23 Januari 2020

"Aku nggak mukul, cuma nyolok mata!"


18 Januari 2020

Kemarin di mobil, papah nyetir, tetiba mbak nangis di kursi belakang. Langsung papah dinasihatin: Adek,
nggak boleh mukul.

Aku nggak mukul, cuma nyolok mata.

Ibun sebagai saksi, emang tadi adek nyolok mata mbak. Berlanjutlah diskusi kita tentang menyakiti orang lain.

18 Januari 2020

Salah ibun, buka info tentang umroh di IG, anak-anak "kurang setuju" lalu mereka mendatangi ibun untuk ikut melihat apa yg bunda lihat.

Biasa, kalau begini keduanya minta deket2 liatnya. Semacam rebutan lihat dgn jelas tanpa terhalangi. Hingga terjadilah peristiwa Adek menyolok mata mbak 😭

Nangislah mbak Rizma kesakitan, tapi nggak mbales masya Alloh. Alhamdulillah, barokalloh mbak.

Lalu, ibun tetap tenang dan mikir gimana caranya membuat mereka saling sayang lagi seperti beberapa menit sebelumnya. "Yaudah ayo mbak sama ibun aja" (melipir meninggalkan adek)

Sontak adek menangis mengejar ibun, masih emosi tentunya.

Lalu ibun memulai pendekatan ke Adek dengan tetap berusaha menetralkan emosi. "Adek, tadi adek menyolok mata Mbak. Lihat mbak kesakitan, nangis. Itu namanya menyakiti orang lain, nggak baik. Kalau adek menyakiti begitu, adek nggak ada teman." Adek diam, masih kesal (merengut) "Ibun mau teman sama adek kalau adek minta maaf sama Mbak, dan nggak ngulangin lagi." Adek masih diam, pasti berat minta maaf saat masih emosi. "Adek, inget nggak semalem kita bertiga main. Itu karena kita teman smua, nggak ada yang nyakitin. Seneng nggak kalau teman semua, main bareng, ketawa bareng?" Adek langsung teringat kegembiraan semalam main bertiga. "Iya, kita main bola dijatohin, yang mainan itu loh bun." "Enakan mana main bareng, berteman semua, atau nggak ada teman karena nyakitin?" "Main bareng." "Yaudah, sekarang adek minta maaf yuk ke Mbak Rizma. Nanti kita teman lagi bertiga. Bisa main bareng lagi." Dengan semangat dan senyum, adek menghampiri Mbak dan meminta maaf. "Yaudah kita teman aja, ayo main bareng lagi mbak." "Peluk dulu mbaknya, dek"

Dan mereka pun berpelukan 🤗 serta berlanjut dengan membuat kincir angin bertiga.

Alhamdulillah, barokalloh adek.

Ibun seneng banget nemuin solusi spontan seperti ini karena berhasil tak tertular emosinya.


Kemudian, ibun menceritakan hal ini kepada salah satu tim sharing Enlightening Parenting. Apakah yang ibun lakukan sudah benar?

Ternyata perlu dicek lagi apakah Adek sengaja menyolok mata? 

Hmmm, sepertinya sih waktu kejadian terhalangi itu, Adek menyolok mata karena merasa terhalangi Mbak Rizma saat melihat layar HP.

Selanjutnya, ibun mendapat insight bahwa anak seusia Adek Hanum yaitu belum 3 tahun, sangat diperlukan BRP (Briefing and Role Playing). Karena itu, kejadian ini juga perlu "disimulasi" kembali melalui permainan peran.

Okey.

Malamnya, ibun mengajak anak-anak bermain peran. Persis ceritanya seperti kejadian pagi: 
PURA-PURA NONTON BARENG DI SMARTPHONE.

Dari situ, ibun simulasikan kejadian bila kita terhalangi orang lain, harus bagaimana? Sekaligus praktek pemahaman mereka berdua. Hihihi.... SERU!

Alhamdulillah setelah permainan, mereka paham, lain waktu bila terhalangi orang lain, harus bagaimana.

Adek acungkan tangan, dan intrupsi bahwa Adek terhalangi ☺

Saat bermain peran itu, Mbak Rizma juga bercerita bahwa dulu pernah terhalangi papah saat menonton TV.

Oh, jadi ntar begitu, ya, Bun?


^^

Catatan Pengasuhan Riz-Ha



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.