30 Oktober 2014

Kolik



credit image

Mau sharing tentang kolik, penyakit yang beberapa waktu lalu hinggap di tubuh Rizma.
Sabtu siang Rizma tetiba kesakitan perutnya, nangis kencang sambil pegang-pegang perut. Saya langsung aja pijet lembut perutnya, nggak lama kemudian diam. Mainan lagi, senyum dan ceria lagi seperti biasa. Nggak lama, nangis lagi sambil pegang-pegang perut. Saya kembali pijit lembut perutnya. Sakit pun kembali mereda. Kami lanjut bermain. Untuk ketiga kalinya, perut Rizma sakit lagi dan kembali Rizma nangis kencang sambil pegang perut. Ya Alloh, kenapa anakku?

Sedikit panik juga, soalnya kok terus berlanjut ya sakitnya? Meski ada jeda, tapi ngga tega ngeliatnya. Soalnya saya pegang perutnya kencang. Akhirnya sabtu sore kami membawa Rizma ke RS Premier Bintaro, dari beberapa nama dokter yang disebutkan di telepon, entah kenapa kami memilih dr. Rachmat Sentika. Googling lagi, dsa (dokter spesialis anak) sekitar Bintaro dengan nama tersebut. Benar, sebelumnya pernah
baca di blog seorang ibu yang memeriksakan anaknya di dr. Rachmat Sentika, testinya sih baik-baik. Makanya kami lanjut untuk bertemu beliau dibanding dokter lain yang sedang praktik. Singkat cerita, kami bertemu dr. Rachmat dan diagnosa beliau Rizma sembelit. Padahal kami sudah memberi tahu bahwa pup terakhir tadi pagi, teksturnya seperti orang dewasa. Rizma diresepi Lacto-B dan Polysilane serta kami diminta memijat perut rizma dengan gerakan ILU (yang sudah kami lakukan selama ini) jika kambuh sakitnya.

Sampai dengan senin pagi, belum ada perubahan untuk sakit perut yang Rizma alami, kami pun begadang bergantian menjaga Rizma saat sakit perutnya kambuh. Padahal saya rutin meminumkan apa yang diresepkan dokter. Hmm... ada apa ini? Kami pun akhirnya mencari second opinion. Aslinya sih mau ketemu dr. Badriul Hegar yang kabarnya adalah dsa ahli pencernaan. Tapi karena praktiknya malam (di klinik Zam-zam, Veteran, Bintaro), rencana ini pun gagal. Nggak tega deh pokoknya ngeliat anak kesakitan berulang-ulang. Akhirnya kami bikin appointment sama dr. Waldi karena praktiknya pagi. Kami mendapat giliran jam 10.15. sebelum kesana, saya teringat pernah membaca bahwa sakit yang Rizma alami ini namanya kolik. Cuma saya hanya menebak aja dan usah lupa gimana cara mengatasinya. Ternyata benar, diagnosa dr. Waldi sama dengan yang saya tebak. Rizma terkena kolik. Saya menunjukkan obat yang diresepkan dr. Rachmat sabtu itu, beliau menyampaikan bahwa polysilane itu obat maag, dan nggak ada anak sekecil Rizma yang sakit maag, jadi ngga perlu dilanjutkan. Lagian, ngga ada perubahan kan? Beliau sudah bisa menebak.

“Bu, kalau anak ibu minum obat dan nggak ada perubahan, ibu harusnya curiga bahwa obat itu ngga cocok untuk penyakit anak ibu. Nggak usah dilanjutkan, bu.”

Deg! Langsung deh perasaan campur aduk menghampiri saya. Antara kesel, sedih, dan nyesel kenapa nggak curiga dari kemarin? Kalau Lacto-B nya sih boleh dilanjutkan, karena itu semacam yogurt versi mahal kata beliau. Okeee... terus? Koliknya apa obatnya, dok? Beliau menjawab dengan santai seperti biasanya, ah itu dikasih minyak kayu putih aja. Nanti sembuh sendiri kok. Kami pun manggut-manggut dan yakin bahwa dokter satu ini bener-bener RUM. Kata beliau ini perut sakit karena diare yang belum keluar. Dan menebak bahwa besok rizma akan diare untuk kemudian sembuh koliknya. Oke, sip, kami pulang.

Saat rizma kambuh lagi sakit dan tangisnya, kami pun mengolesi minyak kayu putih seperti yang disarankan dokter. Tapi ngga ada perbaikan. Rizma terus berulang sakit perutnya. Dua hari berlalu dengan sama. Sedih rasanya.
Rabu siang, saat saya dari masjid di kantor, tetiba ponsel berdering, telepon dari suami saya mengabari kalau saya dan suami harus segera pulang karena sakit Rizma semakin parah. Langsung lemes seketika mau pingsan rasanya. Bener deh, saya takut sekali ada apa-apa dengan Rizma. Bercucuran air mata tapi saya tahan biar nggak kelihatan orang. Langsung menuju meja kerja, duduk, tenang, minum. Dan bersiap untuk pulang.  

Sampai rumah pun kami langsung membawa Rizma ke RS Premier lagi. Sebelumnya kami udah daftar untuk dr. Siti rozanah, yang konon ini salah satu dokter recommended di RS Premier Bintaro. Setelah mendengar penjelasan kronologis dari saya, beliau memeriksa Rizma dan mendiagnosa Rizma terkena kolik. Yes, untuk kali kedua diagnosa saya sama dengan dua dokter anak yang bagus. Terus beliau kasih obat kolik bernama “Piptal” dan antibiotik (yang AB nggak saya minumkan dulu sebelum hasil lab keluar, maaf ya, Bu dokter Siti). Ya Alloh, dari tiga dokter Cuma beliau yang ngasih obat ini. Iya, beda dokter beda obatnya. Kami berharap ada perubahan pada Rizma. Beliau juga merujuk Rizma untuk segera tes darah dan tes urine untuk tahu penyebab kolik dan juga karena sudah hari keempat (sabtu siang ke rabu siang) ada demam (Rizma demam juga, cuma demamnya hanya sewaktu-waktu, nggak sepanjang hari).

Drama lagi deh pemeriksaan darah. Paling nggak tega ngeliat anak nangis kesakitan gara-gara disuntik. Cuma bisa ngintip sambil berdoa semoga berhasil diambil darahnya sekali suntik aja. Alhamdulillah sekali suntik berhasil. Yang lucu, pas tes urine, pas mau pasang urine collector, Rizma malah nggak mau dan teriak “pipis, pipis”. Langsung deh saya bawa ke toilet untuk pipis. Ealah begitu jongkok, saya mau nampung pipisnya pakai tabung penampung, lah kok Rizmanya mundur-mundur nggak mau. Saya pikir dia risih ada sesuatu yang biasanya ngga dia temuai pas pipis di rumah. Hmmh, menghela nafas, Rizma pun pipis di lantai toilet. Akhirnya kami pulang membawa Rizma yang sudah dipasangi urine collector. Berharap ngga lama dia pipis dan terkumpul di sana dengan sempurna (nggak ada yang tumpah maksudnya). 

Alhamdulillah, Rizma di rumah berhasil pipis dan terkumpul sempurna di urine collector. Langsung deh diamankan untuk dibawa ke rumah sakit. 

Gimana kabar selanjutnya? Sejak minum piptal, alhamdulillah ada perubahan signifikan. Rabu malam begadang berkurang. Meski masih kadang kesakitan, alhamdulillah berkurang frekuensinya. Paginya, hasil lab keluar, hasilnya? Mungkin kalau Rizma dibawa saat ambil hasil lab, sudah langsung dirawat. Rizma dinyatakan terkena infeksi bakteri. Masya Alloh... langsung deh AB nya segera diminum Rizma. Sedih rasanya, dan selalu ada perasaan merasa bersalah, kenapa kok kena bakteri? Ah, tapi nggak ada gunanya bertanya. Saya hanya berusaha memperbaiki cara Rizma menjaga kebersihan baik dari makanan, minuman, mainan, dll. 

Semakin hari Rizma makin membaik. Alhamdulillah. Senin kemarin, AB pun habis dan selasa pagi cek darah lagi untuk tahu perkembangan infeksinya. Siangnya, hasil lab sudah diterima, alhamdulillah hasilnya baik. Rizmaaa, kamu sehat! Alhamdulillah... senyum sudah merekah di wajahnya dan keceriaan pun mengawali hari-harinya. Alhamdulillah terimakasih ya Alloh. Kami sangat bahagia, kesehatan sikecil sangat berharga. Rasanya kapok untuk ke rumah sakit lagi. Mudah-mudahan kami sekeluarga diberi kesehatan dan bisa menjaga kesehatan. 
Amiiiin.... Ya Robbal Alamiiin... 

Tentang Kolik.
Kolik sendiri umumnya terjadi pada bayi dibawah usia 6 bulan. Ditandai dengan tangisan yang terus menerus, kaki menendang ke arah perut. Nah ini Rizma udah 19 bulan lebih. Makanya agak berbeda dengan kolik pada umumnya, dan untuk tahu penyebabnya, dilakukan pemeriksaan darah dan urine. Obat untuk kolik sendiri, ternyata ada, seperti yang saya sebutkan di atas. Tapi untuk bayi, biasanya diatasi dengan pelukan ibu, ayunan, atau mengalihkan perhatian ke sesuatu yang menarik saat bayi menangis. 

2 komentar:

  1. Allhamdulillah Risma sudah sembuh ya sekarang , mudah-mudahan sehat selalu ya. Salam kenal juga mbak, terima kasih sudah mampir ke blog saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... makasih mamanya pascal n alvin sdh mampir :)

      Hapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.