01 Agustus 2018

Kehabisan Waktu atau Tidak Mengalokasikan Waktu?



“Teh, saya sering merasa kehabisan waktu untuk menulis. Bagaimana menyiasatinya?”
Begitulah salah satu pertanyaan yang diajukan kepada Teh Indari saat kuliah online di Kejar Menulis IP Tangsel.

Apa jawaban beliau?


“Tidak ada yang namanya kehabisan waktu selain TIDAK MENGALOKASIKAN WAKTU untuk melakukan PRIORITAS mana yang harus DITULIS.
Seperti halnya pekerjaan IRT dan tak punya waktu menulis, bukan tidak ada, tapi tidak bisa mengalokasikan waktu.”

Jleb!

Saya merasa tertampar dengan jawaban Teh Indari. Sebelum saya mengatur kembali waktu untuk melakukan kegiatan menulis, yang notabene saya akui sebagai salah satu hobi saya, kehabisan waktu adalah masalah klasik yang dijadikan alasan untuk tidak menulis.

Namun, saat mengikuti matrikulasi IIP saya mulai menata kembali dan lari dari menulis dengan alasan kehabisan waktu sudah jauh berkurang.
Benar sekali kata Teh Indari, buktinya beliau yang sesibuk itu masih tetap bisa KONSISTEN menulis setiap hari. Bahkan beliau masih sempat tidur siang.

Kok bisa?

Bisa, karena 24 jam waktu beliau sudah dialokasikan untuk semua hal yang akan beliau lakukan.
Jadi tidak mustahil kalau jatah memasak, jatah tidur siang, bahkan jatah memasak dan menemani anak-anak sarapan serta menghafal Qur’an tidak terenggut sedikit pun.

Saya ternganga saat melihat jadwal harian beliau. Tersusun dengan sangat detail, dan saya yakin beliau KONSISTEN menulis sesuai dengan target yang beliau tetapkan.
Iya, target. Beliau bilang bahwa ada TARGET YANG JELAS yang ingin beliau capai. Dalam sehari harus menulis berapa lembar, hingga akhirnya tidak ada kata tidak mungkin untuk bisa menerbitkan buku.

Karena KONSISTENSI beliau dalam menulis, dalam kurun waktu dua puluh tahun beliau bisa naik tingkat dari hanya penulis diary menjadi Writer Business Spesialist.

Dan karena KONSISTENSI beliau dalam menulis jualah sekarang beliau bisa mendapatkan seratus sampai dua ratus juta rupiah untuk satu project penulisan.

Wow!

Bukan waktu yang singkat ternyata. Dua puluh tahun, dan itu akan sangat butuh perjuangan untuk terus menyemangati DIRI SENDIRI agar bisa konsisten MENULIS. Ya, diri kita sendirilah yang harus menyemangati agar tetap bisa konsisten menulis. Kita tidak bisa mengandalkan orang lain, meski itu suami kita sendiri. Jadi, kata Teh Indari, teruslah bertumbuh meski situasi tidak mendukung sekali pun.

Kuncinya memang satu: KONSISTEN.

Dan KONSISTENSI itu tidak boleh dijegal oleh alasan, apa pun itu.
KONSISTENSI itu musti dijaga setiap hari
YA, setiap hari!

In sya Alloh, mulai hari ini saya akan lebih MEMAKSA DIRI saya untuk KONSISTEN MENULIS. Namun saya perlu catatan untuk diri saya sendiri, minimal saya harus selesai setengah juz tilawah sebelum saya mengejar target menulis harian saya. Saya juga akan mengutamakan pekerjaan saya di kantir sebagai abdi negara. Saya tidak mau karena target menulis saya, pekerjaan saya jadi terlmbat saya kerjakan. Saya akan mengatur ulang jadwal harian saya. Doakan bisa ya!

Target saya: Satu pekan tiga tulisan, karena saya memahami diri saya yang butuh waktu lebih banyak untuk anak-anak dan suami ketika weekend datang.

Lho, katanya mau memaksa untuk konsisten menulis? Batul, namun target ini saya tetapkan sudah naik dari target sebelumnya. Jadi, perlahan-lahan akan saya naikkan targetnya. Kan butuh proses, yang penting belajar untuk konsisten dalam mencapai target yang sudah ditetapkan, bukan?

Bismillah…

Mengutip pesan dari Teh Indari:


Singsingkan lengan baju
Depak alasan
Buang males

KERJAKAN TARGET!

Karena menulis akhirnya butuh DIPAKSA!

Dipaksa dan akhirnya BISA!

SEMANGAT!!!

#kejarmenulisIPTangsel #kulwapTehIndari

Disusun oleh: Elok Mahmudah
di kamar rumah, saat suami dan anak-anak terlelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.