04 Januari 2020

Kata Siapa di Kantor Tidak Bisa Minim Sampah?

Tulisan ini telah dimuat dalam Majalah Jawara,
Majalahnya Kanwil DJP Jakarta Barat, Edisi Oktober 2019

Kata Siapa di Kantor Tidak Bisa Minim Sampah?






Akhir-akhir ini, Menuju Hidup Minim Sampah agaknya menjadi gaya hidup banyak orang. Meski
sebenarnya, gaya hidup minim sampah ini sudah lama dianut oleh nenek moyang kita. Dahulu, mereka tak pernah luput membawa keranjang/tas belanja saat ke pasar. Jajanan dan segala macam kebutuhan juga banyak sekali yang masih menggunakan bahan-bahan alami. Sampah yang dihasilkan pun masih bisa dikompos atau sekadar dikubur tanah lalu terurai. Intinya sih, nenek moyang kita cinta bumi dengan menjaganya.

Kebiasaan itu lambat laun mulai 'punah' seiring dengan kemajuan industri dan teknologi. Karena itu, gaya hidup minim sampah atau yang lebih dikenal dengan tagar #zerowaste ini bisa dikatakan lahir kembali setelah banyak pihak yang sadar bahwa bumi tercinta khususnya Indonesia sudah darurat sampah.

Sudah banyak sekali berita tentang longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Siapakah penyumbang sampah di gunung-gunung sampah itu jika bukan kita?

Tak sedikit pula berita hewan laut yang mati mengenaskan karena menelan sampah plastik.

Apakah kita salah satu penyumbang sampah plastik itu?

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk melanjutkan misi menjaga bumi tercinta?

Sebagai pegawai kantoran, apakah bisa hidup minim sampah?

Semua pertanyaan itu bisa dijawab bila kita sadar bahwa bumi Indonesia sudah darurat sampah. Solusi yang bisa dilakukan ada banyak, yang kesemuanya mempunyai satu tujuan yaitu meminimalkan sampah yang dibuang ke TPA atau memperpanjang usia sampah.



Sudah pernah mengamati banyaknya sampah dalam sehari yang berada di TPS kantor kita?

Jika belum, mari bersama-sama melakukan 3 AH yaitu Cegah, Pilah, dan Olah.

Baca juga : Belajar Zero Waste

AH pertama, CEGAH.
Langkah awal untuk mencegah sampah adalah kita menganalisa terlebih dahulu apa saja sampah yang kita hasilkan selama berada di kantor:

  1. Sisa makanan dan minuman yang tak dihabiskan;
  2. Bungkus makanan dan gelas/botol minuman sekali pakai;
  3. Tisu;
  4. Kertas bekas;
  5. Plastik dan kardus sekali pakai, dari hasil belanja offline maupun online.

Anggaplah jenis sampah yang mungkin kita hasilkan dalam sehari selama berada di kantor ada lima seperti di atas. Maka, langkah selanjutnya adalah membuat alternatif solusi agar kelima tersebut sampah dapat dicegah. Apa kira-kira yang dapat kita lakukan?

  1. Habiskan makanan dan minumanmu.
Dengan menghabiskan makanan dan minuman, maka sampah pertama dapat dicegah dan berkurang satu jenis sampah yang akan ke TPA. Bagaimana bila terpaksa ada sisa makanan dan minuman yang tak bisa dimakan? Sebut saja tulang ayam goreng dan sisa endapan kopi. Kalau di rumah, mungkin bisa dikompos, dimasukkan ke lubang resapan biopori, atau diberikan kepada makhluk lain seperti kucing misalnya. Pilih saja mana yang busa dilakukan selama di kantor. Paling tidak, kita sudah menghemat sampah lebih banyak dibandingkan jika kita tidak menghabiskan makanan.

  1. Bawa bekal makan dari rumah; atau makan di tempat makan; atau bawa wadah makan dan minum yang dapat dipakai berulang kali saat akan membungkus makanan dan minuman dari tempat makan.
Pernah melihat isi tong sampah di pantry? Kebanyakan adalah kertas minyak bekas bungkus makanan, plastik bekas bungkus makanan berkuah, kertas bekas beli 'gorengan' dan sebagainya.

Semua sampah itu bisa dicegah. Bawalah bekal makan dari rumah. Jika tak memungkinkan, sediakan saja wadah makanan dan minuman di kantor. Jangan pernah lupa membawa wadah tersebut saat akan membeli makan. Tak mengapa berpesan kepada Office Boy untuk selalu membawa wadah jika meminta tolong mereka membelikan makanan dan minuman untuk kita. Jika diperlukan, sediakan juga wadah besar untuk pembelian makanan di ruang kerja. Saya juga jarang membawa bekal dari rumah, tapi saya menyediakan kotak makan dan botol minum sendiri untuk antisipasi jika membeli makanan di luar kantor.

  1. Ganti tisu dengan lap dan handuk. Sudah tahu kan kalau tisu itu tak bisa didaur ulang? Yuk mulai sekarang kurangi penggunaan tisu.

  1. Gunakan kertas bekas untuk mencetak konsep dokumen atau mencetak lembar disposisi.
Dari pada satu sisi kertas kosong, lebih baik dipakai kembali. Cara ini dapat memperpanjang usia kertas tersebut. Tapi jangan lupa untuk meneliti terlebih dahulu isi kertas bekas itu ya!

  1. Bawa kantong/tas sendiri saat akan berbelanja (offline). Bagaimana kalau belanja online? Sudah pasti bungkusnya akan berakhir jadi sampah kan? Jika begitu, kurangi frekuensi belanja online atau olah sampah yang terpaksa ada. Terkait proses olah sampah akan dibahas di bagian ketiga.



Jika langkah 1 sampai 5 sudah dilakukan, niscaya jumlah sampah yang akan masuk ke TPA berkurang jumlahnya.

AH kedua, PILAH.
Jika AH pertama berhasil meminimalkan atau bahkan meniadakan sampah, maka AH kedua -yaitu pilah- sebenarnya tidak diperlukan lagi. Memilah sampah dilakukan apabila kita terlanjur menghasilkan sampah. Sebelum semua sampah dimasukkan ke tempat sampah yang akan berakhir ke TPA, tugas kita adalah memilah sampah sesuai jenisnya. Sampah non-organik hendaknya dipisahkan dari tempat sampah.

AH ketiga, OLAH.
AH ketiga ini juga tidak perlu dilakukan apabila AH pertama berhasil menyelesaikan misi meniadakan sampah. Namun apabila terpaksa terjadi sampah maka setelah sampah itu dipilah, maka langkah selanjutnya adalah mengolah sampah. Anggaplah kita tak bisa membuat kompos untuk sampah organik, maka tugas kita tersisa satu yakni mengolah sampah anorganik yang telah dipilah.



Di kantor, saya membuat ecobrics untuk sampah kering berukuran kecil yang sulit didaur ulang seperti plastik, lakban bekas, isi stapler yang tak terpakai, dan sebagainya. Sedangkan untuk sampah anorganik yang berukuran besar, saya kirimkan ke waster4change secara rutin melalui jasa ekspedisi karena saya belum mendapatkan info bank sampah terdekat dari kantor saya.


Bila kantor sudah bekerja sama dengan perusahaan sosial pengolah sampah seperti waste4change, akan lebih mudah lagi dalam mengelola sampah anorganik karena mereka dapat menyediakan dropbox di kantor sehingga pegawai tak perlu lagi mengirimkan sampah anorganiknya melalui jasa ekspedisi.


“Karena membuang sampah pada tempatnya tak lagi cukup.
Sampahmu tanggung jawabmu.”




___________________________________
Info web pengolahan sampah dan ecobricks:

Ditulis oleh Elok Mahmudah, 15-16 Oktober 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.