28 September 2015

TB pada anak (Part I)

Jumat, 14 Agustus 2015

Hari kelima saya pulang dari rumah sakit karena thypus (sabtu sebelumnya tetiba saya lemas tak berdaya di siang hari, posisi di luar rumah, paginya sehat, hanya saja merasa pegal-pegal badan seperti sangat lelah. akhirnya malamnya dirawat). Mumpung masih belum masuk kantor dan badan sudah bisa diajak kerja sama, plus hari itu ada papa mertua yang bisa mengantar keluar rumah, kami memutuskan untuk memeriksakan rizma ke dsa nya di Premier Bintaro. 

dr Siti Rozanah namanya, pertama kali bertemu saat rizma kena kolik dan diagnosa beliau tepat sekaligus obatnya betul-betul mengurangi rasa sakit yang dialami rizma saat itu. Karena tragedi itulah kami memutuskan untuk kembali padanya. Kebetulan periksa selanjutnya ya kok pas Rizma batuk pilek, jadi gagal membahas tumbuh kembang si anak imut nan cerdas itu. Memang sejak pertemuan pertama menanyakan tumbuh kembang Rizma selalu jawabannya "nunggu anaknya sehat ya, bu,
nanti saya cek gimana perkembangannya." Okey, kami nurut dokter aja ya. Pas pertemuan kedua, menanyakan tumbang
lagi, jawabannya sama, saya sih mikir kalau hanya menerangkan bagaimana tumbuh kembang seharusnya ngga perlu nunggu sehat ya. Tapi yasudah.

Nah pertemuan ketiga inilah akhirnya Rizma dianjurkan untuk tes mantoux. Mantoux itu apa sih? Kenapa harus mantoux? Apa tujuannya? .....

Dari penjelasan dokter Siti, mantoux itu suntik dibawah kulit dengan cairan untuk mendeteksi adanya gejala TB (Tubercolosis). Kenapa Rizma? berdasarkan berat badan yang segitu-gitu aja di usianya, dokter curiga sibocah kena TB sehingga berat badan stag di angka yang sama. Salah satu gejala TB memang di berat badan. Tapi kami sekeluarga insya Alloh kan ngga ada riwayat TB ya.. 

Singkat cerita hari itu Rizma disuntik mantoux. Dan kami diminta kembali dua hari berikutnya (kebetulan senin kan tanggal merah jadi beliau ngga praktik). Oh iya, berat badan pas ditimbang 10.6 kg Alhamdulillah

Minggu 16 Agustus 2015
Kalau jumat sama papa dan mama pertua serta adik ipar, kali ini kami kembali hanya bertiga dengan papahnya Rizma. Curiga kok bekas suntiknya merah ya. Sepanjang perjalanan saya chating dengan beberapa mamak yang dulu anaknya pernah tes mantoux. Deg-degan kalau hasilnya positif.

-Alhamdulillah pertemuan di hari minggu ngga bayar karena hari ini hanya visit non praktik-

Begitu dicek diameternya, ternyata antara 10-11mm which is membingungkan. Jadi, hasil mantoux itu dilihat 48-72 jam sejak disuntik, kalau ngga membekas, yasudah urusan selesai. Kalau diameter benjolannya (bukan merahnya, tapi benjolannya yang diukur dianeternya) diatas 15 mm jelas positif, dan dibawah 10 mm itu negatif. Karena hasilnya membingungkan (bisa positif bisa negatif) hari itu juga diresepin yang namanya Phyravit. Saya baca bungkusnya sih untuk TB. Kok minum obat dok? Ternyata diagnosa dokter Siti Rizma sudah positif TB tapi belum menjalar kemana-mana. Karena itu diobati dulu dengan si Phyravit ini biar ngga kemana-mana itu TB. 

Kok bisa ya positif TB? Jawabannya adalah karena tertular orang dewasa yang mengidap TB. Masya Alloh, siapa ya? saya? suami? pengasuhnya? Belum tahu kalau belum di tes lab ketiga dari kami.

Empat minggu dari tanggal itu kami diminta kembali untuk tes mantoux ulang sibocah. Kalau hasilnya positif, Rizma bakal pengobatan 6 bulan berturut-turut. Ya Alloh sedih banget deh rasanya, kami sih yakin Rizma sehat. Oke, mulai keesokan harinya rizma rutin minum sirup oranye itu. Sampai suatu hari tumpah dan alhamdulillah sisanya masih bisa diminum hingga habis empat minggu itu.

Jumat, 18 September 2015.
Kami berdua ijin untuk mengantar Rizma tea mantoux. Entah kenapa dokter Siti ini sekarang praktik hanya senin sampai jumat, dan pendaftarannya udah ngga bisa via telepon lagi. Bener, mendaftar jam 9 pagi dapat antrean nomor 20, kira-kira jam satu siang. Persis seperti pemeriksaan mantoux pertama. Untung saya berinisiatif mendaftar tanpa membawa Rizma, tanpa masuk ke rumah sakit, lumayan kan menghemat pengeluaran parkir  Hehehe.. 

Siangnya di tes mantoux. Sama seperti tes pertama, Rizma hanya nangis tiga sampai lima detik kemudian diam. Masya Alloh, bundanya yang ngga tega. Bocah mah malah ngeliatin jarum dari dibuka, dipasang, dan disuntikkan ke tangannya. Anak pemberani!

Minggu 20 September 2015
Sebelumnya saya sempat chating dengan teman yang anaknya pernah positif TB dan pengobatan 6 bulan. TB pada anak ini pasti karena tertular. Jadi orang dewasa disekitarnya pun harus dites, kalau ketahuan positif, ya diobati juga. Kan percuma yang sakit diobati, yang menularkan engga. Bakal tertular lagi lah.

Oke, dilihat dari tangannya sih sangat besar benjolannya. Sepanjang jalan sudah pasrah dan berdoa aja. 

Begitu bertemu dr Siti, diukurlah, hasilnya 18mm :(
Hari itu juga diagnosa dr Siti Rizma positif TB. Saya terus bertanya tandanya apa dok, kan Rizma ngga batuk atau pun aneh-aneh. Ya berat badannya itu ibuuuuu #nggakrela

(bersambung)

post signature

2 komentar:

  1. Mba,,,,
    maaf tanya, memangnya putrinya gak vaksin BCG...?
    waktu di tes mantoux itu, BB anaknya brp, umur brp ? kurus bgt...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. vaksin mba nyde. nnt saya lanjutkan tulisan saya

      Hapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.