Bismillah...
Seperti judulnya, tulisan ini akan bercerita tentang penerbangan pertama kita: ibun, papah, dan kalian: Mba Rizma dan Adek Hanum.
Apa ini penerbangan pertama juga untuk bunda, papah, dan mbak Rizma?
Jawabannya bukan. Apalagi papah, yang udah keliling Indonesia. Hehehe.. Sampai-sampai kemarin itu tiket ibun free akibat seringnya papah terbang. Alhamdulillah...
Mbak Rizma sudah pernah dua kali pulang pergi naik pesawat ke Solo, ibun sok sibuk sampai akhirnya tulisannya belum terbit padahal sudah lewat tiga tahun. Maafkan ya anak-anak...
Kalau ibun sendiri baru sekali pulang pergi naik pesawat, itu pun ke Lampung. Yang mana baru duduk beberapa menit di udara sudah landing saja. Hehehe... Alhamdulillah, kalau pun setelah itu ibun nggak naik pesawat lagi, ibun tetap bisa bercerita kepada kalian kalau ibun yang takut ketinggian ini pernah lho naik pesawat. Hihihi...
Nah, penerbangan kemarin adalah penerbangan mendadak. Karena kamis pagi (25/10) kita mendapat kabar duka Mbah yuyut kalian meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, kita doakan mbah Yuyut yuk, Alfatihah... Semoga mbah yuyut khusnul khotimah dan kelak kita berkumpul kembali di surga-Nya, ya, aamiiin...
Pagi itu uti sama akung lagi di rumah kita, Bintaro. Alhamdulillah ada Om Reza sedang libur kerja. Jadi, mereka bertiga duluan terbang ke Solo dengan penerbangan tercepat dari pagi itu (jam dua siang). Yang pasti akung sangat sedih -semua juga-, makanya ibun bilang alhamdulillah ada Om karena bisa pergi bersama menjaga akung dan uti selama di perjalanan. Adek Hanum saat itu menangis karena minta "itut" akung uti dan om pergi naik gocar ke bandara.
Kenapa kita nggak bareng sama uti akung? Hari itu Mbak Rizma lagi camping di Bogor. Dan jadwal kepulangan dari Bogor ke Bintaro sekitar pukul sebelas siang. Itu artinya, kira-kira sampai Bintaro bisa pukul dua belas lebih. Nggak mungkin kan mengejar pesawat pukul dua siang?
Karena itu kita berempat naik pesawat dengan jadwal keberangkatan pukul empat sore. Kita berangkat dari rumah sesaat setelah menjemput Mbak Rizma di sekolah. Alhamdulillah semua lancar sesuai rencana. Mbak Rizma sih senang sekali tahu kalau kita akan segera naik pesawat setelah pulang ke rumah dan ganti baju. Dan Mbak Rizma jadi sedih setelah tahu kabar mbak yuyut meninggal.
Dari rumah kita naik gocar dan jalanan lancar alhamdulillah. Sampai bandara, kita makan bakmi dulu. Alhamdulillah ini pengalaman pertama ibun dan adek Hanum makan di bandara. Hehehe... Juga pengalaman pertama terbang dari Terminal 3 yang baru. Ibun senang karena ada ruang menyusui yang sungguh nyaman. Ada Upang-nya! Enak dong bisa cuci steril peralatan menyusui bila terpaksa harus pumping di bandara bagi para busui.
Ini dia foto ruang laktasi Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta...
Selama menunggu keberangkatan, Mbak Rizma dan Adik Hanum main-main di playground. Kalian pinter deh naruh sendal di raknya. Adek ikutan mbak karena mbak sudah terbiasa begitu ya mbak di sekolah?
Saat waktu ashar tiba, papah pun sholat dan kita tinggal bertiga. Lha kok mbak Rizma tahu-tahu lari ke tempat yang ada siaran TV anak-anak tanpa pamitan ke ibun. Ibun sedih karena ibun harus menjaga adek dan koper, sementara mbak Rizma jauh dari pandangan kalau ibun tetap di playground sama adek. Alhamdulillah mbak nurut sama ibun setelah ibun samperin dan ibun kasih nasihat dengan tegas. Lain kali jangan diulangi ya mbak... Harus selalu dekat ibun kalau di tempat umum. Memang sih bandara nggak terlalu padat, tapi tetap saja mbak itu berbahaya.
Nah, sesaat sebelum pemanggilan penumpang untuk boarding, adek Hanum sukses tidur dalam gendongan ibun setelah menyusu di ruang menyusui. Tapi begitu ibun siap-siap boarding, adek bangun. Padahal ibun sudah senang adek tidur karena artinya ibun bisa tidur cantik juga, hahaha... Enggak dink, ibun sebenarnya mengkhawatirkan adek. Dia baru pertama kali naik pesawat. Ibun takut adek menangis saat take off atau landing. Intinya ibun punya bayangan yang parno tentang bayi baik pesawat, meski adek usianya sudah mau dua puluh bulan.
Alhamdulillah rejeki adek bangun. Ternyata selama perjalanan adek sama sekali nggak menangis karena terganggu dengan suasana saat take-off atau landing. Adek malah menangis karena nggak nyaman memakai sabuk pengaman. Adek maunya berdiri, jalan-jalan, dan main selayaknya di rumah. Sempat di"sapa' pramugari karena sabuk pengaman adek terlihat lepas sesaat sebelum take-off.
Ibun pun menyusui adek agar adek lebih nyaman dan mau mendengarkan nasihat ibun untuk "anteng" selama perjalanan. Karena kalau menyusu, adek dengan mudah menatap wajah ibun dan mendengarkan kata-kata keluar dari mulut ibun. Alhamdulillah hanya terjadi beberapa kali perlawanan oleh adek saat akan dikenakan sabuk pengaman. Badan dia kecil, jadi dia bisa lari dari lingkar sabuk yang sudah terpasang. Hohoho....
Selebihnya, adek dan mbak menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan, makan snack, minum teh hangat, dan membuka-buka buku/majalah.
Ibun bagaimana? Masih takut?
Jelas!
Dan mbak Rizma tahu itu sejak dulu kala. Alhasil saat take-off dia malah sibuk menenangkan ibun dengan kata-kata manisnya.
"Ibun, ibun takut ya? Nggak usah takut bun. Nggak apa-apa kok bun. Tuh liat bun dari jendela kelihatan rumah-rumah bun. Ibun nggak usah takut."
Suaranya lantang, jadi jelas terdengar oleh penumpang lain. Dalam hati ibun, ya Alloh nak, kamu perhatian sekali, tapi ibun kan jadi nggak enak (baca: malu) sama penumpang lain. Toh dengan dia bilang seperti itu, ibun tetap takut tapi berusaha tetap cool.
Menuju landing, ibun meminta papah pindah ke bangku adek. Kenapa? Biar adek pakai sabuknya sama papah saja dan ibun konsentrasi mengatasi ketakutan ibun. Iya, ibun, masih gemetar saat landing dan pegang papah erat-erat. Hanum tetap cool sama seperti pas take-off. Sedangkan mbak Rizma beberapa kali mengeluh telinganya sakit. Alhamdulillah ada papah disampingnya yang menenangkan. Papah bilang ke mbak bahwa kalau sebentar lagi berkurang rasa sakitnya. Alhamdulillah beberapa waktu kemudian Rizma mengaku salah satu telinganya sudah nggak sakit. Hanya saja masih ada satu telinga yang sakit.
Saya nggak enak dengan penumpang lain karena takut keluhan Rizma tadi mengganggu ketenangan mereka. Suara Rizma nggak biasa, dia benar-benar merasa kesakitan. Padahal penerbangan-penerbangan sebelumnya nggak ada cerita seperti ini.
Setelah landing, alhamdulillah semua aman terkendali, telinga Rizma sudah nggak sakit lagi, adek juga tetap cool.
Sesampainya di bandara, kami langsung menuju ruang laktasi untuk ganti popok adek dan ke mushola untuk sholat.
Karena hari sudah malam (ba'da maghrib), jadi kami makan dulu. Waktu itu menunya soto ayam dan rawon. Sengaja pilih yang hangat, hehehe... Pada doyan? Alhamdulillah sih, meski nggak pada habis banyak makannya.
Ada kejadian yang ibun sangat ingat di tempat makan. Adek kan memang sudah nggak betah dari tadi duduk terus. Jadi adek pergi dari tempat makan, berjalan-jalan di luar sambil dalam pengawasan ibun. Alhamdulillah sepi jadi masih bisa diawasi meski jaraknya lebih dari satu meter. Nah saat itu adek bertemu dengan "teman baru"nya, sebut saja si L. Seperti biasa, adek SKSD begitu, terus ada ibunya L yang mengajak L untuk bersalaman dengan neneknya (dugaan ibun). Tau nggak dek? Bukannya L yang salaman sama neneknya, malah adek yang meminta salaman sama neneknya L. Nenek pun langsung menyambut permintaan salam (baca: erjabat tangan) dari adek Hanum.
Semua langsung tersenyum riuh. Wah, adek, adek... kamu itu ya.... kok pede sekali dek. Hahaha...
Pulang ke Ponorogo: Kami naik taksi bandara. Pemikirannya karena bawa anak-anak, repot kalau naik kereta dari staiun Solo, turun Madiun, lanjut taksi ke Ponorogo. Toh biayanya nggak selisih jauh.
Baru beberapa ratus meter, sopir taksi kami meminta izin untuk sholat isya di pom bensin. Saya langsung bersyukur karena artinya supirnya orang baik. Alhamdulillah. Dan saat itu juga, ternyata ada bau sedap dari popok adek Hanum. Wah! Pengertian sekali kamu nak, pas ada toilet yo kok kamu langsung memberi kode. Hihihi... Anak pinter ^^
Sepanjang masih di Solo, alhamdulillah ibun bisa melihat-lihat kota Solo dengan papah sebagai tour-guide. Baru boeh tidur kalau sudah lewat Solo. Padahal ibun mau tidur dari awal biar nggak merasakan jalanan meliuk-liuk di Wonogiri yang dulu sempat pernah membuat ibun dapaat jackpot saat (ternyata) hamil hanum.
Anak-anak alhamdulillah tertidur pulas, hanya sesekali mengubah posisi tidur atau pun hanum meminta untuk menyusu.
Sampai rumah kami langsung beristirahat untuk menyiapkan energi esok hari pergi ke makan mbah yuyut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.