20 Juli 2020

Ramadhan 1441 Kami

Bismillah...

Meski sangat sangat telat sekali untuk menuliskan cerita Ramadhan kami, tapi tak apa. Karena Ramadhan ini sangat sangat sangat spesial.


Spesial karena kami full berpuasa di rumah, tanpa kerja keluar rumah.

Spesial karena Ramadhan kali ini mbak Rizma (7 tahun) berlatih puasa atas kemauannya sendiri jauh sebelum Ramadhan datang.

Spesial karena saya memasak untuk keluarga tanpa bantuan jasa catering.

Spesial karena 10 hari terakhir Ramadhan tak disibukkan oleh tradisi mudik yang biasanya menggeser esensi pentingnya detik-detik mendekati finish line Ramadhan.

Spesial karena.... banyak sekali belajar untuk lebih ikhlas, lebih khusyuk, juga lebih beriktiar dalam Taqorrub ilalloh...

Spesial pula karena menyambut Syawal dengan silaturrahim jarak jauh dan suami pertama kalinya menjadi imam plus khatib sholat Idul fitri.

Pokoknya spesial, sampai ritme Ramadhan pun masih terbawa meski Ramadhan telah berakhir. Masya Alloh...

Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Dulu, saya selalu berpikir bahwa puasa itu enaknya di kantor, bukan saat weekend. Karena apa? Karena waktu berjalan terasa lebih cepat. Ternyata, setelah melewati Ramadhan kemarinx sama saja waktu berjalan cepat. Tahu-tahu sudah sore, sudah harus masak.

Telisik punya telisik, ternyata karena ritme saya sebelum Ramadhan pun memang sudah dirumah saja. Jadi, Ramadhan datang pun ya biasa saja.

Sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana hari-hari (masa puasa) dijalani lebih banyak di kantor. Jadi, saat di kantor merasa waktu berjalan lebih cepat.

Masya Alloh...

Mbak Rizma, tanpa dinyana, ternyata mampu berpuasa sampai maghrib. Belum full 30 hari. Tapi, baginya ini adalah sebuah peningkatan pesat.

Mbak yang tahun lalu bisa dihitung jari satu tangan saja sahurnya, Ramadhan ini alhamdulillah 29 hari sahur karena satu hari kami kesiangan. Saat itu Mbak menangis karena ingin sahur. Maafkan kami yang kesiangan dan mengejar sahur ya, nak...

Mbak yang tahun lalu belum mulai latihan berpuasa, tahun ini sudah latihan puasa dengan menentukan target sendiri.

Awalnya sih engga, tapi setelah belajar cara belajar puasa versi Enlightening Parenting dari Mba Eka, akhirnya setiap hari kami mengajak mbak untuk menentukan besok targetnya puasa sampai jam berapa (sahur kedua perlu ngga).

Hasilnya pun saya data. Misal hari ini sampai jam berapa kuat, lalu sahur kedua, besok sampai jam berapa. Cara seperti ini sangat memudahkan untuk evaluasi, apreasiasi dan rencana ke depan oleh Mbak Rizma sendiri.

Alhamdulillah total sampau maghrib ada 16 hari. Yang lain ada yang ashar sahur lagi, dhuhur ashar lagi, bahkan 17.30 udah nggak kuat minta buka puasa duluan. 

Nggak apa-apa nak semoga pembelajaran ini menyenangkan yah...

Kami nggak mengiming-imingi hadiah juga bila puasa sampai full. Kami hanya mengaitkan dengan esensi belajar puasa bagi anak yang belum baligh. Dan alhamdulillah berhasil meski kadang adakalanya Mbak ngambek atau terbawa adiknya yang sahurnya sehari bisa lebih dari tiga kali.

Untuk sholat tarawih, Mbak masih terbawa dengan keinginan "asik" sholat di masjid. Jadi, hanya beberapa kali saja sholat tarawihnya. Pun, karena kalau siang perlu usaha extra untuk mengajaknya tidur siang. Jadi, ketika waktu isya datang seringnya sudah mengantuk.

Semoga tahun depan bisa full tarawih ya, nak. Aamiiin...

Oiya, Ramadhan kemarin juga Mbak school from home (LFH/SFH) sehingga mbak ngga keluar rumah selain main ke rumah kakak (tetangga). Kegiatan sekolah full bersama kami orangtuanya. Alhamdulillah... tantangan baru karena dirumah nggak ada playground atau pun instalasi outbond seperti di sekolah. Jadi ya.... sekolahnya sejam saja selesai. Sisanya sekolah dari kegiatan dirumah saja seperti birrul walidain dan family project.

Hmmm, apalagi ya?

Sekian dulu ya, semoga catatan ini menjadi pengingatmu tentang hari ini, nak ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.