyebut-nyebut mindful life. Penasaran, saya
pun menyimpulkan bahwa mindful life adalah hidup yang penuh dengan kesadaran meski saya nggak terlalu paham bagaimana penerapannya.

Bagai gayung disambut, beberapa waktu kemudian, saya dimention salah satu mamak kesayangan untuk diajak ikut kelasnya ScaleYouUp yang bertema Mindful Life 🥰

Kelas ini diisi oleh seorang Professional Coach berbasis NLP (Neuro Linguistic Programming) bernama Aji Darmawan. Wah! Langsung teringat Enlightening Parenting yang sebagian besar materinya itu merujuk pada disiplin ilmu NLP ini, yakni disiplin ilmu yang mempelajari antara bahasa, pikiran, dan perilaku manusia.

So, langsung aja yah saya sharing ilmu yang saya dapatkan selama belajar dengan coach Aji.

Apa itu Mindful Life?


Sederhananya, mindful life adalah hidup yang tenang, penuh kesadaran, dan membahagiakan. Lawannya yaitu stresful life atau mindless life.


Stressful life adalah hidup yang penuh dengan tekanan dan ketergesaan. Sementara mindless life adalah hidup yang tidak disadari atau hidup yang berjalan otomatis seperti robot tanpa kita
sadari sepenuhnya.

Menjalani kehidupan yang mindful tentu saja menjadi impian dan harapan setiap orang.

Pertanyaannya, bagaimana cara kita mewujudkan kehidupan yang seperti itu?
Kehidupan yang tenang, penuh kesadaran, bertujuan dan membahagiakan?

Kunci untuk mewujudkan kehidupan semacam itu adalah berhenti menginginkannya - loh?

Ya, keinginan untuk bahagia adalaha tanda ketidakbahagiaan. Jika kita ingin berbahagia, maka berbahagialah.

Jika ingin kehidupan yang tenang, maka tenanglah dalam menjalani hidup kita.

Jika ingin kehidupan yang bertujuan, maka sadarilah tujuan kita hidup di dunia.

Berhentilah menginginkan dan mulailah menjadi...

Menjadi sadar, bukan sekadar ingin sadar.
Menjadi bahagia, bukan sekadar ingin bahagia.
Menjadi bertujuan, bukan sekadar ingin bertujuan.

Lalu, bagaimana cara menjadi?

Ada tiga cara yang perlu teman-teman mulai latih mulai saat ini.

Pertama, fokus pada apa yang ada dalam kendali.
Kedua, memilih respon secara sadar.
Ketiga, menjalani hidup yang selaras dengan kebajikan tertinggi.

Kita bahas mundur ya, mulai dari poin ketiga: menjalani hidup yang selaras dengan kebajikan
tertinggi.

Apa yang dimaksud dengan kebajikan tertinggi?

Kebajikan tertinggi adalah setiap nilai serta keyakinan yang kita anggap baik dan benar.

Apa misalnya? Kejujuran, integritas, kasih sayang, pengabdian, keterbukaan, keadilan, kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan dsb.

Apa nilai-nilai yang kita anggap baik dan benar? Jalanilah kehidupan kita agar selaras dengannya.

Percaya dengan kejujuran? Maka, jalani hidup dengan jujur.

Percaya dengan keberanian? Maka, jalani hidup dengan berani.

Percaya dengan kesederhanaan? Maka, jalani hidup dengan sederhana.

Sayangnya, kita tidak pernah mendefinisikan apa nilai-nilai kebajikan yang kita yakini, wajar bila kadang kita merasa gamang.

Maka, latihan pertama adalah: silakan tuliskan 3-5 nilai yang kalian anggap baik dan benar.

Sudah? Kita lanjut ya...

Sekarang kita bahas poin kedua, memilih respon secara sadar.

Banyak orang merasa dirinya adalah korban dari lingkungannya. Merasa bahwa sikap, perilaku dan responnya dikendalikan oleh orang-orang di sekitarnya.

Sebagian lagi merasa bahwa kehidupannya dikendalikan oleh masa lalu dan nasib baik atau nasib buruk.

Ini tentu saja tidak sepenuhnya tepat. Kita meyakini adanya takdir, namun kita juga meyakini kekuatan do'a dan ikhtiar. Kita bebas memilih respon kita, apapun kejadiannya.
Kejadian yang kita alami nggak mengendalikan respon kita, karena manusia memiliki kebebasan memilih.

Kak Aji memaparkan dalam diagram seperti ini:


Prosesnya nggak seperti pada diagram pertama, melainkan seperti pada diagram kedua.

Yup, ini adalah esensi dari Reaponsibility (bertanggung jawab), yakni kemampuan kita memilih respon 🥰

Ya, manusia sebagai khalifah memiliki keistimewaan. Ia memiliki kebebasan dalam memilih respon atas kejadian yang ia alami.

Jadi, nggak ada orang yang bisa membuat kita kecewa kecuali kita mengizinkannya.

Nggak ada orang yang bisa membuat kita kesal, kecuali kita mengizinkannya.

Nggak ada orang yang bisa membuat kita marah, kecuali kita mengizinkannya.

Nah! Bener banget nggak sih?
Buktinya, satu kejadian yang sama, akan berefek berbeda pada dua orang yang mengalaminya.

Lanjut dulu ya ke poin terakhir, yaitu poin pertama: fokus pada apa yang ada dalam kendali.

Segala sesuatu yang kita alami dalam hidup dapat kita kelompokkan ke dalam dua kategori:
1. Ada dalam kendali
2. Di luar kendali

Kunci dari bahagia dan berdaya adalah fokus pada apa yang ada dalam kendali kita. Sebaliknya, kunci dari kehidupan yang stress adalah berusaha mengendalikan hal-hal yang ada di luar kendali kita.

Wabah Covid-19 yang kita alami seperti saat ini misalnya, adalah wadah latihan yang baik untuk mengenali mana yang ada dalam kendali kita, mana yang ada di luar kendali kita. Terpaparnya kita dengan virus, ada di luar kendali kita. Kebijakan pemerintah terkait penanganan Covid-19, ada di luar kendali kita. Sikap dan komentar orang lain juga di luar kendali kita.

Jika kita memfokuskan perhatian kita ke sana, kita akan stress dan lelah. Fokuslah pada apa yang bisa kita kendalikan. Memilah informasi ada dalam kendali kita. Meningkatkan pengetahuan yang valid seputar wabah ini, ada dalam kendali kita. Menjaga diri dengan menerapkan social distancing, ada dalam kendali kita. Mencuci tangan dan mengenakan masker, ada dalam kendali kita.

Fokus pada apa yang ada dalam kendali, dan kita akan bahagia serta berdaya.



Gambar di atas adalah kesimpulan kita, tujuan dari mindful life adalah eudamonia (kebahagiaan yang paripurna; bukan sekadar kebahagiaan semu). Ini dapat diwujudkan dengan:
1. Fokus pada apa yang ada dalam kendali kita
2. Memilih respon secara sadar (responsibility)
3. Menjalani hidup yang selaras dengan kebajika utama (Areté)

Alhamdulillah, dengan memahami apa itu mindful life, in sya Alloh kita akan bisa bahagia sesuai kemauan kita dalam melakukan segala kegiatan dengan memilih respon yang memberdayakan.

Pelajaran ini klop sekali dengan konsepnya Enlighten & Empower cikgu Okina Fitriani.

Jadi, sudah siap untuk memilih bahagia kan?

Semoga bermanfaat yah 💕


1 komentar:

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.