“Mbak… Sini, mau icip masakan bunda nggak?” tawarku pada si sulung yang hampir berusia dekapan tahun agar segera datang ke dapur.
“Mau…
Bunda masak apa?”
tanyanya sembari berjalan mendekatiku.
“Tumis
baby buncis, yang mirip di restoran itu loh, Mbak.” Jawabku dengan wajah sumringah.
“Wah!
Bunda kok tau sih kalau aku lagi pengin makan baby buncis.” Dia takjub karena keinginannya seperti terwujud tanpa
harus dia ungkapkan.
Alhamdulillah, percakapan kami pun berlanjut sembari bersama-sama
menikmati tumis baby buncis di dapur.
Dia bercerita bahwa dia sedang punya keinginan makan baby buncis karena sudah lama kami tidak pergi makan ke restoran
sejak pandemi. Saya pun menjelaskan kepadanya kalau kami itu SST, Satu Sama
Terhubung, yaitu hati kami dihubungkan oleh Allah melalui doa-doa yang dia
panjatkan. Jadi, tanpa diberitahu oleh dia pun, hati saya tergerak untuk
membeli baby buncis dan memasaknya
karena Allah telah mengabulkan doanya.
Kami selalu mengajarkan pada anak-anak kami bahwa
ketika menginginkan sesuatu, jangan minta ke bunda atau papah. Namun mintalah
kepada Allah Sang Pemberi Rezeki. Nanti kalau memang sesuatu itu adalah
rezekinya, Allah yang akan menggerakkan hati Bunda atau papah atau bahkan orang
lain seperti tetangga untuk memberikan sesuatu yang diinginkannya.
Alhamdulillah pelajaran yang sederhana namun sangat
penting ini terngiang-ngiang hingga ke alam bawah sadar anak-anak kami. Meski
saat menginginkan sesuatu, sering kali mereka membuka rahasia kepada kami sebagai
“kode”. Hehehe… Tinggal tugas saya mengingatkan:
“Ehm,
mintanya jangan ke bunda, sayang. tapi ke Allah, sudah berdoa belum?”
Biasanya mereka nyengir dan langsung berdoa dengan
suara yang tak lirih. Anak-anak Oh anak-anak…
Kejadian yang sama juga terjadi saat Mbak diberikan
hadiah oleh saya sebuah komik berjudul “Berhijab dengan Iman” yang ternyata
masuk dalam daftar doanya setelah melihat cover
buku ciamik ini di smartphone saya.
Lain lagi dengan sikecil yang berusia hampir empat
tahun.
“Papah,
jangan lupa beli roti unyil. ya?!” Pesannya pada papahnya yang hari itu padahal Work from Home (WFH)
Papahnya pun tersenyum dan menjelaskan kalau hari itu
tidak ada pekerjaan di Bogor. Kemudian dia berdoa dengan suara nyaring:
“Ya
Allah aku pengin roti unyil, ya Allah. Aamiiin…”
Kami yang mendengar pun tak kuasa tersenyum geli.
Keeseokan harinya, papahnya bertugas ke Bogor dan
sorenya membawa satu kotak roti unyil ke rumah.
“Wah,
doaku dikabulkan. Alhamdulillah, makasih ya Allah…”
Bak dahaga yang hilang karena menemukan sumber air, si
anak tiga tahun lebih itu mengucapkan kalimat yang sangat tulus dari lubuk
hatinya.
Ma sya Allah, Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan nikmat seperti ini kepada kami. Nikmat yang begitu kami syukuri karena di usianya yang masih belia, mereka sudah belajar mengandalkan Allah Ash-Shomad. Yang kami orang tuanya pun masih terus belajar dari mereka agar walk the talk. Agar apa yang kami ajarkan juga selalu kami amalkan dalam kehidupan sehari hari. Karena sungguh malu jika kami mengajarkan untuk selalu bergantung dan meminta kepada Allah, tapi kami sendiri masih mengkhawatirkan sesuatu yang sejatinya dapat dengan mudah Allah berikan.
Semoga Allah selalu memberi jalan yang mudah untuk mengenalkanNya kepada anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.