02 Maret 2016

Maafkan ya :)

Mohon maaf ya bila ada yang sakit hati membaca tulisan saya. Saya minta maaf sekali, maaf yang sebesar-besarnya. Ingin sekali saya mengganti alamat blog ini biar seperti dulu kala, yang membaca hanya yang ngga kenal, tapi karena sedikit banyak sudah ada yang menyengaja mampir ke blog saya karena mencari 'sesuatu' saya biarkan blog saya seperti sekarang. Takut sekali saya menulis, malah orang lain berkecil hati. Saya ngga ada maksud apa pun. 

Mungkin iya, dulu saya pernah mengalami ada di fase dimana melihat postingan orang lain, bergumam, apa ngga ada yang sakit hati ya melihat postingannya? Misalnya, temen posting
kemesraan suami istri di media sosial, itu apa ngga sakit hati ya yang belum punya pasangan? Temen posting foto bayi hampir setiap hari, sampai semua foto perkembangannya ada di media sosial, itu apa yang belum punya anak ngga sakit hati ya? Atau sakit hati karena kok anakku belum bisa seperti anaknya ya? Ada yang posting foto aktivitas bersama anaknya dengan mainan yang dipersiapkan sehari sebelumnya, apa ngga ada yang sakit hati ya kalau ada ibu lain yang ngga menyiapkan aktivitas anaknya? Dan seterusnya dan seterusnya. Intinya saya punya negatif thinking kalau bakal ada yang punya energi negatif melihat postingan-postingan tersebut, misalnya berkecil hati dan manyun.

Kemudian...
Saya berpikir kalau misalnya yang punya energi negatif itu adalah saya. Saya selalu manyun dan berkecil hati setiap ada postingan orang, yang ada saya capek sendiri. Betul kata seorang pemimpin di tempat saya, yang ngga bahagia ya yang ngga memaafkan. Misal, saat itu saya sakit hati, kemudian membenci orang yang posting foto. Saya ngga memaafkannya, setiap ketemu, bibirnya manyun, dan seterusnya dan seterusnya. Lama-lama capek dong ya. Itu saya ya, saya bukan yang lain.

Daaan...

Ternyata jika dibalik, ada yang posting foto mesra sama suami terus kita melihatnya ikut senang (eh kalau ini saya ngga mbahas deh, maaf). 

Ada yang posting foto pernikahan, saya ikut senang. Memberikan doa, memintanya mendoakan agar segera menyusul, dst dst. Kita senang karena hati ngga ciut, ngga ada sakit hati atau berkecil hati. Mereka juga senang diberi ucapan selamat dan doa. Win win solution!

Ada yang posting hamil, saya ikut senang dan ikut mendoakan, minta didoakan kita segera menyusul, mereka bahagia kita juga bahagia, insya Alloh ada malaikat yang mengaminkan doa teman saya yang hamil itu. Win win solution!

Ada yang posting foto bayi/anak dan setiap perkembangannya, saya ikut seneng dan ngebayangin saya ada di posisi mereka. Memberi ucapan wah pinter ya sikecil, dst dst. Mendoakan agar sikecil sehat terus, cerdas, dan berdoa semoga anak saya juga sehat dan kelak akan mengalami kebahagiaan yang sama dengan teman saya ketika anak saya seumur anak temen saya, dst dst. Mereka senang, hati kita pun engga ciut dan kecil. Senyum tetap bisa melebar di pipi, insya Alloh silaturrahmi juga terjaga karena komunikasi yang baik, Win win solution!

Ada yang posting kegiatan anak-anaknya, setiap hari atau setiap waktu. Saya senang melihatnya, bahkan dijadikan ide bermain dengan anak saya. Berkomentar positif di foto mereka, saling mengenal lebih dekat, dst dst. Mereka senang karena merasa fotonya bermanfaat sebagai ide bermain, saya juga senang karena menambah teman, ada ide bermain, dst dst. Win win solution!

Khususon tentang postingan kegiatan anak, saya pribadi senang setiap kali menemukan ide bermain. Dari mana pun, entah dari web luar, web Indonesia, maupun dari blog atau instagram ibu-ibu lain. Dan memang dari situlah akhirnya saya ketularan virus mencari selalu ide bermain dan menambah teman dunia maya serta menambah ilmu di dunia pendidikan anak. 

Ada postingan temen saya yang saya setuju sekali. Kurang lebih begini:
"Saya bukan ibu-ibu yang rajin menyiapkan aktivitas anak, tapi saya selalu salut dengan ibu-ibu yang menyiapkan aktivitas untuk anak-anaknya, bahkan setiap hari."
Karena saya pribadi bahagia kalau lihat postingan kegiatan anak-anak. Kalau yang ini, berawal dari menyontek ide bermain, dan berlanjut bahagia bila menemukan ide bermain. Kadang dipraktekkan, kadang hanya di skrinsut kemudian mengendap di gallery sampai akhirnya dihapus. LOL


Bila ada postingan seperti diatas, mungkin jika yang lewat energi negatif, saya akan bergumam dalam hati sambil bibirnya manyun:
"Ih, apaan sih, namanya juga anak-anak, pastilah ngga kenal capek. Gitu aja di posting di sosmed."
Dan bila energi positif yang lewat, saya akan berkomentar di postingan tersebut atau seenggaknya berkomentar dalam hati sambil senyum:
"Hihihi, ternyata semua anak-anak sama ya. Anak saya juga begitu, tinggal kita sebagai ibu yang kudu lebih strong lagi ya?! Semangat!!!"
Lain lagi bila ada postingan yang ini (aslinya ada foto anak yang sedang menuang air), mungkin jika yang lewat energi negatif, saya akan bergumam dalam hati sambil bibirnya manyun:
"Halah, apaan sih, gitu aja mah gampang, anak saya juga bisa. Belum difoto dan di posting aja. Gitu aja di posting di sosmed."
Dan bila energi positif yang lewat, saya akan berkomentar di postingan tersebut atau seenggaknya berkomentar dalam hati sambil senyum:
"Waaah, pinternya sikecil. Seneng yaaa kalau anak udah bisa gitu. Anak saya juga suka kegiatan ini, apalagi pas bagian bla bla bla."
Ternyata bagi saya, enakan punya energi positif saat melihat postingan orang lain yaaa. Atau, kalau memang masih berenergi negatif, yaudah mending saya ngga usah follow/ membaca/ melihat apalagi meng-kepo-in akun media sosial orang itu. Betul ngga?

Oke...

Mohon maaf sekali lagi ya apabila ada postingan saya yang kurang berkenan, jika dulu mungkin saya pernah menjadi orang yang mengeluarkan energi negatif, sekarang saya beralih mengeluarkan energi positif setiap kali ada postingan orang lain. Ngga apa-apa kan berubah ke arah kebaikan? Oke, ini menurut saya, maaf jika ada yang menilai ini bukan perubahan menuju kebaikan.

Maaf kalau jadi panas dan manyun baca postingan ini, silakan wudhu dulu biar adem ^^
-ngomong sama diri sendiri jaman dahulu mungkin?-

#selfreminder

post signature

2 komentar:

  1. postingan mana yg gak berkenan ya? aku bingung :) buat aku sih baca ambil yg memang perlu untuk dipraktekkan. Memang kadang ada aja yg komen ya di blog. yg sabar ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. barang kali ada yg baca ttg rizma lalu jd kecil hati krn anaknya belum bisa spt rizma. Idealnya, membanding-mbandingkan anak kita dgn anak A ngga boleh, hanya boleh membandingkan dengan rata-rata (mislanya KPSP usia sekian, bukan dgn 1 anak saja)
      saya juga sih mba, cuma dulu berpikir, apa ada ya yg NETHINK pas lihat postingan orang (sayanya NETHINK kalau ada yang NETHINK)

      Hapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.