Hari ini, tepat sepekan dari banjir Jakarta, khususnya di Kampung Melayu, tempat saudara-saudara saya tinggal. Sepekan yang lalu, Selasa, 15 Januari 2013, banjir datang di lingkungan Kampung Melayu. Seperti biasa, rumah kakak saya tidak kemasukan air banjir. Namun, setelah beberapa waktu, akhirnya selasa petang air banjir masuk rumah juga. Prihatin memang, tapi mereka tak mau pindah, selain memang letak daerah yang strategis, disana juga ada saudara lain yakni mertua dari kakak pertama kami. Sudah lama mereka tinggal disana, kalau kakak saya sih mungkin baru tujuh tahun, tapi kalau mertua kakak saya sudah puluhan tahun, sejak beliau masih kecil.
Bulan lalu, saya melihat dengan mata kepala sendiri banjir musiman itu. Kebetulan saya sedang berada disana dan tidak bisa pulang karena terjebak banjir, menarik juga ternyata, tapi jadi serba susah beraktivitas. Bagi warga setempat sih, banjir sudah bukan hal yang asing. Mereka sudah terbiasa, jadi ya meskipun repot, suasana malah tambah ramai karena hampir semua warga jadi beraktivitas keluar rumah.
Untung ada saat dimana air sedang turun, jadi meskipun banjir masih melanda, saya bisa pulang menyusuri banjir sampai ke daerah yang tak kena banjir, meskipun harus mengorbankan sandal, hihihi...
Kembali ke peristiwa sepekan lalu, sejak air banjir masuk rumah, kaka eling, kaka gara, akbar, ayah dan ibu mereka mengungsi ke lantai 2, alhamdulillah rumahnya tak cuma satu lantai. Ya, namanya juga rumah didaerah banjir, harus antisipasi dong ya. Oh iya, saat itu ada pak dhe Ali juga yang kebetulan sedang disana. Jadi mereka beraktivitas di lantai 2 dan 3. Listrik sudah padam, mereka pun tidur dengan lilin sampai habis dan kemudian tidur gelap-gelapan. Kasian anak-anak, apalagi akbar, yang baru berusia satu bulan. Mereka makan dan minum dari seadanya amunisi yang disiapkan sebelumnya. Tapi tetap saja mengharapkan bantuan makanan setiap kali ada orang yang datang dari pos RW atau dari luar daerah banjir. Nelangsa sekali mendengar kabar ini. Alhamdulillah mereka diberi kesabaran.
Rabu pagi, air masih menggenang didalam rumah. Syukurlah malamnya sudah berangsur-angsur turun. Segeralah ibu dan anak-anak serta mertua pak dhe Ali diangkut untuk diungsikan ke Bintara, rumah pak dhe Ali. Alhamdulillah...
Kemarin sih baru tau kalau waktu ngungsi itu, kaka gara dan kaka eling dinaikkan keember lalau diapungkan ke aliran banjir sampai ke daerah yang aman dari banjir. Sedangkan akbar digendong ibunya yang berjalan menyusuri banjir setinggi lutut. Kasian kalau akbar juga dinaikkan ember, dingin lah ya. Alhamdulillah mereka selamat sampai Bintara. Ayah mereka ditinggal dirumah untuk menjaga dan memantau perkembangan banjir. Meski dengan penerangan dan amunisi seadanya, sang ayah berjuang ditengah banjir (haha... lebay)
Sampai hari ini, senin, 21 Januari 2013, mereka masih mengungsi di Bintara, sebenarnya banjir sudah surut, tapi kondisi masih tidak sehat, apalagi untuk bayi dan balita serta anak-anak. Karena itu, mereka belum diijinkan untuk kembali kerumah, meskipun rumah sudah dikuras dari lumpur banjir.
Teringat banjir lima tahunan, khususnya banjir 2007 dimana saat itu adalah waktu-waktu awal kakak saya singgah ke Jakarta, sedang mengandung kaka eling, banjir sangat dahsyat. Hanya atap rumah yang terlihat. Saat itu mereka mengungsi di lantai 2 rumah mertua pak dhe Ali.
Semoga dengan bergantinya pemimpin Jakarta ini, masalah banjir bisa teratasi dalam waktu yang tak lama lagi.
Amin allohumma amiiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.