25 Mei 2016

Perkembangan Bahasa Anak Usia 2-6 tahun


Tulisan ini murni dari materi kuliah online Grup Rumah Main Anak (RMA) pada hari Rabu, 18 Mei 2016. Semoga bermanfaat ya :)

Baca juga perkembangan bahasa bayi usia 0-2 tahun 

Judul materi: Perkembangan Bahasa Anak Usia 2-4 tahun
Pemateri: Chairunnisa Rizkiah, S.Psi
  • Di materi sebelumnya tentang perkembangan kognitif, saya sudah menyinggung tentang perkembangan bahasa juga. Anak usia 2-4 tahun mengalami peningkatan jumlah kosakata yang pesat, dan mulai lebih banyak mengeksplorasi dunia sekitar mereka dengan bahasa. Pertanyaan “ini apa?” sering muncul seiring bertambahnya kosakata dan kemampuan untuk memahami bahasa. Kata-kata yang sudah dipelajari dan kata-kata baru juga diproses untuk memahami konsep-konsep di lingkungan sekitar mereka.
  • Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Kemampuan seseorang dalam berbahasa terdiri dari dua aspek, yaitu kemampuan reseptif (menerima) dan kemampuan ekspresif (menyampaikan). Kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memproses dan memahami pesan dari bahasa, baik tertulis, lisan, maupun isyarat/gestur. Contohnya adalah anak memahami instruksi “taruh sepatu di rak” dari orangtua. Di sisi lain, kemampuan ekspresif adalah kemampuan untuk menghasilkan suara atau kata secara lisan, isyarat/gestur, atau bentuk tertulis untuk menyampaikan pesan.  Contohnya adalah kemampuan anak untuk menyampaikan kebutuhannya, “Mau minum”.
  • Perkembangan bahasa dan tentunya perkembangan psikososial, memungkinkan anak untuk mulai belajar menyampaikan keinginan dan kebutuhannya dengan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tidak lagi dengan menangis dan tantrum.
  • Secara umum, anak usia 2 tahun mulai dapat melakukan hal-hal berikut: 
  1. Berbicara dengan kalimat sederhana (2-3 kata). Biasanya berbentuk Subyek + predikat sederhana seperti “Adek bobok”, “Papa brum” (papa naik mobil), “Mama sini”, dsb. Semakin lama, struktur kalimat akan semakin baik, seperti “Adek mau bobok”, “Papa di mobil”, dsb.
  2. Menunjuk benda atau gambar bila nama bendanya disebutkan 
  3. Mengenali nama orang-orang, benda, dan bagian-bagian tubuh yang familiar baginya 
  4. Bertanya tentang nama benda, “ini apa?” 
  5. Mengikuti instruksi sederhana, misalnya “pakai sepatu” dan “ambilkan gelas” 
  6. Mengulangi kata yang didengar 
  7. Memahami arti gestur/isyarat yang familiar baginya, seperti anggukan (iya, boleh), gelengan (bukan, tidak, jangan), telapak tangan di depan (stop, tos)  
  8. Menjawab pertanyaan sederhana tentang cerita yang dibaca, misalnya “Nama anak ini siapa ya?”. Atau bercerita tentang kegiatan atau pengalamannya dengan kata-kata sederhana dengan dibantu isyarat.

  • Sedangkan anak usia 3-4 tahun, selain bisa melakukan hal-hal di atas, juga mulai dapat melakukan hal-hal berikut: 
  1. Berbicara dengan kalimat sederhana 3-5 kata, dengan struktur kalimat yang lebih baik. Contohnya, “Aku mau yang biru”, “Aku udah makan”, dan “Nanti aku pergi sama mama”. 
  2. Menggunakan kata ganti seperti “aku”, “kamu”, “dia”, dan “kita” 
  3. Mengikuti instruksi bertahap, bisa 2 atau 3 tahap sekaligus. Misalnya, “pakai sepatu, ambil tas, lalu berbaris di depan pintu” 
  4. Bertanya dengan kata apa, siapa, kapan, mana, bagaimana (misalnya “gimana caranya?”). Pertanyaan “kenapa” mulai lebih banyak muncul menjelang usia 4 tahun 
  5. Mengulangi kalimat singkat yang didengar 
  6. Mencoba menjelaskan dengan kata-kata lain atau dengan bantuan isyarat bila orang lain tidak mengerti maksud perkataannya 
  7. Memahami simbol dan artinya. Misalnya “dua” berarti ada dua benda, dan huruf “i” itu huruf yang bentuknya “i”. Sebagian anak juga sudah mulai mengenali kata yang familiar, seperti tulisan nama panggilannya sendiri. 
  8. Usia 3-5 adalah usia pra-membaca, di mana sudah mulai dilakukan persiapan untuk masuk ke tahap membaca. Di usia ini anak sudah bisa mengulangi cerita dari buku cerita bergambar yang sering dibaca, mencoba bercerita berdasarkan gambar yang dilihat dalam buku, dan mengingat tulisan beberapa kata (bukan per hurufnya tapi katanya secara utuh), terutama kata yang sering muncul dalam cerita.

  • Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan bahasa anak usia 2-4 tahun: 
  1. Orang dewasa di sekitar anak perlu mencontohkan cara pengucapan kata yang benar. Misalnya anak bilang “meong”, “Oo itu namanya kucing. Bunyinya meong.” Atau anak bilang “Num” atau “cucu”, orangtua bisa mengulangi, “Minum” dan “susu”. 
  2. Pengenalan kata baru dapat dilakukan dengan menyebutkannya dengan agak pelan dan dengan penggalan kata yang jelas. Contohnya “ku-cing”, “mi-num”, “mo-bil”, “a-ir”, dsb. Orangtua juga perlu bersabar untuk meminta anak mengulangi kata baru yang didengarnya tadi. Jangan lupa juga untuk memberi pujian setiap kali anak sudah berusaha.
  3. Bila anak bertanya atau mengungkapkan sesuatu yang maknanya belum dipahami oleh orangtua, tidak perlu ragu untuk bertanya dan konfirmasi kepada anak. “Mau apa?”, “Mau yang mana?”. Kalau perkataan anak belum juga dapat dipahami oleh orangtua, minta anak untuk menunjukkannya dengan isyarat. Misalnya menunjuk benda yang ia inginkan. Setelah itu, orangtua bisa mengulangi, “Oo… Adek mau boneka bebek yang ini? Ini namanya boneka bebek. Bebek. Warnanya kuning.” Mungkin anak lupa namanya atau memang belum tahu bagaimana cara menyampaikannya secara verbal. 
  4. Biasakan untuk mendeskripsikan kegiatan atau nama benda, bukan dengan kata yang tidak jelas seperti “digituin”, “diginiin”, atau “yang itu”. Nantinya walaupun anak mengerti apa yang dimaksud oleh orangtua, anak akan kesulitan untuk menjelaskannya kepada orang lain karena hanya bisa menggunakan isyarat. Misalnya saat kegiatan memasak, bunda bisa menjelaskan, “adonannya kita aduk ya. Mengaduk itu begini caranya, aduk, aduk” sambil diperagakan. Atau meminta anak mengambil benda dengan menyebutkan ciri-cirinya, seperti “Tolong ambilkan buku cerita yang ada gambar ikannya ya. Yang sampul/depannya warna biru.” 
  5. Anak banyak sekali menyerap informasi dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, orang dewasa di sekitar anak juga perlu memberi contoh kata-kata yang baik. Selain itu, perlu juga memberi kesempatan bagi anak untuk banyak bertanya dan bereksplorasi. Sebenarnya proses menstimulasi perkembangan bahasa untuk anak usia 2-4 tahun akan seru sekali, karena justru sering keluar kata-kata dan ungkapan “ajaib” yang bisa membuat kita tertawa, terharu, terheran-heran, bahkan terkagum-kagum. Enjoy it! ðŸ’ªðŸ˜†

Referensi: 
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. Human Development. 11th ed. New York: McGraw-Hill 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.