22 Mei 2018

Kata Siapa Menyusui itu Mudah?


Serius!
Menyusui itu nggak gampang, banyak sekali tantangan yang dilalui dari bayi baru lahir sampai akhirnya tiba masa menyapih.

Ya, setiap ibu punya cerita tersendiri :)

Anak pertama, masa-masa awal berkenalan dengan kegiatan menyusui. Lidah bayi yang masih kasar, perlekatan yang mungkin belum sempurna, bahkan masalah flat nipple pun menjadi tantangan bagi
ibu. Apalagi jam tidur bayi yang mayoritas nggak sama dengan jam tidur orang dewasa.

Biasanya, masalah muncul saat tiba-tiba ujung puting sakit entah karena lecet atau penyebab lain yang ibu sendiri nggak tahu. Namanya juga baru jadi ibu. Beruntungnya di zaman canggih ini banyak informasi yang bisa ibu gali, baik melalui internet maupun melalui grup diskusi.

Teringat saat menyusui anak pertama, tiba-tiba ada darah saat menyusui. Setelah tanya sana sini ternyata penyebabnya adalah salah perlekatan. Memang mungkin saat itu saya belum terlalu menguasai ilmu perASIan, padahal merasa sudah belajar banyak. Tetap saja ada yang kurang dikuasai. Perlekatan menyusui yang benar, seharusnya bayi menghadap ibu. Persis seperti cicak merayap di dinding. Bahasa jawanya 'nemplok'. Sedangkan kebanyakan bayi menyusu pada ibunya dengan posisi kepala menengok, yang artinya badan nggak menghadap ibu, akhirnya terjadilah masalah perlekatan ini.

Tantangan lain ditemui saat menggunakan nipple shield, alat bantu untuk membantu para ibu dengan flat nipple agar lebih mudah dalam menyusui. Istilahnya alat ini seperti puting buatan, puting sambungan. Berharap dapat membantu proses menyusui yang saat itu sulit, ternyata penggunaan nipple shield malah menyulitkan dan menyakitkan. Mungkin bagi sebagian ibu alat ini membantu, tapi nggak bagi saya.

Tantangan terbesar kala itu adalah anak pertama saya yang banyak tidur di saat produksi ASI mulai melimpah. Apa yang terjadi? Payudara bengkak, badan meriyang, sedangkan anak masih terlelap tidur. Saya yang masih belajar menjadi ibu, nggak tahu harus berbuat apa. Saat itu hanya terfikirkan bagaimana caranya menampung ASI yang terus keluar. Saya belum kenal yang namanya alat penampung ASI, jika pun saat itu browsing dan menemukan alatnya di dunia maya rasanya akan sulit saya beli karena posisi saya di kampung halaman. Saat itu saya juga belum kenal yang namanya belanja online. Solusi saat itu hanyalah menampung ASI dengan cangkir atau gelas, sebelum ingat saya bawa pompa ASI dari Jakarta. Alhamdulillah suami selalu siaga, mengingatkan kalau saya membawa pompa ASI. Segera mungkin saya pompa ASI saya untuk mengurangi rasa sakit. Alhamdulillah meski sempat meriyang, tantangan ini berhasil dilewati. Dengan akhir cerita banyak ASIP (ASI Perah) yang terbuang karena saat itu saya nggak ada fikiran sama sekali untuk membawa ASI ke Jakarta. Belum kenal yang namanya ice gel gabag yang bisa tahan sampai 8 jam dalam cooler bag. Itu juga karena kulkas di rumah saya hanya satu pintu yang mana kondisi freezernya mudah sekali berbunga es.

Lalu bagaimana dengan anak kedua? Apakah minim masalah?

Saya pikir dengan bekal ilmu yang bertambah, nggak akan menemui masalah seperti pada saat menyusui anak pertama.

Ternyata beda bayi beda tantangan!

Masalah sakit menyusui karena flat nipple kembali saya temui. Alhamdulillah bidan di RSIA Hermina Ciputat tempat saya melahirkan ada bidan laktasi yang membantu saya selama proses menyusui. Hmm, kalau ingat, gemas juga dicubitin bidan demi bayi saya bisa menyusu dengan baik.

Tantangan lain yang sama juga yaitu bayi yang banyak tidur saat ASI saya melimpah. Alhamdulillah posisi saat ini bukan di kampung halaman lagi, apa-apa mudah dibeli dan saya sudah kenal dengan belanja online.

Pengalaman menyusui anak pertama membuat saya belajar:
1. nggak perlu menggunakan nipple shield, cukup terus rangsang puting agar keluar dan gampang masuk ke mulut bayi.
2. menampung ASI yang keluar di saat bayi masih tidur atau sedang menyusu di salah satu payudara. Saat itu saya menampungnya dengan silicone breastpump mooimom, seperti yang saya tulis reviewnya di sini.
3. menyusui dengan posisi perlekatan yang benar, seperti ini:

pict random from google

Setelah merasa lebih baik dalam menyusui kali kedua, Alloh menguji saya dengan rasa sakit yang terus hinggap saat saya menyusui anak kedua. Ada apa ini? Saya audah konsultasi dengan teman saya yang sudah menjadi konselor laktasi. Perlekatan saya sudah benar katanya. Dan dia menyimpulkan, bila masih sakit juga menyusuinya, bisa jadi ada masalah dengan si bayi.

Ya Alloh, ada apa dengan bayi saya?

Dia menyarankan saya bertemu dengan dr. Ratih Ayu Wulandari dan memberikan screenshot alamat email yang bisa menghubungkan saya dengan beliau. Makasih mba desi dhenok! Love you lah pokoknya. xoxo

karena nggak sempat foto, cari di google saja fotonya :)
Alhamdulillah saya dipertemukan dengan dokter ratih, seorang konselor laktasi bergelar IBCLC yang  ramah, baik hati dan berdomisili di Bintaro. Segera saya membuat appointment dengan beliau di rumahnya. Soalnya kalau di rumah sakit tempat beliau praktik, kejauhan, di Cinere sana.

Pertama kali bertemu, saya dipersilakan bercerita apa yang saya alami, dan dicoba menyusui di depan beliau. Dengan melihat sebentar mulut bayi saya, langsung beliau tahu bahwa bayi saya ada tongue tie sekaligus lip tie (atau biasa dikenal dengan singkatan TT dan LT).

Pengertian tongue tie.

Hah?!

Saya langsung sedih karena saya tahu apa yang akan beliau lakukan pada bayi saya. Beliau menyarankan sesegera mungkin untuk dilakukan insisi pada kedua kelainan tali lidah itu.


Tanpa berdiskusi lama dengan suami, kami sepakat untuk menyetujui tindakan insisi saat itu juga. Dengan mata kepala saya sendiri saya melihat tali lidah bayi saya digunting beliau tanpa obat bius! Kemudian segera bayi saya menyusu pada saya dalam kondisi berdarah-darah.

Saya yang saat itu menangis bersamaan dengan suara tangis bayi saya, segera menyusui dengan perasaan kasihan dan berharap akan terjadi perubahan dalam proses menyusi dari yang tadinya sakit menjadi nggak sakit.

Beliau mengajarkan cara pijat untuk bayi yang baru saja dilakukan insisi pada tali lidahnya. Beliau juga mengajarkan posisi menyusui lain agar ibu dan bayi sama-sama nyaman selama menyusu.

Ternyata hari demi hari saya jalani proses menyusui, tetap saja sakit. Lalu saya menemui dojter ratih untuk kali kedua sekaligus kontrol tali lidah bayi saya. Alhamdulillah hari itu ketahuan kalau ada lecet di ujung puting saya dan beliau meresepkan obat oles untuk saya tebus di apotek. Saya ingat waktu itu saya berdua naik gojek mampir apotek dekat pasar sektor 2 Bintaro, lama, dan abang gojek masih sabar menunggu saya dan bayi saya mendapatkan salep ASI.

Keajaiban terjadi, beberapa kali oles salep ASI itu, siang hari saya beranikan menyusui anak saya di payudara kanan yang sebelumnya sakit itu, tetiba menyusuinya terasa nyaman dan nggak sakit sama sekali. Alhamdulillah, saya langsung menangis bahagia karena akhirnya bisa menyusui dengan dua payudara tanpa sakit lagi.

Saya selalu menyampaikan perkembangan menyusui yang saya jalani kepada dokter Ratih. Beliau baik sekali orangnya, selalu mendengarkan curhatan saya yang nggak kunjung berakhir. Beliau juga sabar menjawab pertanyaan saya terkait dengan menyusui, MPASI, atau hal lain yang beliau kuasai. Saya ingat juga beliau itu juga sharing tentang posisi menggendong yang benar ala Indonesian Babywearers. Jadi terakhir kesana kami sama-sama mengingatkan cara menggendong yang benar. Di ruang beliau praktik sudah tersedia gendongan dari jarik dan gendongan sleepy wrap. Beliau juga memastikan sebelum saya masuk kembali bekerja, saya sudah bisa memerah ASI dengan tangan (marmet). Cocok deh! Perihal MPASI, beliau menganut MPASI WHO juga. Ah, pokoknya banyak kecocokan deh.  Alhamdulillah...

Hari-hari selanjutnya saya jalani dengan lebih santai. Nggak ada lagi perasaan ingin segera bayinya besar agar masalah newborn segera berakhir. Kalau pun saya merasa sakit lagi saat menyusui, saya oles lagi salep ASI dan alhamdulillah nggak lama sakitnya reda.

Sampai saat ini alhamdulillah sudah 14 bulan anak kedua saya menyusu pada saya, doakan bisa sampai dua tahun seperti kakaknya, ya^^

2 komentar:

  1. Kalo sy mba awal menyusui jg sampe berdarah, sy pake nipple cream mothercare, hasilx bagus bgt. Dan terlebih kalo mau menyusui bayi, ga perlu dcuci nipplex. Salam kenal ya dari mamsqi.com
    Sy follow blogx, jika berkenan bs folback

    BalasHapus
  2. aku baru tau tentang TT dan LT itu mbak.. habis ini pulang kerja aku cek mulut anakku juga nih kayanya, heheu.. ga kebayang itu gimana sakit nya anak waktu dibedah.. huhu kasian

    BalasHapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.