17 September 2015

Tentang Menyapa

mau bebersih blog dulu dari debu *fiuh2
Udah lama banget ngga nulis. Kali ini mau nulis bahasa bebas aja ya. Memanaskan kembali gairah menulis *tsah
Tentang menyapa.
Ada apa dengan menyapa?

Kasus 1
si A, wanita, dengan umur lebih muda dari B (laki-laki) berprinsip ngga akan menyapa duluan seorang laki-laki (enak aja, laki-laki dulu dong). si B berprinsip ngga akan menyapa duluan ke yang lebih muda (enak aja, yang muda duluan dong)
Akhirnya sapaan tak pernah berlangsung, si A ngga mau menyapa duluan, begitu juga dengan si B.


Kasus 2
si C dan D, sama-sama wanita, C lebih muda dari D. D maunya yang muda dong yang menyapa duluan. si C karena masih anak baru di lingkungan mereka bekerja, malu untuk menyapa duluan karena merasa belum kenal, takut dikira sksd.
Akhirnya suasana dingin seterusnya karena tak pernah ada sapaan antara keduanya

Kasus 3
si E, wanita yang lebih tua dari si F (lelaki). si E berprinsip seperti B, dan si F juga ngga mau menyapa duluan karena merasa seperti C.
Akhirnya sama dengan kasus 1 dan 2, ngga pernah terjadi saling sapa.

Kasus 4
si G dan H. sama-sma wanita. H lebih tua dari G. G orangnya baik, menyapa duluan, H gimana? dingin aja. Meski disapa duluan terus, kalau ketemu kl belum disapa ya amat sangat jarang menyapa. Disapa aja kadang cuma senyum sedikiiiit *irit
Akhirnya si G lama-lama enggan juga dong nyapa terus tapi dapet feedback seperti itu.

Ngga enak banget yah?

Hubungannya dengan G.E.N.G.S.I

Ya kalau semua kasus 1 sampai 4 dilanjutkan niscaya ngga akan pernah ada yang saling menyapa. Dunia dingiiin, kaku!

Padahal ya silaturrahim itu dimulai dari hal kecil seperti menyapa sambil tersenyum, apalagi ditambah dengan salam. Aduh, adem banget deh. Jadi ingat masa kuliah dulu. Ada beberapa kakak kelas yang kalau ketemu selalu mengucapkan salam sambil terseyum. Aduhai, adem. Meski ngga kenal, kita merasa disayangi. ya memang itu juga yang diajarkan Rosululloh ya. "Berilah salam kepada orang yang tidak kamu kenal."
Dari ‘Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama “(Berikan kepadaku) amalan di dalam islam yang paling baik?”, Rasulullah menjawab “Berilah makan (kepada saudaramu), ucapkanlah salam kepada yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal” [HR. Bukhari No.12 dan Muslim No. 39]
Memang sepertinya sulit yah, apalagi kalau lingkungannya menganggap aneh orang-orang yang mengucapkan salam kepada siapa pun yang ditemuinya. Kalau udah biasa, jadi enak kok. Ngga malu, toh ngga akan turun martabat kita gara-gara menyapa. (Belum, saya belum praktek, saya sedang menasihati diri sendiri)

Jadi, inti tulisan ini adalah, teruslah menyapa, tersenyum, apapun respon dari orang yang kau sapa dan senyumi itu.

Assalamualaikum pembaca blog ini, semoga berkah ya hari-hari kita. Sehat selalu, dan makin banyak rejeki yaaa... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.