30 Mei 2020

Baking Together, Seseruan Membuat Kue Kering dan Roti


Alhamdulillah Ramadhan tahun ini sangat spesial bagi keluarga kami karena kami semua
berkumpul dirumah selama 24 jam. Meski kadang nggak kumpul bareng karena kegiatan masing-masing, tapi kondisi selama pandemi ini membuat keluarga kami banyak sekali melakukan berbagai hal bersama.

Beberapa family project terlaksana selama WFH ini, bahkan beberapa terlaksana di bulan Ramadhan. Alhandulillah...

Salah satu proyeknya adalah baking together. Alhamdulillah sejauh ini kami sudah baking 4 kali dalam kurun waktu satu bulan. Masya Alloh, nggak pernah nyangka oven akan sangat produktif setelah sekian purnama teronggoo di lemari. Astaghfirulloh...

Oke, lanjut saja yah.

2 Mei 2020

Project pertama dalam baking together ini adalah membuat chewy cookies. Resepnya saya googling dan mendarat cantik di resepnya Tintin Rayner yang terkenal dan saya baru kenal sekarang. Hahaha... Maafkan saya. Dari situlah akhirnya resep nastar pun kami realisasikan menjadi beberapa toples nastar yang cepat sekali habisnya.


Alhamdulillah proses membuat chewy cookies ini seru. Karena melibatkan anak-anak, jadi semuanya nggak bisa berjalan seinstan seperti yang dibayangkan karena akan ada beberapa adegan drama. Ada yang icip butter padahal puasa lah, hihi ini rejeki mbak Rizma karena lupa, ada yang pengin memegang mixer, dan seterusnya.

Hasilnya ternyata enak, diluar dugaan. Meski tekstur awalnya sepertinya salah karena lengket. Harusnya kalis, tapi ya sudahlah saya memaklumi kenewbie-an saya dalam perbakingan. Yang penting jadi dan bisa dimakan. Hahaha...


Karena kata pak suami, ada 3 kriteria hasil baking: Nggak bisa dimakan (seperti dulu saya bikin roti, malah kaya batu), bisa dimakan tapi nggak layak jual, dan terakhir layak jual.

Lumayan kan ada kenaikan dari level 3 ke level 2 😆

4 Mei 2020

Project kedua, pak suami sudah membeli nanas palembang. Artinya, kami akan melanjutkan untuk menyulap menjadi nastar.

Alhamdulillah ya, membuat nastar bersama anak-anak tetap seru dan penuh makna karena kebersamaan dalam berbagi tugas itu membuat kami semakin banyak belajar. Belajar sabar, belajar mengapresiasi, belajar memahami, dan belajar lebih mengenal anggota keluarga.



Terlihat dari foto, ada beberapa nastar berisikan dan berhiaskan chocochip. Siapa pembuatnya? Tak lain tak bukan adalah anak-anak. Hehehe...

Rasanya alhamdulillah enak, meski tampilannya saya nggak bisa menemukan kenapa nggak cantik seperti nastar-nastar yang dijual. Nggak apa  baru pertama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.