23 April 2020

Kurikulum Unik untuk Tiap Anak


Bismillahirrochmanirrochim

Customized Curriculum, Karena Setiap Anak itu Unik


Setelah saya mengikuti kulgram Homeschooling Anak Usia Dasar dari Klastulistiwa, saya jadi tahu bahwa jadwal bukanlah segalanya. Yang utama justru tujuannya apa, baru dibreakdown hingga menjadi jadwal harian.

Karena itu, saya sekarang sering berdiskusi dengan Mbak Rizma tentang keinginannya belajar apa atau dia sedang tertarik dengan apa. Jadi, jadwal yang dibuat tentunya akan mengacu pada jawaban dia yang sudah saya buatkan mindmap pembelajarannya.

Contohnya, ketika Mbak Rizma ditanya tentang cita-cita. Jawabannya dulu pernah dokter ibu hamil a.k.a obgyn namum sekarang berubah menjadi CHEF. Sepertinya efek WFH sering memasak bersama saya, hahaha...

Nah, dari jawaban itu, saya buat mindmap pembelajarannya. Kemudian kami berdiskusi, baru deh selanjutnya dibuat jadwal belajarnya sesuai dengan prioritas juga dibuat fleksibel berdasarkan usia a.k.a alon-alon asal klakon.


Mindmap pembelajaran "Rizma ingin jadi Chef" saya tempel di dinding untuk memudahkan dalam memilih aktivitas yang akan dilakukan sehubungan dengan tujuan pembelajaran.



Dibuat oleh saya dan dihias oleh Rizma (bisa ketebak kan, mana yang coretan Rizma?).

Jadi, dalam contoh ingin menjadi Chef ini, Rizma pertama-tama harus belajar dulu tentang makanan halal dan thoyyib. Dan menurut saya, kalau sudah belajar hal ini maka akan menjadi dasar seterusnya mengenai makanan apa saja yang boleh dia olah. Saat belajar ini, dikaitkan dengan fitrah keimanan. Banyak sekali kan korelasi antara makanan halal dan thoyyib dengan kesehatan yang baru dilakukan penelitian jauh setelah Alqur'an diturunkan?

Sebagai rujukan, buku yang saya pakai sebagai referensi diantaranya Buku Jurus Sehat Rasulullah dari dr. Zaidul Akbar

Baca juga : Review Buku JSR

Tapi, nama pun masih 7 tahun, belajarnya baru di pengenalan dan diskuai saja. Karena kalau terlalu kompleks seperti mau jadi Chef 2 tahun lagi misalnya, belum bisa diterapkan untuk anak seusia Rizma. Ini juga makna fleksibel dalam pembelajaran.

Tentang Bakat dan Cita-Cita

Nah, kalau berdasarkan pengertian bakat sih menurut Ustadz Harry Santosa sih, bukan diukur berdasarkan cita-cita. Karena cita-cita bisa berubah ribuan kali. Lalu berdasarkan apa kita tahu bakat anak? Dari sifat unik anak.

Kurikulum tercustomized yang saya buat ini sebenarnya masih dalam bagian pencarian bakat juga. Di dalam mindmap juga saya selipkan sifat-sifat yang seharuanya dimiliki seorang Chef, seperti sabar dan mau belajar. 

Rizma, in sya Alloh sejauh ini mau belajar. Tinggal saya yang memfasilitasi salah satu bakatnya ini. Bakat lainnya seperti mudah berempati (yang biasanya orang tua menganggap anak cengeng atau baperan) juga in sya Alloh terus digali sisi positifnya melalui kegiatan berbagi dan latihan peka terhadap lingkungan utamanya sesama anggota keluarga.

Yang pasti, kurikulum saat ini akan dikaitkan dengan pelajaran bersiap menjadi istri dan ibu. 

Karena, meskipun Rizma bisa jadi berubah hal yang ingin dipelajari (selain chef) dia akan tetap berhadapan dengan masa depan menjadi istri dan ibu (in sya Alloh) yang mana butuh kemampuan dan kemauan untuk memasak.

Bismillah, semoga dengan pembelajaran yang merujuk pada pendapat anak, akan lebih mudah dalam menggali rasa ingin tahunya. 

Dan semoga, dimudahkan semuanya. Aamiiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.