07 November 2012

Sholat dulu, Pak, Sholat dulu, Dek

Sudah lama ingin menulis tentang fenomena yang saya jumpai di masjid tempat saya dan suami saya biasanya singgah sholat maghrib dalam perjalanan pulang kantor.
Hmmm, entah bagaimana mau mengomentari apa yang kami lihat.
Mereka berpakaian rapi selayaknya orang hendak sholat. memakai baju koko, peci, sarung, tapi mereka berdiri menyambut para pengunjung masjid yang datang menggunakan kendaraan bermotor. Mereka sudah menyiapkan pula karcis parkiran, baik untuk  motor maupun mobil. Sampai adzan selesai, mereka masih berada diluar masjid, lho kok saya tahu? Karena ternyata mereka sholat maghribnya ikut gelombang ke-sekian, yakni tak bersama imam masjid tersebut. Ketika jamaah sudah mulai sepi dan selesai sholat maghrib berjamaah. Entah ini untuk pertama kalinya, atau memang kebiasaan mereka seperti itu. Sejauh ini sih, kalau kami tak mampir di masjid tersebut, meski sholat berjamaah sudah dimulai, kami melihat mereka masih berada di area parkir masjid.
Inilah fenomena yang terjadi, saya pikir, kalau parkir masjid seperti itu, hukumnya "sunnah" memberikan uang parkir sebagai infaq atau sedekah, yang biasanya ada kotak-nya.
Tapi ternyata lain, ada karcis, ada pemberi karcis, yang selalu setia menyambut kedatangan dan kepergian para jamaah dari luar. Karena lokasi yang strategis dan nyaman, masjid ini kerap dikunjungi banyak sekali pekerja yang pulang dari kantor, bahkan untuk langganan.
Entah niat mereka sholat berjamaah atau untuk sekadar menjadi tukang parkir yang sholat, wallohu a'lam. Hanya mereka yang tahu.
Semoga saja niat mereka baik, walaupun yang terlihat adalah seperti saya ceritakan.
Kadang, ketika saya lewat, dalam bathin slalu berkata "pak, adek, sholat dulu, parkirannya ditinggal sholat dulu biar ikut sholat berjamaah sama imam."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.