11 September 2018

[Belajar Zero Waste] Menuju Rumah Minim Sampah


buku menuju rumah minim sampah
source

Judul postingan ini adalah judul salah satu buku peduli lingkungan yang sedang open pre order. Mau ikutan PO juga nggak? Ting ting ting -jiwa marketernya muncul-.

Nampaknya tagar Belajar Zero Waste ini sudah banyak digunakan di beberapa media sosial, terutama di akun emak-emak ibu-ibu yang merupakan pilar utama dalam masyarakat. Eciyeee pilar utama...

Tapi beneran lho, kalau para ibu sadar tentang hal ini dan memulai dari rumah, banyangkan saja deh
efek positifnya bagi bumi tercinta ini. Mungkin belum dahsyat, tapi kalau satu ibu mengajak ibu-ibu lain sampai ada ribuan rumah yang memulai proyek minim sampah ini, betapa perubahan demi perubahan akan terjadi.

Pekan lalu saya sempat belajar online tentang hidup minim sampah ini. Sepertinya tidak sulit, asal punya niat kuat dan partner yang mau berubah bersama -dalam hal ini suami-. Lho kok suami dibawa-bawa? Karena mereka kadang jadi musuh terbesar kita. Bener nggak? Misalnya komentar "Ah repot amat sih", "Udah pakai kresek saja, bisa buat wadah sampah kan", dan sebagainya. Kalau kita nggak kuat imannya, bisa mandeg deh nggak jadi berubah.

Nah, inti dari hidup minim sampah itu sendiri bisa kita kakukan hanya dengan tiga AH, yaitu CEGAH, PILAH, dan OLAH.


cegah pilah olah


Kenapa CEGAH menjadi AH nomor satu?
Karena kalau kita mencegah terjadinya sampah, in sya Alloh rumusnya jadi nggak akan ada sampah kan? Karena sesungguhnga sampah itu ada karena proses konsumsi yang dilakukan manusia. Hiks...

Caranya mudah, salah satunya dengan menolak atau istilah dalam 5R adalah REFUSE.

Misalnya, kalau kita belanja dan penjual otomatis mengeluarkan kantong plastik, kita cegah agar belanjaan kita nggak jadi dimasukkan ke dalam kantong plastik itu. Diet plastik istilah ngetren-nya.

Terus dikemanakan bu? Masukkan ke tas kantong yang sudah kita bawa dari rumah, seperti tas kantong bekas beli sepatu sebelum kita melakukan aksi tolak sampah plastik ini atau kantong kain yang dapat dicuci ulang bila kotor.

Contoh lain lagi, kalau mau bepergian selalu membawa air minum dalam botol. Dengan begitu kita sudakita sudah mengurangi satu sampah botol plastik yang didapatkan dari air minum kemasan yang kemungkinan besar akan kita beli di luar rumah saat kehausan. Kecuali minumnya di warung makan atau restonya sih.

Dengan melakukan perubahan-perubahan kecil ini, percayalah akan ada nikmat syukur dalam diri. Kenapa? Kalau saya pribadi, karena saya akan masuk ke dalam golongan orang yang peduli dengan nasib bumi tercinta ini.

Kalau bukan kita, siapa lagi?
cegah pilah olah
Membawa wadah dari rumah saat akan belanja

Terus kalau terpaksa ada sampah, gimana? Pilah! Itulah kenapa AH yang kedua adalah PILAH. Kata kuncinya: sudah terlanjur ada, jadi tinggal kita pilah sampahnya agar bisa meminimalkan sampah yang kita sumbangkan kepada petugas kebersihan.

Misalnya, sudah prepare segala tas kantong, botol minum, wadah makan, lap kain, dan sebagainya saat akan bepergian dari rumah, ternyata pulang ke rumah sudah ada paketan hasil belanja online beberapa hari lalu.

Apa yang harus kita lakukan?

Yup! Pilah sampah yang terpaksa dihasilkan. Misalnya kardus bungkusnya jangan dibuang tapi disimpan untuk prakarya atau untuk disetorkan ke bank sampah/pemulung -dengan harapan proses selanjutnya adalah daur ulang-. Plastik bublewrap di dalamnya juga diperlalukan sama seperti kardus, hanya beda tempat sampahnya.

Sebetulnya sampah ini bisa dikurangi dengan meminta kepada penjual untuk mengganti buble wrap dengan koran bekas misalnya. Jadi sampah yang dihasilkan bukannya sampah plastik namun sampah kertas yang in sya Alloh bisa didaur ulang. Asal itu tadi, tempat sampahnya sudah dipisah-pisah.

Pernah kan lihat di tempat umum tempat sampahnya ada beberapa bagian? Misalnya satu tempat untuk sampah jenis botol bekas, kedua untuk sampah untuk jenis kertas, dan ketiga untuk sampah jenis lainnya. Nah kita lakukan ini juga di rumah kita.

Nggak punya uang buat beli tempat sampah bagus seperti itu bu!
Ya itu kan hanya contoh, kita bisa pakai kardus bekas yang ditempel dengan printable jenis sampahnya atau nggambar dan nulis sendiri.

Link Printable Label Sampah

pilah sampah
Pemilahan Sampah, sumber: IG bu Dini DK Wardhani

Kita lanjut ke AH yang ketiga atau terakhir: OLAH.

Setelah sampah yang dihasilkan kita pilah sesuai jenisnya, langkah selanjutnya adalah olah sampah itu. Yang anorganik tadi -kertas dan botol plastik misalnya- kita setor ke bank sampah atau pemulung -dengan harapan mereka membawanya ke tempat yang akan berakhir dengan daur ulang-. Dan sampah organik yang kita hasilkan (sampah dari hasil kegiatan memasak, sisa makanan) diolah menjadi benda lain yang bermanfaat dengan berbagai metode.

Maksudnya?

Misal, kita membuat sendiri komposter yang kelak akan dipanen sebagai pupuk kompos.

Ribet amat bu? Ya kalau nggak mau ribet, kubur saja sisa sampah organiknya ke tanah.

Nggak punya tanah bu!
Bilang sama tetangga buat numpang ngubur biar tanahnya subur. Hahaha...

Gimana, sudah ada gambaran tentang belajar hidup minim sampah?

Gampang apa gampang bangeeet?

atau

susah dan ribet bangeet?

Jawabannya tergantung pilihan kan ya? mau milih tetap jadi bagian delapan milyar orang yang bilang "Ah satu sedotan ini, buang aja sih. Kan ada petugas kebersihan?" atau mau milih jadi bagian kecil yang mau berubah demi bumi tempat kita tinggal?

Karena sejatinya bersih di tempat kita adalah masalah di tempat lain. Bukan, sampah yang kita berikan ke petugas kebersihan bukan hilang begitu saja. Mereka hanya berpindah tempat dan lama-kelamaan jadi masalah. Hiks...

3 ah cegah pilah olah
Membawa wadah sendiri saat akan membeli makanan
Lalu apa PR saya setelah belajar tentang Zero Waste ini?

Buanyak!

Apa saja? Sudah saya list dan ternyata sukses membuat saya pusing tujuh keliling. Hahaha...
Mungkin itu karena list PR-nya secara keseluruhan ya. Jadi, saya balik lagi ke konsep 
"Alon-alon asal klakon"

Ya, bertahap saja. Misalnya, sekarang mulai mengganti susu kemasan bersedotan dengan susu kemasan literan.. Lumayan mengurangi jumlah sampah sedotan yang akan dikeluarkan dari rumah. Memisahkan sampah plastik dan kertas yang dapat di daur ulang, dengan sampah yang terpaksa harus masuk ke gerobak Bapak petugas kebersihan.

Baiklah, sepertinya rekapan kuliah belajar zero waste ini sudah puanjang ya! Mimpi saya sih pengen ajak orang-orang yang saya kenal -dan penginnya sama orang yang nggak saya kenal- untuk bergaya hidup minim sampah.

Tapi tentunya saya sendiri harus menerapkan gaya hidup ini dengan istiqomah ya. Seperti Bu "Dini" DK Wardhani dan Mbak Tyas -ummuhasfi-. Terima kasih ya kalian sudah jadi penggerak untuk ibu-ibu seperti saya.

Semoga saya bisa istiqomah belajar dan terus belajar untuk bisa hidup minim sampah. Karena saya pengin juga sehari menghasilkan hanya setoples kecil sampah.

Yuk, belajar hidup minim sampah seperti mereka?!

belajar hidup minim sampah

Ingat 3M:
Mulai dari sekarang,mulai dari yang kecil, danmulai dari diri sendiri.

Salam belajar untuk berubah,

post signature

Diselesaikan 11 Sept 2018 usai sholat tahajud, di kamar rumah Pondok Ranji.

3 komentar:

  1. Maa syaa Allah, kereeeeeen Mbak.. 😚

    BalasHapus
  2. wah bagus tuh, aku juag suka memilah2 sampah dan ditabung di bank sampah, buat kompos

    BalasHapus
  3. Mencoba menengok lubang tempat sampah antara warna hijau (organik) dengan kuning(non organik) la kok yang hijau ada botol akuanya, kalo yang merah masih kosong (barang B3), emang paling enak bawa plastik sendiri, suka numpuk di rumah

    BalasHapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.