04 Maret 2016

Semangat melangkah ke tahapan usia berikutnya

Rasanya sudah lama sekali ngga menulis, apalagi tentang perkembangan Rizma. Dulu pernah baca postingan teman yang bertekad akan mencatat setiap perkembangan anaknya karena ternyata pas mendaftar sekolah ditanya. Bersyukur karena pernah di fase mencatat setiap perkembangan anak karena sering ada yanag tanya "Rizma mulai ini pas kapan, lok? Alhamdulillah bisa menjawab, tapi ternyata ngga bisa istiqomah menulisnya. Masih inget sih, kapan Rizma mulai bisa menggil bunda, tapi ingatannya sebatas sekitar usia ... bulan. Ngga bisa tepat, semoga ingatannya terus menempel sampai tua kelak. Iya karena mama mertua saya setelah menjadi nenek selalu menyambung-nyambungkan cucunya dengan anaknya dahulu (baca: bapaknya cucunya). Nah kalau ngga ingat
masa kecil anak sendiri terus siapa yang mengingatnya? Ah... Subhana man laa yanamu wa laa yashuu..

KPSP, sudah berapa KPSP yang terlewatkan? Maafkan, nak. Ini dirapel dari usia terdekat deh ya, alhamdulillah sudah lulus semuanya. Katanya membanding-mbandingkan anak kita dengan anak lain itu ngga boleh, tapi membandingkan dengan parameter untuk usia tertentu boleh (bukan dengan perorangan anak lain). Misalnya menggunakan tabel KPSP ini. Bisa juga dengan parameter dari Kemendikbud. Sayang sekali yang ini amat sangat panjang dan belum sempat edit-edit. Nanti kalau ketemu link-nya saya share di sini yah. 



Untuk yang belum menemukan dimana KPSP ini, bisa dilihat di link ini ya :) 

Ah, hari ini kamu tepat 3 tahun, nak. Masya Alloh, Alhamdulillah, dan terharu. Barokalloh sayangku, doa terbaik dari bunda untukmu. Mungkin yang tak tertulis disini tetap bunda pintakan kepada Yang Maha Kuasa. Semoga Rizma sehat selalu, tambah pinter, tambah pengertian dan perhatian, tambah pemberani, tambah baik hati, tambah lemah lembut, dan semoga kelak menjadi anak sholehah yang disayangi Alloh. Bunda masih belum putus berharap Rizma jadi hafidzoh, meski bunda bukanlah hafidzoh yang bisa kapan saja melantunkan ayat-ayat suci Alqur'an dimana pun.

Alhamdulillah di usia tiga tahun ini rizma sudah:
  • hafal beberapa surat pendek seperti Alfatihah, An-nas, dan Al-falaq. Pernah baca postingan cara agar sedari kecil anak mengenal Alqur'an -selain yang dibacakan sedari hamil- yakni dibacakan satu pagi, siang, sore, malam, sekali dibacakan diulang 3x. Mungkin saat hari pertama, kedua, dan ketiga, anak belum bisa mengucapkan. Tapi anak akan merekam apa yang didengarnya. Bersabarlah dan tunggulah ia memberi kejutan berupa hafal surat-surat yang diperdengarkan ibu/ayahnya. Bila sudah satu surat bisa, ibu/ayah bisa perdengarkan surat selanjutnya.
  • hafal beberapa doa harian, seperti: doa mau makan, mau tidur, bangun tidur, naik kendaraan, doa ketika hujan, doa sholat dhuha (yang ini cuma babauka-babauka katanya, ngga apa ya nak dengerin terus, insya Alloh lama-lama hafal).
  • ada kalanya sudah tertib sholat (diam, ngga kabur, dan mengikuti keseluruhan gerakan sholat). Tapi kaburnya juga banyakan, bila ada buibu yang anaknya seperti itu, you're not alone kok. Hehehe...). Yang saya ketahui adalah, yang penting kita ciptakan suasana nyaman dalam beribadah bagi anak dan beritahu bahwa bila ada orang sedang beribadah ngga boleh diganggu dengan cara ... ... dst). Alhamdulillah kadang suka bangun tidur dan minta sendiri untuk sholat shubuh. Tau sendiri ya, anak-anak kadang diajak malah menolak.
  • sangat perhatian, masya Alloh. Semoga bunda dan papahmu selalu bisa menjaga sikap untuk memberi tauladan yang baik ya, nak. Pagi-pagi bila ada yang bersin, selalu ditanya: bunda/papah kedinginan? Nih tisunya (sambil ambilkan tisu). Kalau bunda garuk-garuk, langsung ditanya: bunda kenapa? gatel? Sini digarukin (sambil betulan garuk-garukin seadanya tenaga). Kalau melihat bundanya terisak, bunda kenapa? Bunda kok sedih? Nih tisunya. dan seterusnya hingga kalau bundanya ngantuk saat ia bersemangat mainan. Bunda kenapa kok ngantuk? Iya, nak, capek, ngantuk. Boleh tidur ngga bunda? Ngga boleh, bolehnya mainan aja sama Rizma *terharu sekaligus lap keringat* tapi dengan memberi pijatan-pijatan kecil dengan harapan capek dan ngantuknya ilang (kali ya).
  • sangat pengertian. Ada kalanya bundanya sangat lelah dan ia bermain mandiri. Kalau mainnya sudah selesai, baru laporan. Liat bun, liat, aku bikin ini ... dst. Kalau bundanya mau kerja, memang ada kalanya ngga mau melepas, nangis-nangis, tapi sering berakhir dengan: Tapi nanti bunda pulang lagi? Bunda ati-ati yaaa... kemudian senyum dengan air mata masih menggantung di ujung mata. Pengertian juga dengan teman-temannya, mau meminjamkan mainan dan bergantian, bahkan mengalah kepada yang lebih besar. 
  • sering kali menjadi pengingat. Saat adzan berkumandang dan kami masih bercakap-cakap, selalu Rizma jadi yang pertama mengingatkan: Sssst, ngga boleh ngomong, ada maghrib (mungkin maksudnya ada orang adzan). Pun saat bundanya ceroboh dan hampir jatuh, selalu mengingatkan: makanya bunda pelan-pelan. Deuh, makasih, nak. Iya ya, bundanya yang mengajarkan adakalanya lupa dan saat itulah ilmu yang kita ajarkan ke anak kita diamalkan olehnya. Masya Alloh, harus terus belajar menjadi tauladan yang baik.
  • sudah mulai taat aturan sekaligus membantu pekerjaan bunda. Setelah sholat, karena memang awalnya ajakan saya yang mearik Rizma agar mau melipat mukenanya, sampai sekarang alhamdulillah selalu melipat mukenanya meski masih dengan bantuan saya. Kecuali memang sedang ngga mau, ya sudah ngga usah dipaksa. Kalau mau juga ngga usah disuruh melipat sendiri. Aturan meletakkan baju atasan (yang sudah selesai disetrika) di lemari nomor 3, celana/bawahan di nomor 2, sudah mulai dilakukan meski dengan instruksi: ini nomer 2 ya, ini nomer 3. Aturan untuk selalu membereskan mainan setelah bermain, yang ini harus terus diingatkan. Namanya anak-anak, setelah bermain mainan A, ingin bermain mainan B, mainan A masih berserakan di lantai. Its okey, tapi kalau sudah mainan A, B, C, D berserakan. Saya larang Rizma untuk bermain mainan E sebelum mainan A, B, C, D dibereskan. Tentunya harus putar otak agar kegiatan membereskan mainan selalu menarik dan menyenangkan. 
  • semakin mandiri. Akhir tahun 2015 lalu saya membaca buku Bunda Sayang dari IIP (Institut Ibu Profesional). Belum selesai sih sampai sekarang, soalnya, isinya ada semacam tips gitu untuk membentuk karakter anak, kemudian saya lanjut praktik dan belum membaca kelanjutannya. Disana ada disebutkan kurang lebih bahwa anak kita ngga boleh kita biarkan terus-menerus tergantung pada kita. Mereka harus kita persiapkan menjadi anak yang mandiri. Salah satu caranya adalah dengan menempel stiker bintang ketika anak berhasil melakukan aktivitasnya secara mandiri. Alhamdulillah, dengan cara ini, semakin hari semakin mandiri. Menjelang awal tahun 2016 hingga akhir bulan Februari kemarin, bintang yang Rizma tempel semakin banyak. Dan alhamdulillah bulan maret ini tanpa tempel bintang Rizma masih melakukan beberapa aktivitasnya dengan mandiri. Misalnya, mau pakai baju-celana, ngga mau dibantuin. Mau pakai sendiri biar dapet bintang. Tapi setelah itu, ngga nagih nempel bintang. Saya bilang aja, bintangnya di hati ya (sambil nunjuk posisi hatinya). Dan itu ditirukan olehnya, oke mungkin ada yang ngga setuju dengan sistem ini. Tapi its work untuk Rizma, alhamdulillah. Semoga semakin hari semakin mandiri ya, nak. Masih PR nih makan sendiri, iya sering minta, tapi karena lama dan sering sambil bermain, bundanya yang kalah akhirnya nyuapin (padahal menegakkan aturan adalah salah satu kesabaran sebagai ibu, aduh payah). Satu lagi, melepas kaos dan cebok sendiri, agak susah ya memang kalau kaos dan cebok (terutama saat BAB). Baca-baca sih usia 4 tahun tangan mereka sudah mencapai batas untuk cebok sendiri. Kaos karena pas ngangkat ke atasnya yang kesulitan, selalu berusaha sambil bilang, ih kok susah sih bun. Jadi masih selalu dibantuin. Kalau kancong alhamdulillah lepas-pasang sudah mulai bisa (sayang sekali bajumu kebanyakan kaos non kancing, akhirnya kalau papahnya pakai kemeja dikancingin sama Rizma. LOL).
  • sudah mulai mengerti instruksi bunda saat menasihatinya kala ia tantrum. Alhamdulillah Rizma belum sampai ke fase guling-guling nangis di tempat umum. Sebelum ke fase itu, saya mempersiapkan diri dengan ilmu tentang tantrum (salah satunya dari sini) agar ngga sampai kejadian. memang adakalanya anak malah pasang tindakan penolakan. Padahal dia sudah tahu aturan sebenarnya. And, I'm not alone. Buibu lain ternyata sama, alhamdulillah kalau ada yang senasib jadi bisa saling sharing bagaimana mengatasinya. Saya juga sempat mengikuti seminar yang membahas tentang emosi anak. Bagaimana mengatasi anak saat sedang marah. Alhamdulillah ilmunya bisa langsung diterapkan (semoga stok kesabaran saya bertambah terus menerus seiring bertambahnya tanggung jawab, amin).
Selamat, sudah melalui fase The -Amazing- Two. Welcome Amazing Three.. ^^
Yes, amazing buat saya. Karena terrible terlalu mainstream XD

post signature

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.