24 Februari 2020

Menghentikan Anak Tantrum dalam Hitungan Menit


Judul postingannya agak lebay ya, tapi cerita yang akan saya tulis ini beneran works deh buat anak kedua saya yang tantrum -usianya sebentar lagi 3 tahun-. Tapi, tantrumnya berada di level menangis
kencang sambil ngomong kenceng nggak terima keadaan sampai keselek dan batuk, bukan yang sampai ngguling-ngguling dilantai. Dan, tempatnya di rumah, belum dicoba kalau diluar rumah karen nggak pengen juga sampai tantrum di luar rumah ya.

Kisah ini bermula dari adek Hanum yang menangis dua kali karena belum bisa menerima kenyataan kalau jatah waktu screentimenya habis dan kenyataan HP saya ambil karena nggak ijin dulu saat meminjam.

Oiya, lupa cerita kalau kamis lalu saya pulang cepat karena ada visit dan selesai sore. Jadi, waktu makan sore itu saya sudah ada di rumah bersama anak-anak.

Cerita pertama dulu ya.

Sore itu saya kasih bonus screentime ke Adek dengan mempertontonkan video Nusaa-Rara seperti biasa. Saya sudah bilang rulesnya, kalau ada suara adzan berhenti screentimenya. Adek pun setuju, namun saat adzan berkumandang, adek menangis kencang karena masih ingin nonton. Iya nangisnya sampai batuk keselek begitu, hehehe...

Pelajaran untuk saya, biasakan sebelum adzan maghrib dengan kegiatan positif tanpa screen. Ok, noted.

Lanjut

Sambil menangis kencang, adek memanggil Bude dan papahnya agar segera menolongnya. Ibun (panggilan selanjutnya untuk saya) nggak dipanggil sama sekali karena dalam kejadian ini ibun seperti musuh, ya dek 😅

Lalu, ibun bilang ke adek.

"Adek, adek mau apa panggil papah? Mau bilang adek pengen screentime?"

Adek setengah menganggukkan kepala.

Lalu, saya pun simulasikan kondisi bila papahnya beneran saat itu datang dan adek bilang ke papahnya tentang keinginannya. Pokoknya saya tirukan suara papahnya plus mimik wajah yang memang "papahnya banget". Peran saya ada 2 yaitu sebagai Adek Hanum dan sebagai papahnya.

🧕 Nanti begini ya, dek? Kalau papah dateng?

👧 Papah, adek mau screentime lagi.
👨‍💼 Hah? Screentime lagi? Emangnya tadi adek screentime?
👧 Iya
👨‍💼 Lhoh! Kan ini hari Jumat, bukan jadwalnya screentime.
👧 (mikir)
👨‍💼 Tadi adek dikasih bonus screentime ya sama Ibun?
👧 (Menggangguk)
👨‍💼 Kalau gitu, alhamdulillah dong. Kan harusnya screentime Rabu, ini jumat dapat bonus.
👧 (tersenyum)
👨‍💼 Udah berayukur belum dapat bonus screentime dari ibun?
👧 (menggeleng)
👨‍💼 Kalau gitu yuk kita bersukur dulu.

Alhamdulillah...

Tau nggak?
Percakapan belum selesai, adek sudah tertawa terbahak-bahak mencerna isi percakapan sambil melihat saya menirukan mimik wajah dan suara papahnya.

Mbak Rizma juga ikuta tertawa bersama.

Masya Alloh, tabarokalloh...

Sekarang cerita kedua.


Foto di atas adalah foto sekian detik sebelum Adek H menangis kencang karena HP yg sedang buat selfie diambil ibun. Peristiwanya waktu saya sudah selesai sholat maghrib.

Adek belum ijin meminjam HP dan sebelumnya sudah bonus screentime diluar jadwal seperti yang saya ceritakan di cerita pertama.

Pas HPnya saya ambil, menangisnya nggak kalah kenceng sama teriakannya, sampai Adek keselek saking hebohnya nangis.

Pertama, yg ibun lakukan adalah tetap dalam emosi netral. Jangan sampai ketularan gegara adek nangis kenceng, trus marah-marah/malah karena nggak tahan suaranya, biar diem HPnya dikasih lagi.

Kedua, ibun bantu adek berpindah posisi, dari berdiri menjadi duduk & tawarkan minum krn dia terlihat butuh minum (kemarin sekaligus duduknya bergeser dari tempat ia berdiri saat nangis), ini sebenarnya sudah Nabi ajarkan dalam sabdanya tentang marah ♥️

Ketiga, setelah Adek mau minum, ibun ajak adek menoleh ke posisi awal dia menangis. Ibun kenalkan Adek dengan sosok "Annisa" (nama depan Adek)

Dek, liat deh, ada Annisa disitu lagi nangis. Kita ajak ngobrol yuk 👧 (ibun berperan dua suara, suara ibun dan suara Annisa, lalu ngobrol sendiri):

🧕 Annisa, annisa nangis karena kesel ya HPnya diambil ibun?
👧 iya
🧕 Oh... emang itu HP siapa?
👧 ibun
🧕 Annisa udah ijin pinjem?
👧 belum
🧕 Kalau gitu, boleh nggak kalau memakai HP ibun tapi belum ijin?
👧 Nggak boleh
🧕 Jadi, seharusnya Annisa gimana?
👧 ijin dulu ke ibun kalo mau pinjem HP
🧕 Ok, sepakat ya.
🧕 Terus, adek kan tadi udah bonus screentime. Alhamdulillah adek dapat bonus. Kan screentime Adek bukan hari ini.

Sampai situ Adek H yg mendengarkan percakapan kami berangsur diam nangisnya. Alhamdulillah...

Melalui mendengarkan percakapan tadi, Adek jadi jalan logikanya (artinya emosi juga menurun, dibuktikan dengan mereda tangisannya) dan adek sudah siap untuk diajak ngobrol lebih lanjut.

Alhamdulillah...

Senang sekali rasanya berhasil mengaplikasikan ilmu dari Enlightening Parenting yang saya modif sendiri karena subjeknya bukan saya, melainkan anak perempuan yang belum genap 3 tahun.

Mudah-mudahan kita semua para orang tua, dimudahkan dalam tetap menetralkan emosi kita saat anak-anak kita mengalami emosi sehingga kita dapat membantu mereka menyelesaikan emosinya.

Aamiiin...

20022020

Baca Juga : Parental Coaching dan Dissosiasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.