22 Oktober 2018

[Review] Organic Cup, Si Kecil Pengurang Sampah Pembalut

organic cup
sumber: organicup.com

Bismillah...

Sewaktu belajar konsep hidup minim sampah, saya merasa banyak sekali bersalah karena saya termasuk penyumbang sampah hingga saat ini. Memang nggak bisa bohong kalau harus  berubah 180 derajat itu mudah. Nyatanya, sampai saat ini saya belum bisa sampai zero waste. 

Semua butuh proses. Ya, proses, yang mana harus dinikmati dan perlu kesabaran dalam menjalaninya.

Bicara soal pembalut sekali pakai, tentu saja wanita seusia saya nggak bisa lepas dari benda yang satu
ini. Dan betapa saya nggak pernah mikir soal sampahnya. Hiks...

Alhamdulillah pas belajar kemarin saya jadi ingat dengan bacaan saya sewaktu Rizma kecil dulu, forum The Urban Mama. Ya, di sana saya sempat membaca soal menstual cup. Apa yang saya bayangkan saat membaca info tentang mens cup ini? "Hah? memasukkan benda asing ke dalam vagina selama masa menstruasi? Apa rasanya? Apa nggak mengganjal? Terus nanti bagaimana?" Dan pernyataan penasaran seterusnya yang akhirnya hilang bersamaaan dengan waktu.

Sekarang saya baru ngeh, kenapa ibu-ibu itu rela berganti dari pembalut sekali pakai ke menstrual cup yang harganya nggak murah itu (secara hitungan kasat mata).

Dulu saya mikirnya ribet amat! Kalau ada yang bisa dibuang seusai digunakan, kenapa harus pakai yang reusable? Sekarang terbalik. Kalau ada yang bisa dipakai kembali, kenapa pakai yang sekali pakai dan buang?

Alhamdulillah bersyukur sekali kenal konsep minim sampah di usia sekarang, meski telat, namun masih bisa pelan-pelan berubah. 

Selanjutnya apa?

Betul, kurangi sampah pembalut dengan pemakaian menstrual cup ini. 

Saya berani publish tulisan ini karena saya sudah menjalaninya selama dua period (bulan) ini. Belum menjadi nol sampah pembalut, tapi berkurang sangat banyak sampah pembalut sekali pakainya.

Untuk yang belum tahu, apa sih menstrual cup itu?

Dikutip dari hellosehat.com, Menstrual cup adalah alat kesehatan yang bentuknya seperti corong minyak, dengan ukuran lebih kecil dan terbuat dari silikon berbahan aman untuk tubuh. Alat ini digunakan untuk “menadah” darah selama menstruasi, mirip dengan fungsi pembalut.

Ya betul! mens cup ini memang bentuknya mirip sebuah corong. Seperti ini:

gambar

Pakai merk apa?

Saya pakai merk Organicup. Kenapa? Karena saya bertanya pada beberapa teman dan mereka merekomendasikan merk ini. Yap, sesimpel itu. Saya pun belinya di shopee setelah chat dengan penjual apakah produknya ready di Indonesia. Alhamdulillah saat itu sudah ada yang ready di Indonesia, jadi, buat orang yang kurang sabar menunggu paketan macam saya ini, cocok sekali beli merk Organic cup ini. 

Dua hari setelah saya membayar pesanan mens cup di shopee, saya pun menerima paketan itu. Kebetulan saya sedang kedatangan tamu bulanan. Jadi terpaksa seharian itu saya belum memakai mens cup karena saya masih di tempat kerja sementara paketan datangnya ke rumah saya. Alhamdulillahnya itu hari jumat, jadi saya bisa mencoba si organic cup ini pas hari libur.

Kok alhamdulillah?
Karena jujur saya masih parno! Haha...
Nggak kebayang saya lepas pasang mens-cup di toilet kantor untuk kali pertama. 

Terus gimana reviewnya?

Pas pertama pegang,saya merasa "INI KOK BESAR AMAT YA?!" pokoknya nggak kebayang bagaimana benda itu bisa masuk ke dalam V dengan lancar seperti di video. 

review organic cup


Saya juga merasa mens-cup yang saya pegang itu sangat kaku, keras. Saya pikir bahan silikonnya mirip dengan bahan silikon breastpump. Hahahaha.... Ternyata berbeda buibu.

Tapi in sya Alloh, aman ya. Saya sudah konsultasi dengan dokter kandungan favorit saya, dr. Riyana kadarsari. Awalnya saya baca postingan di instagram dan baca komentar salah satu DSOG yang menyatakan penggunaan mens-cup ini berbahaya karena bisa membuat lupa yang memakainya. Langsung saya konfirmasi ke dokri, ternyata beliau bilang aman. Beliau juga sudah memakainya selama enam tahun! Yeay! Merasa tambah aman karena praktisi kesehatan sudah mengakui keamanan produk ini. Alhamdulillah....
Beliau menjelaskan yang bahaya itu kalau malas mengganti. Misalnya ya, sampai seharian nggak diganti (dilepas untuk dibuang darahnya). Baru deh bisa mengakibatkan infeksi.

Ok, back to the review :)

Jadi, pas saya coba melipat si mens-cup sesuai dengan hasil browsing, jari saya langsung merasa pegal menahan bentuk lipatan sampai akhirnya dimasukkan ke dalam V. Terus saya putus asa dan langsung memutar kembali video cara memakai mens-cup. 

Oh iya, jangan lupa cuci-steril dulu ya sebelum dipakai ^^
Soalnya pas saya browsing lihat video yang mana abis buka dari wadah, langsung dicoba. Hiiii, jangan sampai ya! Jangan lupa juga untuk selalu cuci tangan sampai bersih sebelum melepas dan memasang mens-cup ini.

Video cara pemakaian (sumber: organicup.com)



Saya kembali mencoba memasang dan alhamdulillah setelah lebih dari lima belas menit akhirnya berhasil masuk. Itu pun kejadiannya malam hari saat semua penghuni rumah tertidur pulas. Percuma juga waktu itu saya teriak-teriak ke suami karena belum berhasil memakainya. 

Kuncinya: rileks. Tapi bagi saya rileks saja nggak cukup. Saya sudah benar-benar rileks tapi ternyata masuknya nggak semudah di video. Pelajarannya, saya lebih mengenal organ intim saya. Seperti yang disebutkan di beberapa artikel terkait mens-cup ini sih. 

Pas sudah terpasang, jari-jari tangan saya berhasil pegel semua. Pegel nahan lipatan sampai akhirnya si mens-cup ini terpasang. Setelah itu mikir tidurnya, takut kebablasan sampai pagi nggak bangun buat ganti. 

Alhamdulillah karena hari itu bukan heavy-flow, jadinya agak santai. Lalu kepanikan muncul lagi pas mau ngeluarin. Ya Alloh beneran lebih panik karena susah bener. Sampai nonton lagi video cara mengeluarkan menstrual cup dan akhirnya berhasil setelah (sama kurang lebih) lima belas menit berusaha. Wkwkwk... Itu pun sudah parno kalau-kalau hilang nggak kejangkau jari tangan saya. Apa kabar uang empat ratus ribu itu? XD

Bulan pertama, saya hanya pakai di hari-hari awal saja. Karena belum merasa nyaman. Selanjutnya masih memakai pembalut sekali pakai. Tapi jadi irit karena pakainya bukan pas heavy-flow. Nah, bulan kedua kemarin, saya pakainya agak lama, meski sudah lewat heavy-flow, saya masih pakai, dan ternyata sampai enam jam masih sedikit isian cupnya. Pelajarannya, saya jadi lebih tahu ritme menstruasi saya.

Oh iya, info dari dokter cantik Reisa, jangan sampai pakai menstrual cup lbih dari delapan jam ya. Jadi, kalau bisa, meski sudah lewat masa-masa heavy-flownya, tetap maksimal delapan jam harus dibuang dan dipakai kembali dalam keadaan bersih.

Dari cerita saya di atas, saya ulas review Organic Cup ya... Siapa tahu ada yang berniat beli dan masih bingung karena kurangnya review :)

Kelebihan :
  • Harga tergolong masih terjangkau, saya beli di harga 420 ribu rupiah. Pas ada cashback coin shopee dua puluh ribu pula, hehehe... Jadi lebih hemat.
  • Ada toko yang mempunyai stock di Indonesia, jadi nggak perlu nunggu lama dari waktu pembelian.
  • Aman, in sya Alloh.
  • Ramah Lingkungan. Bisa dipakai selama 10 tahun, coba dikalkulasi dengan sampah pembalut yang bisa dikurangi selama ini :)
  • Bebas cuci-cuci. Sebelumnya saya sudah membeli menstrual pad, dan nggak jadi dipakai karena mikir bakal ribet cucinya. Apalagi pas di kantor, akhirnya beli dan ditukar sama training pants si adek H (nggak mau rugi).
  • Bebas bahan kimia, karena menstrual cup ini didesaign tanpa bahan pemutih dan bahan pewangi buatan.
  • Nyaman, bisa dipakai untuk olah raga seperti lari dan renang. Kalau saya, jujur belum berani, karena kebetulan jadwal latihan renangnya bentrok dengan masa heavy-flow, parno aja kalau tembus.
  • Sama sekali nggak ada perasaan "wah, banjir, tembus nggak ya?" --- ini sih barang kali hanya saya yang masih punya perasaan ini setiap datang bulan.
  • Jelas ukurannya. Ada dua ukuran, size untuk yang sudah pernah melahirkan normal, dan untuk yang belum pernah melahirkan normal. In sya Alloh valid ya ukuran ini, maksud saya, nggak perlu ragu. Meski saya awalnya ragu sih, tapi ternyata pas sudah beli, hilang sudah keraguannya.


Kekurangan:
Sejujurnya nggak ada kekurangan. Hanya ada beberapa poin catatan:
  • Butuh kesabaran, karena ini proses penyesuaian, jadi jangan harap semua proses pasang-lepas itu gampang.
  • Kadang-kadang tembus, tapi menurut saya ini murni kesalahan dalam pemasangan. Soalnya beberapa kali pemakaian, saya nggak menemukan tembus sama sekali. Jadi, pas ada tembus, saya yakin itu karena salah posisi saja. Agar aman, saya pakai mens-pad (tepatnya pantiliner pad), jadi kalau pun tembus nggak akan sampai ke pakaian luar. 
  • Nggak berasa sedang menstruasi. Ini bisa membuat kita lupa dan akhirnya nggak ganti. Karena itu, saya gunakan pengingat di handphone saat tiba waktu ganti mens-cup. 
  • Hanya bisa dipakai untuk wanita yang telah menikah. Kalau ini sebetulnya ada beda pendapat ya, kalau ikut dokter Reisa sih lebih baik jangan pakai kalau masih gadis :*
  • Bagian ujungnya agak mengganggu, tapi bisa dipotong kok biar lebih nyaman.
Mmm.... apa lagi ya?

Mungkin dari saya itu aja sih. Yang pasti pemakaian menstrual-cup ini sangat-sangat mendukung konsep hidup minim sampah. Dan pastinya juga mendukung kita untuk lebih menyayangi dan peduli bumi kita ini kan? So, terima kasih sekali untuk produk ramah lingkungan ini. Alhamdulillah dipertemukan di usia sekarang. Semoga ke depan betulan zero waste dari segala sisi, aamin...

With love,

post signature




2 komentar:

  1. Duh, baru tahu soal menstrual cup. Nyimak saja soalnya saya KB pil dan jadwal mens secara penuh cuma 2 hari serta tak banyak.
    Bukan tak ingin pakai namun harganya belum terjangkau emak-emak golongan ekonomi lemah macam saya, he he.
    Yang jelas saya senang ada produk itu, kala dulu masih gadis mens-nya banyak. Dan setelah nikah lalu KB IUD menmya juga banyak sampai banyak pakai pembalut setiap bulannya.
    Semoga saja mens cup lebih populer sekarang ini, ya?
    Eh, salam kenal dari sesama emak KEB, kita promo pada hari yang sama, promo produk, hi hi. Saya promo situs jual beli mobil Seva. Main ke sana, ya? Hatur nuhun. :)

    BalasHapus
  2. Waahhhhh, aku antara pgn coba, tapiiii bayangin cara pakainya hahahaha. . Munkin parnonya krn hrs memasukkan sesuatu ke dlm vagina iti sih mba :p. Tampon aja aku ga berani pakai, pdhl kecil. Tapi iya sih, udh wktnya hrs mikirin masalah sampah pembalut yg skr :(

    BalasHapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.