16 April 2020

Sering Nggak Sengaja Bernada Tinggi?

Sering Nggak Sengaja Bernada Tinggi?



9 April 2020/15 Sya'ban 1441

Suatu pagi, salah satu aplikasi penunjang pekerjaan saya membuat saya geram karena menu terbarunya bukannya memudahkan malah menyulitkan. Gara-gara itu, suami saya kena luapan emosi saya. 

Aduhai kasihannya...

Padahal beliau bukan si pembuat aplikasi, hanya saja si pembuat aplikasi dan segala jajarannya adalah teman-teman beliau. 

Sounds familiar?

Karena kekesalah kita pada suatu hal (seseorang mungkin), yang kena luapan emosi kesal malah orang lain.

Iya, saya masih kadang-kadang begitu. Saya ingin menjadi ibu dan istri yang lemah lembut setiap saat dalam kondisi apapun. Eh, malah kadang salah sasaran ketika kesal pada suatu hal.

Karena itulah, satu pekan ini saya akan berpuasa dari bernada tinggi. Apapun alasannya. Entah anak merengek disaat kedua api kompor menyala. Entah suami yang "terlihat" menjengkelkan. Entah badan lelah namun anak-anak masih full charged. Dan sebagainya, dan sebagainya.

Bismillah...
Semoga dimudahkan.

Karena bernada tinggi ini salah satu penghalang besar untuk saya bisa membersamai kesayangan-kesayangan saya tanpa sumbu pendek. Ya, meski kadang nggak sadar "loh kenapa nada saya tinggi ya, barusan?"

Betapa pentingnya mindful life, hidup berkesadaran penuh. Mau bernada tinggi? Coba jeda dulu, tarik nafas dulu, senyum dulu 11 detik. 

Apakah mendapat alasan kuat untuk tetap bernada tinggi???

Ya Alloh Ya Mu-akhkhir, akhirilah kebiasaan buruk yang masih ada pada diri hamba. Aamiiin...

Kamis, 22 Sya'ban 1441/16 April 2020

Alhamdulillah sudah seminggu puasa bernada tinggi. Namun sepertinya saya harus mengulang di pekan depan sekaligus ditambahkan agenda puasa multitasking dengan smartphone.

Sebenarnya bukan karena saya sering bernada tinggi. Tapi masih kadang ada nada tinggi yang terlanjur terluap atau sudah hampir bernada tinggi saat ada sesuatu yang memancing emosi. Astaghfirullah...

Karena itu, saya sendiri nggak puas dengan hasil puasa sepekan ini. Target saya adalah bisa dengan sadar mengambil jeda sebelum hampir meletup dan menginjak rem.

Perlu membuka kembali pelajaran tentang disosiasi dan melihat sisi positif anak-anak+suami serta melakukan Briefing Role Playing berbicara lemah lembut setiap pagi sebelum memulai beraktivitas.

Karena ternyata, kalau nggak diniatkan setiap pagi, kadang-kadang lupa kalau sedang puasa. Sedih!

Jadilah jurnal puasa bernada tinggi saya hanya mendapatkan sampai badge Very Good.


Doakan ya, semoga pekan depan lebih baik lagi dalam menuntaskan puasa hingga waktunya berbuka. Aamiiin... 💕


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.