24 Januari 2014

Aku tak sadar

Hampir setiap hari aku berinteraksi dengannya, Beta. Bisa dihitung berapa hari dalam seminggu aku tak bertatap wajah dengannya. Jarang sekali tidak bercuap-cuap. Seringkali aku meminta bantuannya. Bahkan mungkin terhitung sangat sering. Begitu juga dengannya, sering meminta bantuanku.
Tapi, jarang orang yang tahu kedekatan kami sebegitunya. Mungkin hanya orang-orang yang melihat kami setiap hari yang tahu, orang-orang yang memperhatikan keseringan interaksi kami.

Aku, alhamdulillah punya banyak teman, bahkan teman dekat. Mereka semua sayang padaku. Beberapa teman tahu aku dulu dekat sekali dengan seseorang, Arie. Memang, dulu aku sering apa-apa berdua dengannya. Hingga tak heran jika orang-oran tahu kedekatan kami. Bahkan, kami sering mempublish kedekatan kami seperti apa. Setiap perjalanan kami bersama, setiap pertemuan kami disela-sela keibukan kami, dan sebagainya.

Kini, aku dekat dengan orang yang berbeda, Beta. Dia pun tahu kedekatanku dengan Arie dulu dan sekarang bagaimana. Karena memang aku sering menceritakannya ketika aku sedang bersama Beta. Aku sering cerita kalau kami sering sekali berkomunikasi, sering pamer hal-hal tak penting, dan sering makan bersama di suatu tempat. Selain juga Beta memang lihat sendiri di dunia maya bagaimana kedekatan kami. Aku juga sering menceritakan kebaikan-kebaikan yang telah Arie lakukan untukku. Aku bahkan sering tergirang-girang ketika bercerita pada Beta bahwa aku menerima bingkisan dari Arie.
Beta, dia juga memberiku bingkisan. Tapi, aku tak pernah memperlihatkan padanya bahwa aku senang mendapat bingkisan darinya. Aku malah memberitahunya bahwa isi bingkisannya itu sama dengan bingkisan dari temanku yang lain.

Ya Tuhan...
Aku terperanjat.
Sepertinya aku salah.

Kini aku menyadari bahwa Beta juga temanku yang baik, bahkan, setelah aku jauh dari Arie, aku lebih sering mendapat bantuan dan perhatian darinya. Dia sayang padaku. Tapi, jarang sekali aku memujinya, berterimakasih berlebihan padanya, atau bahkan mempublishnya pun aku tak pernah. Teman-temanku dulu mungkin tidak tahu keberadaan Beta yang kini sangat dekat denganku. Padahal Beta telah menganggapku seperti bukan orang lain lagi, dia sangat sayang padaku. Aku mengabaikan itu. Aku takut, aku curiga, aku telah bersalah padanya karena aku tak menyadari itu. Aku lebih sibuk memberikan kabar gembiraku dengan Arie. Aku tak memikirkan perasaannya. Seharusnya, aku lebih menjaga perasaanya, aku tak seharusnya menceritakan Arie berlebihan dihadapannya. Dia tak membutuhkan itu. Yang ada, dia mungkin cemburu besar.
Ya Tuhan, aku tak sadar.
Maafkan aku,
Beta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.