10 Februari 2012

Seperti Mimpi

Bila kurenungi bahwa sekarang ini aku telah melangkah ke jalan ini, ingin rasanya aku menangis, apalagi jika ada soundtrack yg pas. hehehe...
Ya Alloh, ternyata, sekarang aku hampir menikah, tinggal menghitung bulan, oh...
Rasanya seperti bermimpi. bahkan Februari tahun lalu, aku tak mengira ataupun membayangkan kondisi seperti sekarang ini.
Aku ingin menangis, tapi aku tidak tau apa yang kutangisi. Mungkin memangis bahagia, mingkin menangis karena tak sadar telah memilih jalan ini. Ah, tidak! Aku menangis bahagia. Bagaimana tidak? Sebentar lagi aku akan menikah, akan menikah dengan laki-laki yang awalnya aku suka karena belum mengenalnya, dan kemudian jadi suka karena mengenalnya dan karena dia menyayangiku. Tapi kemudian berkali-kali galau karena bimbang, bimbang dengan sifat-sifat yang dia miliki, bimbang dengan cara dia menyayangiku, yang tidak seperti kekasihku yang dulu, bimbang karena sikapnya yang memang orang jawa timur, dan bimbang yang lain-lain.
Tapi,,,
setelah kusadari bahwa semua itu adalah cara dia mencintaiku, walau pun mungkin tidak seperti yang kuinginkan, tapi itu adalah bukti dia menyayangiku, dengan caranya. Dan aku tak mau menyesal untuk ke sekian kali. aku akan berusaha untuk mencintainya melebihi yang dia tau. meskipun terkadang ada saja hal yang membuatku geregetan dan hampir-hampir saja menyesali: ngapain aku mau sama orang seperti dia? Biasalah, itu emosi sesaat, kalau dituruti, pastilah aku akan benar-benar menyesal karena membuatnya sakit hati.
Hmmm,,,
kuhela napasku panjang-panjang,..
dan kututup sebentar mata ini,..
Kubuka, ternyata ini bukan mimpi, aku benar-benar akan menikah beberapa waktu lagi.
Dia sudah melamarku, memintaku pada ayah dan ibuku.
Oh Tuhan, kenapa aku masih saja serasa bermimpi.
Ini memang siang, tapi aku merasa mimpi di siang bolong.
Hmmmh...
Kemarin malam, aku menuliskan nama yang akan tercetak di undangan pernikahan kami. Salah satunya adalah nama ayahnya, seorang polisi berpangkat AKP. Aku pernah mendengarnya, tapi aku tak tau sejauh mana urutan pangkat dalam kepolisian.
Aku cari di internet, AKP adalah pangkat tertinggi pada perwira pertama, yang kepanjangannya adalah Ajun Komisaris Polisi.
Aku akan menjadi menantu pertamanya. Bayangkan! Betapa tidak, aku ini seperti bermimpi, akan menjadi menantu seorang polisi, yang pangkatnya AKP. mungkin belum seberapa jika dibandingkan dengan pangkat yang lebih tinggi. Tapi, bagi keluargaku, yang hanya berpemmimpin seorang pensiunan guru SD, yang sekarang hanya bisa melakukan aktifitas layaknya anak kecil, yang harus diladeni, dan beristrikan seorang pedagang kue yang menjajakan dagangannya di sebuah pasar tradisional dengan harga yang tak bisa , bersaing besanan dengan seorang polisi adalah hal yang membuat ibuku paling tidak menjadi rendah diri a.k.a minder. sama seperti dulu waktu besanan dengan pengusaha rokok di Kudus, mindernya minta ampun. padahal, bukanlah harta yang membuat kita bernilai tinggi,. Tapi yang namanya wong ndeso ya begitulah, sudah dinasehati tetap saja minder dan menganggap mereka yang kaya memandang sebelah mata orang yang kurang mampu. Oh Tuhan... memang susah kadang memberi nasihat kepada orang yang berpikiran sempit. Ya sudahlah...
begitulah, aku dan bahkan keluargaku serasa bermimpi, akan punya anggota keluarga baru yang bisa dibilang sangat ganteng, dan anak seorang polisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.