19 September 2018

Kasih Ibu Sepanjang Masa



Pernah nggak ngalamin situasi di mana ibu kita meminta sesuatu yang kita punya dan kita sukai?

Izinkan saya berbagi cerita tentang hal ini.

Jadi ceritanya, saya membelikan khimar untuk ibu saya dan ibu mertua saya. Sama jenisnya, hanya
beda warna. Sebelum membelikan, dari pada mubadzir nggak kepakai karena ibu saya punya warna jilbab yang sama, saya pun menanyakan mau warna apa. Dan saya baru beli setelah mendapat jawaban warna dari ibu saya.

Waktu itu belinya online, maklum saya termasuk yang pilih simpel pilih beli online dari pada harus keliling pasar untuk cari jilbab yang cocok model dan harganya. Asal harga beli online masih terjangkau dan sudah ada review bagus, maka saya akan memilih beli online.

Beberapa hari setelah pesan, paketan pun datang. Saya pun senang karena bagus jilbabnya, dan dapat harga murah karena beli tiga.

Beberapa waktu kemudian, ibu saya berkunjung ke rumah saya. Setelah melihat khimar hadiah dari saya, beliau ternyata kurang suka modelnya. Alasannya karena bagian belakang terlalu panjang, akan menyulitkan beliau bangun dari duduk ketika pengajian. Atau sekedar ketarik khimarnya saat akan duduk.

Ya ya ya...

Apa mau di kata. Ada rasa sedikit kecewa di hati saya. Tapi apalah arti kalau dibawa perasaan -baper-

Khimar masih disimpan oleh ibu saya dan masih belum ikhlas menerima. 

Keesokan harinya, saya berangkat ke kantor memakai khimar dengan warna yang sama. Pakai khimar Heaven Lights (HL) yang belinya rebutan dan nggak tahu kapan lagi akan launching produk yang sama. Bertahun-tahun setelah saya beli memang belum ada produksi lagi. Jadi istilahnya khimar itu limited edition.

"Nah, itu bagus. Itu buat ibu saja. Kamu pakai yang ini." Sapa ibu ketika melihat saya mengenakan jilbab berwarna kuning kunyit itu.

Saya hanya tersenyum, dan belum mengiyakan.

Sepanjang hari saya kepikiran!

Di satu sisi, saya merasa khimar HL ini cocok dan pas untuk ke kantor. Sementara khimar yang saya belikan untuk ibu saya, memang khimar untuk pengajian, jadi modelnya lebih panjang dari si  HL ini. Saya juga merasa 'sayang' kalau diberikan kepada ibu saya, karena artinya saya akan memakai khimar yang saya belikan untuk ibu saya. Nanti dikira mau pengajian karena panjangnya sampai lutut.

Di sisi lain, apa sih beratnya memberikan khimar HL ini untuk ibu? Toh saya bisa beli lagi khimar lain yang cocok untuk ke kantor. Sementara khimar yang ditukar ibu saya, saya berikan saja ke mertua saya. Toh, ibu saya sudah sepuh. Kapan lagi membuat beliau senang dengan selembar khimar yang diinginkannya? Beliau nggak masalah khimarnya bekas saya, yang penting nggak kepanjangan seperti khimar pemberian saya. 

Galau!

Ya Alloh seperti itu saja pakai galau???

Akhirnya saya merenung, bagimana kalau ini adalah kesempatan terakhir saya?
Apakah saya nggak menyesal kalau nggak kasih saja itu khimar HL ke ibu saya?

________

Singkat cerita, kegalauan pun berakhir.

Saya berikan khimar HL untuk ibu saya. Dan ibu saya mengembalikan khimar pemberian saya sebelumnya.

"Ini, dari pada nggak dipakai nanti," ucap ibu saya sembari mengembalikan khimar hadiah dari saya.

Saya pun berencana memberikan khimar itu untuk ibu mertua saya, yang biasanya nggak ada komentar di depan saya kalau saya kasih sesuatu. 

Alhamdulillah... LEGA.

Meski saat memberikan khimar HL, ibu saya membaca raut wajah saya yang seperti belum seratus persen ikhlas memberikan kepadanya. Malah beliau mengira saya takut beliau meninggal sebelum saya memberikan khimar HL itu.

Hiks.......... Emaaaaaak....... 

Sedih jadinya. Tapi yang pasti sejak saat itu, rasa galau nggak ada lagi. 
Padahal nggak galaunya karena ada alasan beli khimar baru?

------------

Di rumah ibu saya, kampung halaman tercinta.

Sore itu saya dan ibu saya pergi ke penjahit kondang di desa saya. Sejak saya kecil selalu menjahitkan kain di sana untuk disulap menjadi baju lebaran. Ya, zaman dahulu punya baju baru hanya kalau lebaran. Beda dengan zaman sekarang.

Ibu saya ada kepentingan mengambil jahitan, yakni dua buah gamis. 
Hobi sekali beliau membeli bahan murah yang satu meter hanya lima belas ribu, lalu dijahitkan menjadi gamis dengan biaya maksimal enam puluh ribu rupiah saja. Di sini saya merasa ingin pulang kampung saja, hehehe...

Saya berkepentingan menjahitkan salah satu kain yang saya beli di toko Fancy, pasar Mayestik, untuk seragam kantor hari rabu. Ini kenapa perlu sekalia menyebut nama toko kainnya. ya?

Tahukah apa yang terjadi di rumah penjahit itu?

Ibu saya memberikan salah satu gamisnya kepada saya.
Tanpa alasan.
Hanya ingin memberi.
Meski harus ada revisi sedikit dengan panjang gamisnya.

Saat itu saya merasa tertampar!

Sedih sesedih-sedihnya :(

Kasih ibu sepanjang masa. 

Saya yang sudah mampu membeli gamis sendiri, masih beliau anggap gadis kecilnya, yang dengan murah hati beliau beri satu buah gamis. Tanpa pikir panjang, tanpa mengungkit biaya pembelian kain dan biaya jahit. Tanpa pikir panjang, dan tanpa GALAU!

Awalnya beliau jahitkan untuk beliau, karena saya pulang, saya diberi satu. 

Emaaaak.....

Kebaikan hatimu sungguh membuat saya malu!
Padahal hanya selembar khimar HL, yang nggak akan bisa sebanding dengan kasih sayangmu sejak aku dalam kandungan.

Maafkan anakmu ini, makkkk....

Semoga Emak sehat selalu di sana, diberi istiqomah, dan selalu dilindungi Alloh.

I love you, emak

_____________

Semoga berbagi sepenggal kisah ini dengan harapan membawa hikmah untuk para pembaca. Agar jangan sampai ditampar dengan kejadian-kejadian dulu baru sadar. Semoga Alloh mengampuni saya.

Alhamdulillah sekarang saya senang karena mendapati cerita ibu saya yang memakai khimar HL ini untuk pengajian. Semoga berkah ya, mak. 

______________________

Dear Alloh...
Ampuni hamba ini ya Alloh, ampuni, tolong ampuni.
Semoga kisah ini membuat hamba lebih baik lagi dalam menyayangi orang tua hamba.
Hamba bersyukur Engkau sentil hamba dengan cara ini.
Terima kasih ya Alloh.....
Terima kasih membuatku menyesal karena Emak dapat melihat raut wajahku yang kurang senyum.
Terima kasih hamba masih Engkau sayangi
Ku mohon sayangilah Emakkk
Dan ku mohon kumpulkanlah kembali kami di surgaMu
Bertemu kembali dengan Abah 

Alfatihah...

______________________

ps: khimar adalah sebutan untuk penutup bagian atas tubuh wanita muslim (kepala hingga dada, dengan syarat tidak transparan), yang kebanyakan orang menyebutnya dengan jilbab atau hijab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.