10 Maret 2016

TB pada Anak (Part III)


Baca juga Part I dan Part II nya:)

Sudah lama memang sejak mendapat second opinion. Sebetulnya ingin mencari third opinion. Biasalah, weekend sok banyak agenda ataupun dilanda kemalasan keluar rumah. Akhirnya sabtu kemarin sampai juga ke dr. Waldi untuk check up sekaligus imunisasi yang tertunda sekian tahun dan
juga tanya tentang hasil lab TB kala itu.

Singkat cerita, ngga perlu saya tunjukkan hasil lab-TB-nya beliau sudah menyatakan rizma "kena TB" hanya dengan mengetahui diameter hasil tes mantoux. Penjelasan beliau cukup kami mengerti. Intinya, jika hasil mantoux seperti rizma (yang menuut beliau positif atas dasar kesepakatan para dokter anak) dan anaknya fine-fine aja ngga ada gejala seperti anak sakit TB, maka si anak 'kena TB.' Tapi, kalau hasil mantoux positif dan si anak mengalami gejala TB (terlihat ngga sehat dan gejala lain) maka si anak 'sakit TB.' 

Nah kalau rizma tergolong kena TB karena si anak fine-fine aja sampai sekarang, alhamdulillah ngga ada batuk demam yang sampai sebulan dan nafsu makan pun amat bagus. Beda diagnosa beda juga obatnya. Untuk kena TB obatnya sirup Phyravit -rasa jeruk- yang dulu pernah diberikan dr. Siti selama sebulan sebelum tes mantoux kedua. Sedangkan untuk sakit TB obatnya yang tablet warna kemerahan itu, pahit. 

Kali ini, kami rasanya sreg dengan dokter anak yang suka dengan segala hal tentang Bali itu. Sudah hampir sebulan Rizma minum Phyravit. Semoga sehat-sehat terus dan selesai sampai 6 bulan pengobatan ya, nak. Amin


PS: Mengenai diagnosa TB, ternyata ngga mudah untuk dikatakan IYA sakit atau NGGA sakit. Kena atau ngga juga semuanya tergantung siapa dokternya. Agak sedih juga, kenapa masalah penyakit TB ini diagnosanya terlihat ngga ada kesepakatan.

2 komentar:

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.