Bismillahirrohmanirrohim...
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh. "Ora nyana" kalau bahasa Tegalnya. Ya! Tak disangka keluarga kami akan diamanahi kendaraan roda empat bernama mobil. Saya akan berbagi cerita bagaimana keluarga kecil kami akhirnya punya mobil. Untuk apa diceritakan? In sya alloh sebagai pengingat ketika diri ini kelak menua. Karena membaca kisah yang bertahun-tahun lalu saya tuliskan itu memiliki kebahagiaan tersendiri. Hehehe...
Kala itu, bulan Ramadhan. Empat tahun lalu. Sebuah surat keputusan (selanjutnya saya sebut KEP) mutasi telah keluar dari institusi kami. Dalam KEP tersebut ada nama salah satu rekan kerja kami (saat itu saya dan suami satu kantor). Beliau dipindahtugaskan ke Nusa Tenggara Barat. Karena hal itulah, beliau berniat menjual mobilnya. Bukan hanya pak suami yang menawar, namun juga ada teman lain.
Begitu saya tahu pak suami menawar, saya bingung karena kami nggak punya uang. Kondisi kami saat itu sedang merenovasi rumah. Secara logika nggak akan mungkin membeli mobil di waktu yang sama. Tapi namapun pak suami, selalu percaya dengan Alloh yang Maha mencukupi kebutuhan. Jadi, saat itu masih mencoba menawar mobil dengan jujur bahwa nggak ada uang untuk membayar. Hahaha...
Singkat cerita, datanglah hari terakhir kerja beliau di kantor kami. Hari itu hari jumat. Sebelum sholat jum'at, pak suami meminta doa dari mama mertua saya. Lagi, suami selalu yakin dengan kekuatan doa ibu. Maklum, saingan calon pembeli mobilnya yang (kami yakin) punya uang cash hari itu juga. Jadi, pak suami hanya bisa bergantung pada Alloh dan doa.
Alhamdulillah, rekan kerja kami itu akhirnya memutuskan untuk menyepakati jual beli dengan pak suami. Kunci mobil dan surat-suratnya dititipkan ke salah satu rekan kami yang lain yang sampai dengan sore melewati jam pulang kerja masih berada di kantor. Sang empunya mobil hari itu sibuk mengurus kepindahannya sehingga kesempatan bertemu dengan pak suami sampai jam pulang nggak ada.
Masya Alloh...
Saat itu saya sangat bersyukur dan senang, karena empunya mobil memberi kelonggaran untuk pembayaran mobilnya. Beliau membolehkan kami mencicil selama satu tahun. Masya Alloh.... Alhamdulillah wasyukurillah.... Setiap bulan sejak pembelian, kami menyisihkan lima juta rupiah dari total penghasilan kami untuk mobil pertama kami. Tanpa bunga, dan tanpa tagihan apa-apa.
Jadi, bulan ramadhan itu adalah bulan ramadhan yang penuh berkah. Penuh rezeki. Dan rezeki itu bernama mobil, vios. Sementara rumah kami masih terus dilanjutkan proses renovasinya hingga pasca lebaran.
"Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?"
Kurang lebih empat tahun kami mendapatkan amanah mobil vios, alhamdulillah banyak sekali kemudahan yang kami dapatkan setelah mempunya mobil. Ibu saya, mama dan papa mertua saya, serta pengasuh Rizma (saat itu teteh Itoh) alhamdulillah jadi bisa diajak kalau mau makan di luar atau mengajak liburan di tengah kota. Juga bisa mengunjungi taman surga, nggak kehujanan kalau tiba-tiba sedang dengan anak-anak hujan deras menghampiri. Serta bisa mengantar jemput saudara yang sedang membutuhkan atau sekadar silaturrahim.
Alhamdulillah...
"Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?"
Dan bulan Januari 2019 ini, peristiwa empat tahun lalu itu kembali terjadi. Mungkin memang kami sudah butuh mobil keluarga. Karena dengan mobil vios, seringkali kalau pergi dengan keluarga Ponorogo, akhirnya adik ipar saya 'ngalahi' naik kereta atau gojek atau motor terpisah karena mobil kami nggak muat. Namun apa daya kami belum ada dana untuk membeli mobil yang lebih luas menampung keluarga kami.
Siapa sangka...
Rekan kerja suami saya, yang juga statusnya teman saya, menjual mobil xenia miliknya.
Langsung saat itu juga suami saya mengabarkan tentang ini dan meminta pendapat saya. Saya hanya bisa menjawab: "Kita memang butuh, tapi kita kan nggak punya uang untuk beli, pah."
Lalu ternyata suami menimpali dengan kalimat khasnya: "Minta sama Alloh, bun."
Ya Alloh ini orang beneran deh minta diuwel-uwel. Hahaha...
Ya sudah, akhirnya beliau memberanikan diri menanyakan pada rekan kami tersebut. Dan kebetulan sekali, sedang ditawar oleh calon pembeli selain kami.
"Mungkin belum rejeki, pap."
"Kalau rejeki nggak kemana kok, bun."
Hmmm, bener sih memang. Akhirnya saya bantu doa saja. Masalah bayarnya dipikirkan belakangan. Hahaha... Kan Alloh Maha Baik.
Beberapa hari kemudian, kami mendapat kabar kalau calon pembeli yang diveritakan rekan kami itu batal beli karena harga. Padahal setelah kami tahu, hanya selisih dua juta saja pemirsah.
Ya bener, kalau rejeki nggak kemana. Kalau kemana-mana berati bukan rejekinya. Betul?
Siapa tahu juga kemana-mananya itu ke rumah kami. Hahaha, masih ada harapan meski deg-degan dengan harga dan pembayarannya.
Nama pun teman, jadi semua kondisi mobil dan segala latar belakang kenapa dijual diceritakan kepada kami. Harga yang ditawarkan kepada kami pun lebih rendah satu juta dari harga penawaran sebelumnya.
Bismillah, akhirnya suami me-deal-kan pembelian mobil itu.
Saya terharu untuk kedua kalinya.
"Pap, terus bayarnya gimana? Mobil vios kan belum kejual."
Suami menenangkan saya, karena dulu, sang empunya vios berpesan bahwa boleh menawarkan mobilnya kembali ketika beliau pindah tugas ke Jakarta. Beberapa bulan lalu memang beliau pindah ke Jakarta lagi. Namun ternyata istrinya melarang sang suami menambah jumlah mobil di rumahnya.
Oke, plan B.
Menawarkan vios ke Bu Lik di Ponorogo. Pernah sekali Bulik dan Om naik vios pas dijemput suami ketika berkunjung ke Jakarta. Mereka tenty sudah merasakan enaknya naik vios sang hemat itu. Hihihi...
Lalu bulik perpesan: "Ngko, mobilmu nggo Rusta ae, ki." Maksudnya, kalau memang kami akan menjual mobil kami, tawarkan ke beliau. Karena beliau akan memberikan untuk anaknya (sepupu kami). Ini cerita punya orang tua yang mampu, ya. Alhamdulillah kami sih ikut senang.
Jawaban bulik ketika ditawarkan, alhamdulillah langsung mau. Hanya menunggu persetujuan om yang sedang di luar kota. Selang beberapa waktu, kami mendapat kabar bahwa om setuju akan membeli mobil kami.
Alhamdulillah wasyukurillah.....
Lega rasanya.
Foto dengan si vios pas mau anter ibun kerja. |
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?
Masih ada selisih antara harga xenia dan vios. Kami akhirnya jual beberapa batang emas yang pernah kami simpan. Saya senang sekali akhirnya terpakai juga itu emas. Alhamdulillah...
Sudah lunas dengan menjual emas? Beluuum, beluuum. Masih ada selisih beberapa belas juta. Alhamdulillah sebagian menggunakan tabungan saya dan sisanya boleh dicicil kalau gajian.
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?
Alhamdulillah sekarang sudah lunas 😊
Ya alloh Engkau Maha memenuhi kebutuhan kami.
Terima kasih ya Alloh...
Semoga mendatangkan keberkahan yang berlimpah, aamiiiin.
Tulisan ini saya abadikan karena saya bukan tipe yang ingat detail dengan kejadian. Jadi kelak, saya bisa mengingat kembali kejadian luar biasa ini dengan membaca tulisan ini. Karena kisah ini, ingin saya ceritakan kepada anak-anak. Agar mereka tahu betapa Alloh Maha baik dan mendengarkan serta mengabulkan doa-doa orang yang meminta dengan sungguh-sungguh dan penuh harap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.