30 Juli 2018

Tahapan Belajar Membaca untuk Anak Usia Dini


Bismillah…
Jumat pagi tadi saya di japri mba fitri, salah satu pengurus Ibu Profesional Tangsel, untuk mengisi Jumat hangat pekan ini.
Sebelum mengiyakan tawaran mba Fitri, saya sempat bingung mau sharing apa untuk jumat hangat nanti. Karena jumat hangat sebelumnya, nggak hanya perkenalan tapi juga ada materi yang dibagikan.
Karena Rizma -Alhamdulillah- baru saja bisa membaca -masih yang sederhana, dan masih terus belajar karena belum lancar-, saya memutuskan untuk sharing tahapan belajar membaca untuk anak usia dini. Sebetulnya
ada ide lain yang akan di sharing, yaitu tips membuat jadwal harian anak untuk homeschooling atau home education. Tapi rasanya lebih nyaman sharing tahapan membaca untuk anak-anak.
Bukan, bukan mau ngajak debat masalah membaca untuk anak usia dini, saya hanya mau sharing bagaimana tahapan hingga akhirnya Alhamdulillah Rizma sekarang mulai bisa membaca dan menulis. Kalau ada yang nggak setuju dengan membaca untuk anak usia dini, saya menghargai & mohon maaf kalau kurang berkenan ya…


Jujur, saya termasuk bukan golongan ibu yang setuju anak kecil diajari membaca dengan cara duduk diam seperti di sekolah-sekolah TK/bahkan paud/kalau jaman saya kecil dulu sih SD. Dimana pembelajaran membaca itu secara abstrak, langsung kepada buku dan alat-alat tulis. Nggak peduli anaknya senang atau bosen, pembelajaran tetap dilanjutkan karena itu jam belajar mereka di sekolah. Tapi saya setuju dengan dibolehkannya mengajarkan membaca asal anaknya mampu (perkembangannya sudah sesuai usianya), dengan cara yang menyenangkan, tidak memaksa, dan memahami bahwa anak usia 0-7 tahun itu butuh eksplorasi secara konkret dan diberikan kesempatan untuk hands-on dalam memahami suatu konsep.
Jadi, dalam tahapan membaca ini saya menggunakan benda nyata (real) untuk proses belajar.  Karena anak usia dini akan mengerti suatu konsep bila mereka dapat menyentuh, meraba, dan melihat langsung objeknya.
Oke, saya mulai langsung saja ya tahapan-tahapannya. Agar jelas, akan saya berikan contoh dengan gambar.


Tahap pertama, pengenalan huruf
Tak kenal maka tak sayang. Hehe… jadi, pertama kenalkan dulu anak-anak pada huruf.
a. Pengenalan Nama huruf
Ada banyak cara untuk mengenalkan huruf kepada anak. Diantaranya:
  1. Menempelkan huruf di dinding/pintu kulkas, agar terlihat setiap hari, sambil kita kenalkan nama huruf tersebut. Nyicil, jangan langsung A-Z, missal 5 huruf dulu ditempel di lokasi yang berbeda. Kalau sudah kenal, baru ganti dengan huruf selanjutnya.
  2. Mengenalkan 1 huruf sehari, dengan contoh benda yang mempunyai huruf awal huruf tersebut. Misal hari ini mengenalkan huruf A, maka ibu sediakan huruf A dan benda yang berawalan huruf A seperti apel, miniatur ayam, dan sebagainya. Besoknya huruf B, maka ibj sediakan huruf B dan benda yang berawalan huruf B seperti buku, bola, baju, dan benda lain yang berawalan B.


Masih banyak cara lain untuk mengenalkan nama huruf kepada anak-anak. Dua contoh di atas hanya contoh, yang menjadi catatan adalah kegiatan ini dibungkus dengan permainan yang menyenangkan.
b. Pengenalan Bentuk huruf
Dalam mengenalkan bentuk huruf, huruf yang dipakai kalau bisa yang bisa diraba anak-anak. Misalnya yang termudah adalah huruf yang dibelakangnya ada magnet yang bisa ditempel di kulkas (magnetic alphabet) atau huruf yang ada di puzzle alphabet, atau bisa juga dengan huruf dari kain flanel, sehingga anak mengenal bagaimana bentuk masing-masing huruf. Oh, huruf C itu bentuknya melengkung -anak tahu setelah menyentuh dan menelusuri bagaimana bentuk huruf C-.


Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan meraba sandpaper letter dan menuliskan huruf dengan jari (tracing huruf). Tracing huruf bisa dilakukan dengan media nampan dan pasir warna, atau dengan garam. Ini sekaligus untuk latihan menuliskan huruf. Bisa dilihat dalam foto berikut:

Nah, untuk meraba sandpaper letter ini, bila nggak ada sand paper letter atau ibu belum sempat membuat DIY sandpaper letter, bisa diganti dengan media lain. Misalnya huruf yang dicetak/ditulis di kertas, dengan ukuran besar, bisa bertekstur (misalnya diberi lem dan glitter) atau hanya tulisan tanpa tekstur. Yang penting anak bisa menelusuri bagaimana cara penulisan huruf tersebut.

c. Pengenalan Bunyi huruf
Salah satu cara paling mudah mengajarkan membaca pada anak usia dini adalah melalui fonetik. Apa itu? Yakni mengenal huruf dari bunyinya. Dengan metode ini, anak-anak akan mengenal bunyi huruf a seperti apa, huruf b seperti apa, dan seterusnya.

Saya menggunakan video ini untuk mengenalkan bunyi huruf kepada Rizma.




Kalau sudah kenal, bisa dilanjutkan dengan beragam permainan untuk menguji apakah anak sudah betulan kenal dengan huruf itu atau belum.

Salah satu contoh permainannya adalah injak huruf. Jadi, di lantai ibu temple beberapa huruf, ibu sebut huruf C yang mana? Ayo injak! Seperti ini:


Untuk bunyi huruf, ibu bisa mengajak anak untuk bermain menebak huruf. Misalnya kata UBI huruf depannya apa?

Dan seterusnya. Pokoknya yang menyenangkan deh ^^


Nah, dalam mengenalkan huruf ini, bisa dikenalkan huruf kecil dulu, huruf besar dulu, atau sekaligus juga boleh.

Tahap kedua, mengenal dan suku kata

Tahapan ini diawali dengan mengenal mana huruf vokal dan mana huruf konsonan. Kemudian menggabungkan keduanya menjadi suku kata. Jadi, dipisahkan dulu kelima huruf vokal kemudian digabungkan dengan masing-masing huruf konsonan untuk mendapatkan satu suku kata (dimulai dengan ba-bi-bu-be-bo sampai dengan za-zi-zu-ze-zo).



Kalau saya, ngajarinnya, INI B bunyinya apa? Nanti Rizma menjawab beh. ketemu A, jadi BA, ketemu I jadi BI, dan seterusnya. Dikenalkan bunyi hurufnya seperti pada latihan mengenal bunyi huruf melalui fonetik. Ini akan memudahkan anak dalam melewati tahap selanjutnya. Yaitu…

Tahap ketiga, membaca kata dari dua suku kata
Dari tahap kedua, maka dua suku kata akan didapatkan satu kata bermakna yang dapat dibaca. Misalnya MATA, DADU, DAHI, BUKU, PITA, dan seterusnya.
Sebenarnya ada satu tahapan lagi yang bisa dilalui, namun ini sifatnya opsional menurut saya. Yaitu:


Tahap membentuk kata

Bila anak sudah melewati tahap membaca suku kata, in sya Aloh anak akan mudah dalam tahap ini.

Tahap ini dilakukan dengan gambar dan benda asli atau miniatur benda kalau nggak bisa menyediakan benda aslinya (dimulai dari benda yang mudah, dengan dua suku kata tanpa akhiran) serta movable alphabet (bisa dengan magnetic alphabet, tidak perlu dipaksakan harus movable alphabet).

Caranya, letakkan benda di depan anak, misalnya bola. Ajak anak menebak huruf apa saja yang membentuk kata bola. Ibu perjelas huruf awalnya dulu (misalnya katakan Beh dengan jelas agar anak melihat bunyi huruf yang keluar dari mulut ibu) kemudian suku kata pertama BO dilanjutkan suku kata kedua LA, agar anak menebak huruf-huruf apa saja yang membentuk kata itu (ini kalau sudah melewati tahap mengenal bunyi huruf akan terasa sangat mudah).

Tahap keempat, membaca kalimat sederhana

Kalau sudah bisa membaca kata, in sya Alloh anak akan mudah membaca kalimat sederhana. Misalnya IBU BELI BAJU
TOKO KUE IBU TUTI
ITU KOMIDI PUTAR
ADA KACA MATA KUDA
MATA KAKI ADA DUA
SISI SI KUTU BUKU
dan lain sebagainya ^^

Oke, ini tahapan-tahalan untuk membaca sederhana. Tahapan selanjutnya, orang tua bisa mengenalkan huruf-huruf yang sekiranya tidak ada dalam 26 huruf utama. Misalnya huruf NY, NG, dan sebagainya kemudian diterapkan dalam sebuah kata dan kalimat.

Tips dalam mengajarkan membaca ini, yang penting anaknya senang. Jadi kalau misalnya anak sudah nggak mau lanjut bermain huruf/baca, kita follow the child saja. Lain waktu bisa ditawari lagi untuk belajar.

Kelak mereka akan menemui sensitive period mereka. Periode dimana mereka sangat tertarik dengan sesuatu, saat itulah kesempatan kita untuk lebih fokus mengajarkan dengan penuh kegembiraan. Kita sebagai ibu harus peka dengan periode ini ya! Salah satu cirinya adalah anak terus bertanya tentang satu hal, pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, besoknya lagi, tanya itu-ituuu saja. Bisa jadi anak sedang penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang hal itu.

Saya juga nggak pernah nyangka kalau printable-printable membaca yang saya print sejak Rizma 3 tahunan akan teronggok di tray printable, hihi. Sampai akhirnya kemarin usia 5 tahun dia mulai tertarik dan alhamdulillah mudah sekali memahamkan cara membaca padanya.

Jadi, nggak perlu over estimate dengan anak kita. Karena jatuhnya nanti putus asa kalau ternyata tidak sesuai dengan harapan kita. Selama anaknya enjoy, selama itulah kita menyampaikan ilmu. In sya Alloh akan mudah terserap, dibandingkan dengan memaksakan kehendak kita.

Demikian sharing saya, semoga  bermanfaat ya. Tahapan ini adalah versi saya, ada juga yang tahapannya berbeda urutan. Ini nggak murni metode montessori karena saat itu saya memakai media yang ada di rumah, menyesuaikan saja dengan kondisi masing-masing keluarga.

Maafkan untuk segala kekurangan … tetap semangat mendampingi buah hati bertumbuh ^^


Disusun oleh:
Elok Mahmudah
IG: @e.mahmudah
Jakarta, 27 Juli 2018

1 komentar:

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.