Terkadang, aku sangat labil, bahkan perasaanku pun.
Pernah beberapa kali, aku bertemu dengan titik itu.
Titik dimana aku sangat tidak yakin dengan perasaanku.
Disitulah galau menyerang, aku sangat bingung.
Bingung dengan diriku sendiri.
Aku merasa semua yang telah terjadi bukanlah keinginanku.
Aku merasa semuanya dia yang mengatur.
Semuanya adalah keinginan dia semata.
Dan aku, aku menjadi orang yang menjalani apa maunya.
Aku merasa didikte, semua-muanya.
ya...
beberapa kali aku mengalami hal ini.
Entahlah...
Mungkin hati ini belum terkait dengan kuat.
Karenanya masih sering goyah.
Dan saat-saat itulah, aku ingin meninggalkan semua ini.
Aku ingin menghentikan semua ini.
Cukup sampai disini!
itulah yang kuinginkan pada titik itu.
Aku tidak ingin melangkah maju.
Dan karena mundur pun tak bisa, aku ingin berhenti.
Berhenti tanpa meneruskan jalan yang telah kupilih.
Saat itu, adalah saat aku membuatnya ikut bingung.
Bingung dengan diriku, kenapa aku?
Apa yang membuatku ragu?
Kenapa muncul lagi sifat labil-ku?
Kemarin-kemarin, aku sudah bisa sedikit dewasa.
Kok saat itu aku kembali seperti anak-anak?
Dan saat itulah, dia meyakinkanku lagi.
meyakinkan aku untuk melangkah bersamanya.
Sudah sampai sini langkah kita, kenapa mau berhenti?
Kita harus yakin kalau kita bisa, kita mampu.
Niat kita baik, bismillah...
Saat tulah aku tak bisa menahan air mataku.
Aku berada diantara dua pilihan.
Berhenti disini, atau lanjut melangkah.
Ya...
Aku harus memilih.
tapi rasanya, aku tak kuasa untuk melangkah lagi.
karena nanti akan kutemui titik yang sama.
Hmmm...
Dia selalu meyakinkan aku, agar melanjutkan langkahku bersamanya.
Aku tak tahan,
Aku ingin mengatakan bahwa dialah yang membuatku berada pada titik ini.
tapi bagaimana aku mengatakannya?
Kalau kulihat semua kebaikan dia, tak sebanding dengan alasanku berada di titik ini.
Dan selalu saja dia katakan:
"Tak ada manusia yang sempurna"
Benar memang, bahkan sangat benar.
Kata-kata itu kemudian memberiku kekuatan untuk memilih melangkah.
...
.....
Pernah suatu ketika, aku merasakan kesedihan luar biasa karena kehilangan dia.
Kesedihan karena aku berada dalam pilihan tak melanjutkan langkahku utk bersamanya.
Tapi itu bukan pilihanku,
Itu pilihan ibuku, dan aku tak kuasa untuk menolak.
Dan aku harus menanggung akibat dari pilihan itu.
Aku benar-benar merasakan kesedihan luar biasa, hingga aku sesak nafas.
menangis dengan sangat keras dan kaku, hingga kusulit bernafas.
Dan...
Aku sangat bersyukur, karena ternyata, itu semua bukan kenyataan.
Alhamdulillah...
Saat itu pula aku menangis seperti benar-benar akan kehilangan dia.
Aku segera meneleponnya, dan tangisanlah yang dia dengar dari teleponku.
Dia bingung, dan tak lama kemudian dia menenangkanku.
Kembali meyakinkan aku, dan aku pun semakin kuat,
Meski tangisku belum berhenti.
Saat itu juga, aku tak mau kehilangan dia.
aku tak mau merasakan kesedihan itu dalam nyata.
Aku mau tetap melangkah bersamanya.
Karena:
Tak ada manusia yang sempurna.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.