Bismillah, sebelumnya saya mau mengalirkan rasa dulu sebelum memulai review ini. Fiuhhhh...
Sampai detik review ini ditulis, sebenarnya saya belum full membaca dengan fokus diskusi siang tadi. Bahkan pas diskusi materi di hari-hari sebelumnya pun saya belum membaca hingga pagi tadi saat pengumuman akan ada PG 1 manggung, saya japri mbak Nur Hayati untuk menanyakan bentuk tantangan pada level 11 ini.
Kenapa? Karena load kerjaan lagi tinggi sekali di kantor. Menyita waktu dan pikiran, hingga pulang di rumah, family time, setelah anak-anak tidur nggak lagi online karena mata sudah nggak kuat dengan layar. Pelis jangan di depak dari kelas ya mbak Hamidah dan mbak Susi. Sungkem dulu
Alhamdulillah sore tadi mulai tercerahkan ada bayangan gimana tantangannya. Lalu, tadi mulai copas copas diskusi, ealah barusan baca bukan resume tapi review. Jiahahaaa.... untung baru dikit copasnya. Jadi mari mencoba scroll up untuk bisa mendapatkan review. Bismillah...
Dari diskusi siang tadi, banyak sekali ilmu yang saya dapat.
GENDER VS SEX
Pertama, tentang perbedaan sex dan gender. Betul bahwa sedari kecil kita tahunya ada 2 jenis kelamin. Jarang sekali kita menemui tanda atau pilihan lebih dari 2 itu. Yap, itulah yang namanya sex, mengacu kepada perbedaan jenis kelamin secara biologis. Nggak perlu dibahas lebih dalam ya, karena udah jelas pada tahu. Hihi...
Kalau gender sendiri lebih mengacu kepada pencirian kelamin melalui ekspresi, sikap dan sifat yang melekat pada kelamin seseorang. Mungkin lebih akrab dikenal dengan feminitas dan maskulinitas. Kalau di negara-negara yang sudah melegalkan gender lebih dari 2 yang normal, akan banyak ditemui tanda-tanda yang mungkin aneh bagi kita sebagai orang Indonesia. Ya alloh, nonton videonya jadi tambah kenceng doa buat anak-anak.
Eiya ini video yang saya maksud, cusss disimak baik-baik 😆
GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM
Nah, kalau dalam islam, laki-laki dan perempuan itu punya persamaan dan perbedaan. Oke, dari sini ternyata kalau ada yang bilang anak kamu laki-laki atau perempuan? Ah, sama aja mau laki-laki atau perempuan juga. Eits... simak dulu penjelasan dibawah ini 😁
Dalam islam, laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam kewajiban beribadah dan mendapatkan pahala. Dalilnya ada di surat Adh Dhariyaat ayat 56, An Nahl ayat 97, Annisa ayat 124, dan Ali Imron 195.
Perbedaanya apa? Banyak, misalnya secara kodrat sudah jelas beda. Perempuan ada udzur syari dalam beribadah seperti haid dan nifas sedangkan lelaki nggak ada. Hal lainnya adalam dalam kedudukan syariat. Misalnya masalah pembagian waris, lelaki sebagai qowwam bagi wanita, dan nilai persaksian misalnya.
Lalu bagaimana dengan perbedaan itu? Islam mengajarkan konsep keadilan gender, dimana lelaki dan perempuan saling melengkapi dan bersinergi serta saling membantu dan menjalankan peran masing-masing agar hidup ini seimbang. Jadi, bukan untuk saling berkompetisi untuk mendapatkan pemenang antara lelaki dan perempuan. Lihat QS Annisa ayat 32 😊
FITRAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Setelah memahami perbedaan gender, selanjutnya ada kaitan antara jenis kelamin dengan fitrah seksualitas. Peran gender atau fitrah seksualitas ini, menurut Fitrah Based Education (FBE) sifatnya kodrati. Maksudnya adalah melekat pada jenis kelamin.
Dalam buku Merawat Fitrah Anak disebutkan contoh, laki-laki itu fitrahnya berpikir secara logis supaya kelak mudah berinteraksi dengan dunia luar. Karena lelaki sebagai pemimpin (qowwam) membutuhkan kesadaran dan rasio sebelum bertindak. Lelaki yang sifatnya cenderung keras juga meruoakan bekal yang akan dipakai sebagai bekal ketika menjadi pemimpin keluarga yang akan melindungi keluarganya dari gangguan.
Sedangkan perempuan fitrahnya penuh kelembutan dan dominan perasaan yang digunakan sebagai bekal untuk merawat keluarga dan memenuhi kebutuhan anak.
Masya Alloh, baru sampai sini pemirsah...
Jarum jam menunjukkan pukul 21:35 😀
Intinya dalam islam itu kalau jenis kelamin perempuan ya sifatnya feminin. Penuh kelembutan, keibuan, penyayang, mengutamakan perasaan, sebagai bekal untuk menjalankan fitrah sebagai pendidik. Sedangkan fitrah lelaki adalah pemimpin, kepala keluarga, pemberi nafkah untuk keluarganya. Itulah mengapa melekat padanya sifat maskulin. Sosok yang harus kuat, tangguh, gagah dan mengutamakan logika.
Lebih jelas ringkasannya bisa dilihat pada gambar berikut ini yaah.
Nah, pertanyaan yang mungkin muncul adalah :
"Apakah laki2 harus 100% maskulin dan perempuan harus 100% feminin?"
Hmmm, coba bayangkan, kira-kira gimana ya kalau bapak-bapak itu cuma pakai 100% logika tanpa perasaan?
Atau bagaimana jadinya kalau ibu-ibu pakai 100% perasaan tanpa logika?
😁
Jadi, sudah terjawab dong ya pertanyaan pertama yang tadi muncul?
Mungkin ibu-ibu bakal baperan terus, yang bapak-bapak bakalan susah berlemah lembut sama istri dan anaknya.
Jadi, kesimpulannya, setiap jenis kelamin harus memiliki kadar maskulinitas dan feminitas. Ada pendapat yang mengatakan kadarnya 72% dan 28%
Misalnya saya wanita, kadar feminitasnya 72% kadar maskulinitasnya 28% dan sebaliknya.
Kalau Ustadz Harry Santosa berpendapat kadarnya 70% dan 30%
It is ok yaaah....
Karena pastinya kita sebagai istri juga senang kalau suami kita, sebagai pemimpin keluarga yang gagah berani, kuat dan perkasa tetapi mau juga berlembut lembut sama anak dan istrinya.
Daaan... Anak-anak pasti bahagia kalau ibunya yang lembut, sabar dan pengasih kepada mereka selagi membersamai di rumah, tetapi pas keluar rumah pakai motor ban motornya bocor bisa pakai logika buat mengatasi masalah ban bocor, nggak cuma cemas nangis tanpa mikir solusi.
Tullll nggak?
Ciyeeeeh.... semringah ❤
Oke, jadi jawabannya udah tau kan ya, kadarnya harus berimbang sesuai porsinya masing-masing.
Ini kalau saya tulis chat emak-emak di grup pas bagian ban bocor sungguh menghibur. Kalau ibunya 100% feminin bisa jadi mojok aja meratapi nasib kenapa ban motornya bocor, ada yang nyesel kenapa tadi belok kiri nggak kanan, kalau kanan bisa jadi nggak ketemu paku, dst dst, Hahaha....
EFEK GENDER DENGAN PERKEMBANGAN ANAK
Baikkk, kita lanjut ke pembahasan berikutnya. Bisa dilihat penjabarannya di infografis ini yah
Yappp, anak-anak sangat butuh kehadiran kedua sosok orang tuanya. Ya ayah ya ibu. Karena dari sosok ayah dan ibulah anak-anak mempunyai teladan dan contoh bagaimana seorang lelaki dan perempuan bersikap.
Hadirnya sosok ayah dan ibu dalam pengasuhanlah yang akan mengarahkan gender seorang anak.
Kalau nggak ada salah satunya bagaimana? Atau nggak ada dua-duanya? 😢
Seharusnya tetap ada pengganti sosok ayah dan/atau sosok ibu. Misalnya kakek dan paman (seperti Rasulullah SAW), atau nenek dan ibu guru yang mewakili sosok ibu misalnya.
Jadi, kalau misalnya ada anak lelaki yang lebih dominan feminitasnya, biasanya jika ditelusuri akan terlihat bahwa sosok ayah kurang atau bahkan tidak hadir dalam proses pengasuhannya.
Hadir ya, bukan sekadar ada.
Karena ibu itu mentransfer lebih banyak empati dan perasaan, dan ayah mentransfer jiwa kepemimpinan dan kebijaksanaan.
Ya Alloh, sampai sini aku jadi sedih teringat teman yang kadar feminitas dan maskulinitasnya kurang pas. Doa terbaik untuk mereka ya Alloh...
Sejatinya, baik anak laki-laki maupun perempuan butuh pengaruh dari ibu dan ayah. Jadi, jangan sampai karena kita merasa hebat lalu kita juga menjadi sosok ayah dalam kehidupan anak-anak kita.
So, sebagai orang tua, kita harus bisa saling mengisi dan mensupport satu sama lain supaya fitrah sexualitas anak-anak kita terjaga dan nggak menyimpang 😊
Karena anak melihat kegagahan dari sosok ayah dan melihat kelembutan dari sosok ibu ❤
Semoga Alloh mudahkan ya parents...
Tangsel, 8 Agustus 2019
Selesai pukul 22:27 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.