16 Desember 2015

Melatih Kesabaran Orang Tua (Khususnya Ibu)

source
Beberapa hari yang lalu saya streaming ilmu bagaimana melatih kesabaran bagi orang tua (khususnya ibu) dari teh kiki (Kiki Barkiah, penulis buku 5 Guru Kecilku yang terkenal itu)

Nah, saya mau sharing disini mengenai sabar yang dijelaskan beliau.

Jadi, menurut beliau sabar itu bukanlah sifat atau karakter. Sabar itu bisa diusahakan, dan semua orang punya potensi untuk sabar dan untuk ngga sabar. Salah dong ya kalau ngejudge: "Saya mah orangnya ngga sabar!" (Astaghfirulloh)

Nah, terus gimana sih biar bisa sabar sama anak-anak?
Terutama saat anak-anak sedang 'berulah' dan memancing kemarahan kita sebagai orang tua, khususnya sebagai ibu.

Level kesabaran orang tua kepada anak-anaknya akan berbeda, biasanya tergantung dari beberapa hal berikut:
  • Kesadaran akan amanah.
Orang tua yang sadar bahwa anak adalah amanah yang dititipkan Alloh, tingkat kesabarannya akan berbeda dengan orang tua yang ngga sadar akan hal ini. Semua anamah/titipan, selayaknya kita jaga dengan sebaik-baiknya, karena kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Pemberi amanah. 
  • Kesadaran akan perintah.
Dalam Q.S At tahrim ayat 6 disebutkan:
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharaalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras; yang tidak durhaka kepada Alloh terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalumengerjakan apa yang diperintahkan."
Orang tua yang sadar akan perintah menjaga keluarga dari api neraka, tingkat kesabarannya akan berbeda dengan orang tua yang ngga sadar akan perintah Alloh yang satu ini.  
  • Anak sebagai karunia vs Anak sebagai beban.
Ada orang tua yang menganggap anak-anaknya adalah beban hidup, yang mendorong orang tua akan semakin terbebani dan mudah marah dengan semakin banyak anak atau ketika anak banyak berulah. Beda halnya dengan orang tua yang menganggap anak sebagai karunia Alloh dan ladang ibadah, yang cenderung lebih sabar dalam mengasuh anak-anaknya.
  • Nikmat bekerja vs Stress bekerja.
Orang tua yang menikmati pekerjaanya, akan berbeda tingkat kesabarannya dengan orang tua yang selalu stress saat bekerja. Pulang-pulang bukannya bahagia melihat anak-anak, justru melampiaskan masalah di kantor dengan marah-marah kepada anak. 
  • Lapang vs Sempit.
Orang tua yang lapang dalam kondisi ekonomi, maupun lapang dalam beban pikiran atau apa pun, akan menghasilkan tingkat kesabaran yang lebih tinggi dibanding orang tua yang sedang berada dalam keadaan sempit (baik kondisi ekonomi maupun beban pikiran).
  • Pemahaman ilmu pengasuhan anak.
Banyak sekali ilmu tentang pengasuhan anak, bahkan saking banyaknya kita sebagai orang tua ngga boleh berhenti belajar. Sama halnya dengan anak-anak kita yang senantiasa belajar. Orang tua yang kurang memahami ilmu pengasuhan anak biasanya level kesabarannya lebih rendah dibanding mereka yang banyak memahami ilmu-ilmu pengasuhan anak. 
  • Lingkungan pengasuhan yang sevisi.
Lingkungan pengasuhan anak haruslah sevisi dengan apa yang kita rancang. Hidup terus-menerus dengan keluarga besar yang berbeda visi pengasuhan hanya akan menimbulkan banyak gesekan/konflik kepentingan yang menyebabkan level kesabaran kita akan tipis. Boleh kok kita berinteraksi dengan keluarga lain, asal ngga dalam jangka waktu yang lama atau sampai menyebabkan anak bingung dengan gaya pengasuhan yang berbeda.
  • Prima vs Lelah
Orang tua yang lelah biasanya akan mudah tersulut emosinya ketika anak berulah/menurutnya mengganggu. Beda halnya dengan orang tua yang bertemu anak-anak dalam kondisi prima dan siap beraktivitas bersama anak-anak.
  • Jadwal aktivitas anak yang teratur vs ngga teratur
Anak-anak yang memiliki jadwal aktivitas yang teratur biasanya sudah memiliki berbagai aktivitas dalam kesehariannya sehingga waktu untuk 'berulah' lebih sedikit dibandingkan anak yang jawdal aktivitasnya ngga teratur. 
  • Pengaturan waktu vs Dikejar deadline
Orang tua yang pandai mengatur waktu akan memiliki level kesabaran yang lebih tinggi dibanding orang tua yang sedang diburu oleh deadline. 
  • Kondisi/cuaca
Misalnya, lingkungan rumah yang crowded akan membuat anak mudah frustasi sehingga mudah berulah dan memancing kemarahan orang tua. Begitu juga dengan cuaca, misalnya cuaca yang panas akan membuat anak merasa ngga nyaman dan mudah berbuat kekacauan.
---

Kesimpulan dari saya, supaya kita bisa sabar kepada anak-anak, maka sebisa mungkin kita sebagai orang tua berada dalam keadaan dimana level kesabaran kita bisa tinggi. Misalnya, dengan cara:
  1. Sadar bahwa anak adalah amanah Alloh, karunia Alloh, dan ladang ibadah untuk kita sebagai orang tuanya, insya Alloh akan menambah level kesabaran kita dibanding saat kita ngga sadar akan hal-hal ini.
  2. Jangan bawa masalah dalam pekerjaan ke rumah. Kantor ya kantor, rumah ya rumah, tempat untuk berkumpul dengan keluarga. 
  3. Usahakan kita menemui anak dalam keadaan prima dan ngga sedang dikejar deadline. Atur waktu sebaik-baiknya, terutama bagi orang tua dengan banyak deadline menanti. Bagi ibu bekerja, biasanya ketemu anak sepulang kerja saja sudah seneng yah. tapi kalau lapar membuat kita mudah emosi, sebaiknya kita makan dan bebersih dulu sebelum full berinteraksi dengan anak. Insya Alloh kondisi badan yang segar akan membuat kita siap menemani aktivitas anak.
  4. Kondisikan yang terbaik senyaman anak-anak, baik tempat maupun aktivitas anak-anak saatbermain. Misalnya, untuk anak-anak yang mudah keringetan saat udara panas, maka ajaklah bermain di ruangan ber-AC.
  5. Perbanyak dan terapkan ilmu pengasuhan anak. Orang tua yang tahu alasan kenapa anak tantrum misalnya, maka akan mudah baginya untuk menganalisis bagaimana cara agar anak terhindar dari tantrum. Atau dalam kata lain, lihat lebih dalam motif/alasan perbuatan anak.
  6. Komunikasi yang baik. Entah dengan anak atau dengan pasangan, entah waktu komunikaisnya, entah gaya komunikasi dan cara penyampaiannya. Karena keluarga adalah sebuah organisasi yang mempunyai visi misi tertentu, dimana untuk mencapai visi misi keluarga diperlukan komunikasi antar anggota organisasinya
Nah, ternyata sabar itu banyak macamnya. Termasuk dalam hal ini adalah sabar dalam menegakkan aturan (konsisten).

Mudah-mudahan yah kita sebagai orang tua diberikan kekuatan untuk terus sabar dalam mendidik titipan Alloh yang sejatinya mempunyai fitrah-fitrah kebaikan. Amin...

Seperti kata Ibu Septi Peni dari IIP:
Salah satu tugas utama kita dalam mendidik anak-anak adalah menjaga fitrah yg dibawanya sejak lahir, berkembang dengan baik bersama kita.
Ada 4 fitrah anak yg dibawa sejak lahir :
a. Fitrah Iman
b. Fitrah Belajar
c. Fitrah Bakat
d. Fitrah Perkembangan
Anak yang fitrah keimanannya bangkit, maka anak akan beriman seumur hidupnya.
Anak yg fitrah belajarnya berkembang, maka kitapun tidak akan bisa menghentikan "rasa ingin tahunya".
Anak yg fitrah bakatnya muncul maka ia akan cepat menemukan misi spesifik hidupnya. Sehingga menjalani hidup dg bahagia.
Anak yg fitrah perkembangannya tumbuh dengan baik, maka akan muncul anak-anak yg selaras antara aqil ( kematangan psikis) dan baligh (kematangan fisik)
Pendidikan itu tidak bisa digegas, dijejalkan dan dipaksakan.
Jadi kuncinya hanya 5 huruf
S    A   B    A    R




6 komentar:

  1. aku ini harus melatih kesabaran juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama juga mba, semoga kita bs jd ibu yg selalu sabar ya mba. amin

      Hapus
  2. Subhanallah... Merinding aku bacanya, makasih bunda untuk sharenya :)

    BalasHapus
  3. Sy kdg sabar kdg enggak tp gemes kalo melihat anak kecil.

    BalasHapus

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.