09 November 2015

Preloved, Why not?

Bagi saya, tidak semua barang harus dimiliki dalam keadaan baru. Kecuali untuk item tertentu seperti pakaian yang langsung melekat di tubuh kita. Beberapa kali saya membeli barang-barang preloved.

Pertama, saya membeli preloved ikea expedit dari salah seorang mama anggota TUM yang menjualnya di flea market TUM. Alasannya, karena mama tersebut ingin ganti tema interior rumah. Alhamdulillah sekarang sudah terpasang setelah sekian bulan teronggok karena ngga ada space. 

Kedua, saya membeli preloved slow cooker 1,2 L dari flea market TUM juga, tapi beda mama. Alasan dijualnya sih karena mau pindahan dan anaknya sudah nggak dalam masa MPASI. Saya memutuskan membeli karena dari kondisi di foto lumayan oke. Ketemuan di bxc ternyata mama yang punya sepertinya
sengaja keliling mall dan menitipkan SC nya pada suaminya. Saya menemui suami mama tersebut di sebuah kedai kopi dan sempet ngobrol sebentar yang menghasilkan kesimpulan mereka ngga akan pindak kok. Ok, pas saya lihat memang ada bagian SC yang ngga ada fotonya dan kondisinya seperti punya saya: gosong. Yasudah, toh sampai saat ini si SC masih berfungsi dengan baik. Apalagi dengan harga yang lumayan terjangkau sudah dapat bonus juicer.

Ketiga,  saya membeli preloved ikea bed dari seorang bule (istri expat tepatnya). Yang ini bukan dari flea market TUM, tapi dari info dua teman yang meneruskan info dari grup expat Jakarta garage sale. Alhamdulillah rejeki dapat ranjang anak dengan harga terjangkau. Karena beberapa waktu sebelumnya sempat kehilangan kesempatan mendapatkan preloved informa bed. 

Foto bersama pemilik preloved item
Dari pengalaman saya membeli preloved item, ada keuntungan yang saya dapat. Diantaranya yaitu menghemat pengeluaran dan mendapat kenalan baru. Misalnya slow cooker 1,2 L jika saya membeli baru harganya bisa lebih dari 400 ribu. Dengan membeli preloved, saya mendapatkan harga kurang dari setengahnya, bahkan ada bonus juicer. Asik kan?

Kenalan baru, adakalanya berhubungan dengan si owner preloved item ngga hanya berhenti saat transaksi. Jadi, bisa menambah kenalan kan?

Namun ada juga kelemahan dari membeli preloved item, yang pasti kita menggunakan barang bekas orang lain. Tapi seperti saya bilang di awal, jika item prelovednya ngga melekat langsung ke tubuh kita, why not?
Bagi saya yang penting masih berfungsi baik dan brand yang diperoleh lumayan dikenal bagus.

Bagi mama-mama yang ingin membeli preloved item, saya bagi sedikit tips ya.
1. Pilihlah item yang tidak melekat langsung pada tubuh. Karena kita ngga tahu bagaimana kondisi asli si penjual yang memakainya.
2. Perhatikan foto barang dengan saksama, bila perlu, bertemu untuk melihat kondisi sebelum deal. Beberapa penjual mempersilakan untuk cek fisik barang sebelum kita setuju membeli lho.
3. Pilih perantara yang dapat dipercaya. Misalnya dalam hal ini Flea market TUM, Jakarta expat garage sale, dan sebagainya. Jadi, memungkinkan kita bertemu penjual yang dapat dipercaya.

Bagaimana pengalaman mama membeli preloved item? Boleh lho kalau mau share disini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.